Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Energi Terbarukan Indonesia Melimpah, tapi Bagaimana Pemanfaatannya?

Baca di App
Lihat Foto
PEXELS/KINDEL MEDIA
Ilustrasi panel surya, panel surya atap.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan Indonesia tidak bisa lagi bergantung pada minyak bumi.

Ia menilai orientasi kebijakan energi harus diarahkan ke sumber energi baru dan terbarukan.

“Jadi buang pemikiran bahwa kita kaya minyak, tergantung ke minyak bumi, dan sebagainya. Itu yang menghambat,” kata SBY dalam forum “Delivering Impactful Energy Transition” di Jakarta, dikutip dari Kompas.com, Senin (6/10/2025).

Sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) adalah energi yang berasal dari sumber alam. Energi tersebut diketahui lebih ramah lingkungan dan menjadi sumber energi berkelanjutan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, seberapa besar Indonesia sudah menerapkan sumber EBT?

Baca juga: Pertamina Tegaskan Penggunaan Etanol Praktik Internasional untuk Energi Rendah Emisi

Baru gunakan 1 persen dari total potensi EBT

Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cuk Supriyadi Ali Nandar, mengatakan realisasi EBT di Indonesia baru sekitar 16 persen dari total kebutuhan energi nasional. 

"Menurut data ESDM, realisasi bauran EBT di Indonesia hingga semester I-2025 sekitar 16 persen dari total kebutuhan energi Nasional," katanya, ketika dimintai informasi Kompas.com, Selasa (7/10/2025). 

Sementara itu, apabila dibandingkan dengan total potensi sumber EBT, pemanfaatannya masih di bawah 1 persen.

Baca juga: Trump Turunkan Tarif, Indonesia Justru Beli Produk Energi, Pertanian, dan Boeing dari AS

Apa saja manfaat penggunaan EBT?

Supriyadi menjelaskan, penggunaan energi terbarukan sangat penting bagi Indonesia, baik dari sisi keberlanjutan lingkungan, ketahanan energi nasional, maupun pembangunan ekonomi.

"Dan tentunya, sangat mendukung program transisi energi nasional untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) atau emisi nol bersih tahun 2060 atau lebih cepat," ujarnya.

Berikut ini adalah sejumlah manfaat dari penggunaan EBT:

1. Mengurangi emisi dan dampak lingkungan

Supriyadi menjelaskan, energi terbarukan menghasilkan energi yang rendah emisi karbon.

"Hal ini akan membantu Indonesia memenuhi komitmen iklim global dan menjaga kualitas udara serta ekosistem," jelasnya.

2. Meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi

EBT bermanfaat untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang menyebabkan Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga dan pasokan global.

"Energi terbarukan juga memungkinkan diversifikasi sumber energi dan memperkuat kemandirian nasional," lanjut Supriyadi. 

3. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja

Tak hanya bagi lingkungan, proyek EBT juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.

"Proyek EBT dapat menciptakan lapangan kerja bidang instalasi, pemeliharaan, dan teknologi serta meningkatkan infrastruktur lokal dan kesejahteraan masyarakat sekitar proyek," jelas Supriyadi.

Baca juga: Profil M Qodari, Petinggi Istana Jadi Komisaris Pertamina Hulu Energi

Apa saja potensi EBT yang dimiliki Indonesia?

Indonesia diketahui memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar dan beragam, serta dapat dimaksimalkan di daerah-daerah tertentu yang potensial. 

Menurut Supriyadi, potensi terbesar EBT di Indonesia berasal dari energi surya. Hal itu disebabkan posisi geografis Indonesia berada di garis khatulistiwa yang membuatnya mendapat paparan sinar matahari sepanjang tahun.

Pemanfaatan tenaga surya cocok untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), baik di atap rumah maupun skala besar di luar Jawa.

Selain itu, tenaga air juga memiliki prospek besar di daerah pegunungan dan sepanjang aliran sungai, yang dapat dimanfaatkan untuk PLTA dan PLTMH, terutama di wilayah terpencil.

Baca juga: Profil Purnomo Yusgiantoro, Eks Menteri Gus Dur hingga SBY yang Jadi Penasihat Khusus Presiden Urusan Energi

"Indonesia juga memiliki cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia, yang cocok untuk pembangkit listrik dengan pasokan stabil (base-load)," kata Supriyadi. 

Selain itu, sumber tenaga angin di wilayah pesisir Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan juga berpotensi dimanfaatkan menjadi energi listrik.

Terdapat juga sumber lain seperti biomassa dari limbah pertanian, perkebunan, dan peternakan, juga dapat digunakan untuk substitusi batubara.

Tak hanya itu, tanaman seperti kelapa sawit, kelapa, sorgum, dan aren dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biofuel seperti biodiesel, bioetanol, dan bioavtur, sebagai substitusi bahan bakar fosil.

Baca juga: Ilmuwan Uji Energi Gelap Alam Semesta, Hasilnya Teori Gravitasi Einstein Benar

Biaya panel surya bersaing dengan listrik PLN

Salah satu pemanfaatan EBT adalah inovasi bernama panel surya. Panel surya memanfaatkan panas matahari untuk menghasilkan listrik. 

Supriyadi mengatakan, penggunaan panel surya semakin menarik sebagai alternatif sumber listrik, khususnya untuk jangka panjang.

"Saat ini biaya per kWh PLT surya sudah bersaing, bahkan bisa lebih rendah dibandingkan dengan biaya per kWh listrik PLN non-subsidi. Namun, hal itu tergantung pada skema dan lokasi pemasangannya," ungkap Supriyadi. 

Ia menambahkan, saat ini telah ada model skema untuk menyewa panel surya.

"Sekarang juga sudah ada model skema sewa panel surya tanpa modal awal yang membuat biaya listrik dari PLTS lebih kompetitif," tambahnya.

Baca juga: Pendanaan Transisi Energi JETP Indonesia Harus Sejalan dengan Ambisi Komitmen Iklim

Keunggulan penggunaan panel surya

Supriyadi menjelaskan sejumlah keunggulan panel surya, berikut diantaranya.

  1. Hemat dalam penggunaan jangka panjang karena biaya operasional rendah. 
  2. Ramah lingkungan, tidak menghasilkan emisi karbon dan mendukung program NZE.
  3. Cocok untuk Program Desentralisasi Energi karena listrik diproduksi langsung di lokasi (atap rumah/kantor) serta mengurangi beban jaringan PLN dan risiko kehilangan energi saat transmisi.
  4. Mendorong ekonomi hijau karena pemasangan dan pemeliharaan panel surya menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi bersih.
  5. Dapat mengurangi ketergantungan energi fosil (diesel) khususnya di daerah terpencil.

Baca juga: Rekam Jejak Pandu Sjahrir, Profesional Bidang Energi yang Bakal Jadi CIO Danantara

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi