KOMPAS.com - Indonesia akan membeli 42 pesawat tempur Chengdu J-10C dari China sebagai bagian dari modernisasi alutsista negara.
Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, pesawat tempur itu akan segera dikirimkan ke Indonesia.
"Sebentar lagi terbang di Jakarta," kata Sjafrie, dikutip dari Antara, Rabu (15/10/2025).
Baca juga: Spesifikasi Jet Tempur Chengdu J-10 yang Akan Dibeli RI dari China, Berapa Harganya?
Sebagai jet tempur pertama yang dibeli Indonesia dari negara non-barat, pesawat ini memiliki rekam jejak tempur yang mencuri perhatian dunia.
Dalam pertempuran udara antara Pakistan dan India, J-10C diklaim berhasil menembak jatuh pesawat tempur India, termasuk Rafale.
Padahal, Rafale dikenal sebagai salah satu pesawat tercanggih.
Lantas, bagaimana keunggulan dan sejarah pesawat J-10 digunakan Pakistan kepada India?
Keunggulan pesawat tempur J-10
Dikutip dari Channel News Asia, Kamis (16/10/2025), pesawat tempur Chengdu J-10 memiliki sejumlah keunggulan teknis yang menjadikannya pilihan untuk modernisasi pertahanan udara.
Dikenal dengan julukan "Vigorous Dragon" atau Naga Ganas, pesawat ini dilengkapi dengan sistem radar canggih dan kemampuan manuver yang sangat baik.
Pesawat ini dapat membawa berbagai jenis amunisi. Salah satunya adalah rudal PL-15 yang mampu menembak target pada jarak lebih dari 200 kilometer.
Kemampuannya dalam melakukan pertempuran udara jarak jauh dan presisi tinggi menjadikannya pesaing kuat bagi pesawat-pesawat buatan Barat.
Baca juga: Indonesia Disebut Kirim 600 Tenaga Kerja Terampil ke Industri Kapal dan Jet Tempur di Korea Selatan
Peran J-10 dalam konflik India-Pakistan
Dilansir dari Newsweek Sabtu (10/5/2025), pesawat tempur Chengdu J-10 pertama kali mendapatkan perhatian internasional saat digunakan oleh Pakistan dalam pertempuran udara dengan India pada Mei 2025.
Ketika ketegangan antara kedua negara yang berseteru itu meningkat, Pakistan mengerahkan sejumlah J-10C untuk membela wilayah udara mereka. Aksi ini sekaligus upaya mereka merespons serangan udara India.
Konflik ini dimulai dengan serangan udara India, yang disebut sebagai "Operasi Sindoor," yang ditujukan pada infrastruktur yang diduga sebagai basis teroris di wilayah Pakistan dan Kashmir bagian Pakistan.
Namun, Pakistan membalas dengan menggempur pesawat-pesawat India, termasuk jet tempur canggih seperti Rafale, MiG-29, dan Su-30.
Salah satu momen paling mencolok dalam pertempuran tersebut adalah ketika Pakistan mengklaim bahwa J-10C milik mereka berhasil menembak jatuh salah satu pesawat Rafale milik India.
Sebelumnya pesawat Rafale ini tidak pernah kalah dalam pertempuran udara.
Keberhasilan J-10 menembak jatuh Rafale menjadi titik balik yang mengejutkan banyak pihak.
Pesawat Rafale produksi Perancis dikenal karena kemampuannya yang sangat unggul dalam pertempuran udara dan dianggap sebagai pesawat tempur tercanggih di dunia.
Baca juga: Jadi Rebutan India dan Pakistan, Ternyata Sebagian Wilayah Kashmir Milik China
Dilansir dari Reuters Sabtu (2/8/2025), J-10C yang lebih baru dengan teknologi radar canggih dan rudal PL-15 yang dapat menembak target hingga jarak lebih dari 200 km berhasil mengalahkan Rafale dalam pertempuran tersebut.
Penembakan jatuh tersebut memunculkan perdebatan internasional mengenai keefektifan pesawat-pesawat Barat di hadapan alutsista yang diproduksi oleh negara-negara non-Barat, seperti China.
Keberhasilan J-10C menunjukkan bahwa pesawat ini tidak hanya memiliki kemampuan manuver yang baik, tetapi juga kekuatan tempur yang signifikan dalam pertempuran udara jarak jauh.
Nilai tambah pesawat tempur ini juga berkat kemampuan rudal PL-15 yang dimilikinya.
Lebih jauh lagi, kejadian ini memberikan data berharga bagi China tentang performa pesawat J-10C dalam kondisi pertempuran nyata.
Ini juga menjadi uji coba pertama bagi J-10C yang digunakan dalam peperangan langsung, mengingat sebelumnya pesawat ini hanya digunakan dalam latihan atau simulasi pertempuran.
Baca juga: Konflik India-Pakistan Memanas, Kemenlu: Diaspora Indonesia Aman
Indonesia memilih J-10C untuk modernisasi alutsista
Indonesia mengambil langkah signifikan dengan memutuskan untuk membeli 42 jet tempur J-10C dari China.
Keputusan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk memperkuat armada udara dan mengganti pesawat tempur yang sudah usang.
Pembelian ini juga merupakan langkah pertama Indonesia dalam beralih dari pemasok alutsista Barat ke China, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan daya tempur angkatan udara Indonesia.
Menhan Sjafrie menyebutkan, pembelian ini akan menjadi bagian dari rencana besar untuk modernisasi angkatan bersenjata Indonesia.
Dengan bergabungnya J-10C dalam jajaran pesawat tempur Indonesia, pertahanan udara Indonesia diharapkan akan semakin kuat dan modern.
Pesawat ini akan memperkuat daya serang dan respons cepat Indonesia dalam menghadapi ancaman udara.
Baca juga: 10 Jet Tempur Terbaik di Dunia 2025, Ada yang Seharga Rp 2 Triliun
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang