Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Bumi Punya Dua Bulan hingga 2080? Begini Penjelasan Astronom

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/Wirestock
Ilustrasi Bulan.
|
Editor: Yefta Christopherus Asia Sanjaya

KOMPAS.com - Media sosial X dan Instagram tengah diramaikan oleh kabar yang menyebut bahwa Bumi kini memiliki “bulan kedua” selain satelit alami yang sudah dikenal selama ini.

Informasi tersebut ramai dibagikan setelah sejumlah akun mengutip pemberitaan dari media luar negeri yang bersumber dari temuan Universitas Hawaii, Amerika Serikat (AS).

Dalam laporan itu disebutkan bahwa Bumi baru saja mendapat objek ruang angkasa baru berupa asteroid kecil yang diberi nama 2025 PN7.

Lalu, apakah 2025 PN7 bisa dikategorikan sebagai Bulan atau hanya objek ruang angkasa?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Bulan Purnama 7 Oktober 2025 Termasuk Fenomena Langka, Kok Bisa?

Apakah 2025 PN7 bisa dikategorikan sebagai Bulan kedua Bumi?

Astronom amatir Indonesia Ma'rufin Sudibyo mengatakan, 2025 PN7 dengan diameter kurang lebih 20 meter merupakan asteroid dekat Bumi kelas Arjuna.

Kelas Arjuna adalah kelompok asteroid dekat Bumi yang memiliki kemiripan orbit dengan orbit Bumi dalam hal inklinasi (kemiringan orbit), periode orbital (periode revolusi), dan eksentrisitas (kelonjongan orbit).

Sebagai asteroid dekat Bumi kelas Arjuna, 2025 PN7 memiliki periode revolusi tepat satu tahun, berdasarkan epok 31 Agustus 2025.

“Sehingga dalam astronomi dikategorikan memiliki resonansi orbital 1:1 terhadap Bumi. Sehingga gravitasi Bumi sangat berpengaruh terhadap perilaku asteroid ini,” ujar Ma'rufin kepada Kompas.com, Rabu (22/10/2025).

Meski begitu, Ma'rufin menegaskan, istilah Bulan kedua yang ditujukan kepada 2025 PN7 sebenarnya tidak tepat.

Baca juga: Bulan Menjauhi Bumi 3,8 Sentimeter Per Tahun, Apa yang Akan Terjadi di Masa Depan?

Sebabnya, 2025 PN7 tetap beredar mengelilingi Matahari, tapi tidak serupa dengan Bulan yang memang nyata beredar mengelilingi Bumi.

“Hanya saja karena memiliki periode revolusi sama dengan Bumi maka dari sudut pandang Bumi, asteroid itu terlihat selalu berada di dekat Bumi,” jelas Ma'rufin.

“Hanya menjauh dan mendekat saja. Titik terdekat asteroid 2025 PN7 ke Bumi adalah 299.000 kilometer, sedangkan titik terjauhnya puluhan juta kilometer,” tambahnya.

Ma'rufin menerangkan, benda langit seperti 2025 PN7 disebut sebagai quasi-satellite atau quasi-natural satellite.

Apabila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, quasi-satellite menjadi "Bulan seolah-olah" sehingga kurang tepat jika disebut sebagai "Bulan kedua".

“Karena 2025 PN7 nampak seolah-olah mengelilingi Bumi. Padahal faktanya tetap beredar mengelilingi Matahari,” tandas Ma'rufin.

Baca juga: Bisakah Gerhana Bulan dan Matahari Tahun 2026 Dilihat dari Indonesia? Begini Kata BRIN

Bagaimana proses pembentukan 2025 PN7?

Ma'rufin mengatakan, proses pembentukan 2025 PN7 serupa dengan pembentukan asteroid-asteroid pada umumnya.

Hal itu diawali dengan planetisimal yang gagal membentuk planet di antara orbit Mars dan Jupiter sehingga terbentuk asteroid-asteroid sabuk utama.

Gangguan gravitasi Jupiter, benturan antar-sesama asteroid, tekanan radiasi foton Matahari, dan ketidakseimbangan penyinaran Matahari membuat sebagian kecil asteroid sabuk utama akan terlempar dari lokasinya semula.

“Dan berubah menjadi asteroid-dekat Bumi. Populasi asteroid-dekat Bumi klasik (kelas Aten, kelas Apollo dan kelas Amor) membentang dari orbit Venus hingga Mars,” jelas Ma'rufin.

“Pada kelas-kelas itu dinamika orbit masih akan terus bekerja. Sehingga beberapa dapat menjadi asteroid dekat-Bumi kelas Arjuna. Asteroid yang salah satunya bisa menjadi 'Bulan seolah-olah',” tambahnya.

Baca juga: Gerhana Bulan Total 7 September 2025 Disebut Terlama Sejak 2022, Ini Kata BMKG

Apakah asteroid 2025 PN7 berbahaya bagi Bumi?

Ma'rufin menuturkan, untuk saat ini 2025 PN7 tidak memiliki potensi bahaya bagi Bumi.

Dengan statusnya sebagai "Bulan seolah-olah", maka asteroid tersebut hanya akan mendekati Bumi hingga sejauh 299.000 kilometer saja. Situasi ini akan bertahan hingga dekade 2080 kelak.

Ma'rufin menjelaskan, ada sejumlah asteroid lain yang berperilaku seperti asteroid 2025 PN7 yang menjadi "Bulan seolah-olah".

Di antaranya, asteroid 164207 Cardea, asteroid 469219 Kamo‘oalewa, asteroid (277810) 2006 FV35, asteroid 2013 LX28, asteroid 2014 OL339 dan asteroid 2023 FW13.

“Semuanya tidak pernah lebih dekat ke Bumi hingga jarak tertentu, yang setara dengan jarak Bumi-Bulan atau lebih besar lagi,” imbuhnya.

Ma'rufin mengatakan, dinamika orbit asteroid kelas-Arjuna sangat ditentukan oleh interaksinya gravitasi Bumi.

Namun, ada faktor-faktor minor yang saling memengaruhi, seperti ketidakseimbangan penyinaran Matahari, efek tekanan radiasi foton Matahari, dan lain-lain.

Oleh sebab itu, orbit bisa berubah secara dinamis ke depan. Namun, potensi tumbukan terhadap Bumi sejauh ini belum ada.

Baca juga: Bulan Akan Semerah Darah pada September 2025, Peneliti BRIN Ungkap Penyebab dan Jadwalnya

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi