KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memicu spekulasi politik setelah mengisyaratkan keinginan untuk jabatan presiden tiga periode, sesuatu yang dilarang oleh Konstitusi AS.
Menurut laporan Reuters, Senin (27/10/2025), dalam pernyataan terbarunya kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One saat perjalanan dari Malaysia menuju Tokyo, Trump menegaskan tidak tertarik menjadi wakil presiden pada 2028, dan enggan menutup peluang mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan ketiga.
“Saya tidak akan melakukannya. Menurut saya itu terlalu lucu. Orang-orang tidak akan menyukainya,” kata Trump dengan nada bercanda.
Meski begitu, ucapannya sontak menjadi bahan perdebatan politik di Washington.
Diketahui, Trump resmi dilantik sebagai presiden ke-47 AS pada 20 Januari 2025. Sesuai dengan Amendemen ke-22 Konstitusi AS, seorang presiden hanya diperbolehkan menjabat maksimal dua periode.
Baca juga: 3 Kali Trump Puji Prabowo di Forum Dunia: dari Sidang PBB sampai KTT ASEAN
Dengan demikian, masa jabatan Trump kali ini dimulai pada 20 Januari 2025 dan akan berakhir pada Januari 2029, apabila ia menuntaskan masa kepemimpinannya selama empat tahun penuh.
Periode ini menjadi masa jabatan keduanya, setelah sebelumnya ia memimpin Amerika Serikat dari tahun 2017 hingga 2021.
Berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, Trump tidak dapat kembali mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.
Trump, yang kini berusia 79 tahun, kerap menggoda pendukungnya dengan slogan “Trump 2028” di berbagai rapat umum.
Ia juga beberapa kali menyinggung ide masa jabatan ketiga sebagai bentuk kelanjutan perjuangan untuk Amerika yang kuat.
Baca juga: Trump Nyatakan Keinginannya untuk Bertemu Kembali dengan Kim Jong Un
Pernyataan itu dianggap sekadar gurauan bagi sebagian orang, tetapi beberapa sekutu politiknya mulai memikirkan trik serius yang bisa ditempuh untuk mewujudkannya.
Sejumlah pendukung bahkan mengusulkan skenario hukum yang memungkinkan Trump mencalonkan diri sebagai wakil presiden, dengan harapan presiden terpilih nantinya akan mundur agar ia bisa kembali menduduki kursi tertinggi di Gedung Putih.
Namun, para pakar konstitusi menilai hal itu mustahil. Amendemen ke-22 Konstitusi AS dengan tegas melarang seseorang terpilih menjadi presiden untuk ketiga kalinya.
Selain itu, Amendemen ke-12 juga menyatakan bahwa siapa pun yang tidak memenuhi syarat menjadi presiden, otomatis tidak layak menjabat wakil presiden.
Baca juga: Trump Disebut Akan Kurangi Hukuman P. Diddy, Apa Alasan di Baliknya?
Ambisi politik Trump pada 2028
Masih dari Reuters, ketika ditanya apakah ia benar-benar mempertimbangkan masa jabatan ketiga, Trump menjawab samar.
“Saya ingin sekali melakukannya. Saya punya angka terbaik yang pernah saya miliki,” katanya dengan nada penuh percaya diri.
Saat wartawan bertanya apakah ia bersedia memperjuangkan hal itu di pengadilan, Trump mengatakan bahwa dirinya belum sungguh-sungguh memikirkannya.
Jika benar mencalonkan diri pada 2028, Trump akan berusia 82 tahun dan menjadikannya presiden tertua dalam sejarah Amerika Serikat.
Namun, usianya yang menua tidak menghalangi aktivitasnya. Trump masih tampil energik, sering berbicara di depan publik dan berinteraksi dengan wartawan, bahkan di tengah perjalanan internasional.
Trump pun menyinggung dua tokoh muda dari Partai Republik, yakni Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio.
Baca juga: Trump Rombak Sayap Timur Gedung Putih, Mau Bangun Ruang Dansa Rp 4,1 Triliun
“Mereka orang-orang hebat. Kalau mereka bekerja sama, akan jadi kekuatan yang tak terhentikan,” ujar Trump.
Rubio, yang berdiri di dekatnya, hanya tersenyum malu mendengar sanjungan tersebut.
Sementara itu, komentar Trump tentang masa jabatan ketiga memperkeruh dinamika internal Partai Republik.
Sejumlah tokoh partai sudah mulai bersiap merebut posisi calon presiden 2028, tetapi sebagian pendukung garis keras berharap Trump tetap maju.
Steve Bannon, mantan penasihat strategis Trump sekaligus tokoh sayap kanan, bahkan menyebut ada rencana untuk menentang Amendemen ke-22.
Dalam wawancaranya dengan The Economist, Bannon menyatakan bahwa Trump akan menjadi presiden pada 2028, dan mencari cara untuk mewujudkannya.
Ia menambahkan bahwa Trump adalah instrumen kehendak ilahi, pernyataan yang semakin mempertebal aura kultus di sekitar sosok Trump.
Kamala Harris isyaratkan comeback
Sementara itu, mantan wakil presiden Amerika Serikat sekaligus kandidat Partai Demokrat, Kamala Harris, tampaknya belum menyerah pada panggung politik.
Dilansir dari The Guardian, Senin (27/10/2025), dalam wawancara akhir pekan lalu, Harris yang kalah dari Donald Trump pada pemilu November tahun lalu mengungkapkan bahwa dirinya masih mempertimbangkan untuk kembali mencalonkan diri sebagai presiden.
Harris menegaskan bahwa semua kemungkinan masih terbuka, termasuk untuk ikut bertarung dalam pemilihan presiden 2028. Sikapnya ini sekaligus menjadi sinyal bahwa ia berencana tetap aktif membangun pengaruh di Partai Demokrat pascakekalahannya.
Sementara itu, Presiden Donald Trump tengah menjalani lawatan luar negeri terpanjangnya sejak kembali menjabat pada Januari.
Baca juga: Jutaan Warga AS Gelar Demo Bertajuk No Kings, Apa Penyebabnya dan Bagaimana Tanggapan Trump?
Dalam perjalanan yang mencakup sejumlah pertemuan penting, Trump dijadwalkan menghadiri KTT perdagangan APEC dan ASEAN, dengan fokus pada kerja sama ekonomi dan sumber daya strategis.
Selama kunjungannya di Malaysia, Trump mengumumkan serangkaian kesepakatan baru di bidang perdagangan dan mineral penting dengan empat negara Asia Tenggara.
Kesepakatan itu disebut sebagai langkah memperkuat posisi Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik sekaligus menyaingi pengaruh ekonomi China.
“Saya sangat menghormati Presiden Xi, dan saya pikir kita akan mencapai kesepakatan,” kata Trump sebelum pesawat kepresidenan Air Force One mendarat di Tokyo.
Ia juga mengungkapkan niatnya untuk kembali bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, guna melanjutkan dialog mengenai denuklirisasi dan stabilitas di Semenanjung Korea.
Lawatan ini dipandang sebagai ujian penting bagi diplomasi Trump, yang berupaya menyeimbangkan strategi keras terhadap China dengan pendekatan pragmatis terhadap negara-negara Asia Tenggara.
Baca juga: Respons Eric Trump soal Obrolan Donald Trump dan Prabowo di Mesir
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang