KOMPAS.com - Peristiwa ambruknya bangunan pondok pesantren kembali terjadi.
Kali ini, atap bangunan Asrama Putri Pondok Pesantren Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jailani yang berlokasi di Jalan Pesanggrahan, Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur ambruk pada Rabu (29/10/2025) sekitar pukul 00.30 WIB ketika para santriwati tengah tertidur lelap.
Di tengah hujan yang turun disertai angin, atap bangunan yang berusia 2 tahun 4 bulan itu tiba-tiba ambruk menimpa 19 orang santriwati.
Insiden ini menyebabkan satu orang santri meninggal dunia dan 11 lainnya mengalami luka-luka. Namun, belum diketahui penyebab robohnya atap asrama pondok pesantren tersebut.
Kapolres Situbondo AKBP Rezi Darmawan mengatakan, pihaknya sedang melakukan olah TKP untuk menentukan penyebab kejadian.
"Hasil penyelidikan kami masih belum tahu penyebabnya, apakah faktor cuaca atau faktor yang lain. Kami juga akan koordinasi dengan pihak kementerian," kata dia, dikutip dari Kompas.com, Rabu (29/10/2025).
Lantas, apa saja potensi penyebab atap bangunan bisa ambruk saat hujan?
Baca juga: 6 Fakta Tragedi Ponpes Ambruk di Situbondo, Polisi Sebut Dugaan Awal Akibat Faktor Cuaca
Analisi arsitek soal ambruknya atap
Arsitek Ariko Andikabina menduga, ambruknya atap Asrama Putri Pondok Pesantren Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jailani akibat ketidakmampuan konstruksi.
"Dugaan sementara adalah konstruksi atap tidak mampu menyalurkan beban angin secara baik," kata dia, saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (30/10/2025).
Analisis ini diperoleh dari informasi yang diberitakan oleh media.
Ariko mengaku kesulitan menemukan gambar bangunan asrama putri pondok pesantren tersebut karena tidak banyak gambar yang beredar. Begitu juga dengan foto ataupun video yang memungkinkan untuk dianalisis.
Berdasarkan beberapa gambar yang dikumpulkan, dia menyoroti sisa bangunan setelah insiden terjadi.
Baca juga: Pelajaran Teknis Bangunan dari Tragedi Ponpes Al Khoziny Menurut Pakar UGM
"Kalau memperhatikan sisa konstruksi yang masih melekat, tidak tampak adanya konstruksi 'ikatan angin' yang menjadi penahan beban lateral," jelasnya.
"Karena komponen bangunan tidak mampu mengalirkan beban lateral dengan baik, sehingga material (balok kayu, genteng/atap, dan lain-lain) jatuh menimpa santri di bawahnya yang sedang beristirahat," imbuh Ariko.
Dia tak menampik bahwa faktor cuaca, seperti angin bisa menjadi pemicu ambruknya atap tersebut. Namun dugaan konstruksi bangunan yang tidak laik perlu juga ditelaah lebih lanjut.
Menurutnya, konstruksi atap bangunan tersebut tampak dibangun secara sederhana dan hanya berlandaskan pengetahuan empiris saja.
Oleh sebab itu, dia menilai perlu adanya penilaian kelaikan bangunannya pada seluruh komponen bangunan, tidak hanya pada dinding atau tiang-tiang saja, tetapi juga atapnya.
"Kalau saya merujuk kepada SNI Gempa, safety factor bangunan untuk sekolah itu 1,5 lebih tinggi dari safety factor bangunan lain, dengan kata lain ketika ada gempa besar bangunan harus tetap berdiri. Sekolah dan rumah sakit masuk ke dalam kategori yang sama," tandasnya.
Baca juga: Bangunan Tak Kantongi IMB Bisa Bahayakan Nyawa, Apa Sanksinya?
Kondisi asrama putri Ponpes Situbondo sebelum ambruk
Diberitakan Kompas.com, Rabu (29/10/2025), Kepala Pengasuh Pondok Pesantren Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani, Situbondo, Kiai Muhammad Hasan Nailul Ilmi mengatakan, bangunan asrama pondok pesantrennya dibangun pada 2022.
Kiai Hasan sendiri tidak menyangka bahwa atap bangunan itu bakal ambruk menimpa puluhan santriwati yang sedang tidur.
Sebelum kejadian, dia mengaku sudah mengetahui adanya tanda-tanda bahwa atap itu bakal roboh karena adanya suara dari atas. Namun, hal itu tidak membuat mereka takut.
Insiden ini membuat pengelola ponpes meliburkan kegiatan pesantren.
"Untuk sekarang kegiatan pesantren kami liburkan sementara," ungkapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang