NAMA Purbaya Yudhi Sadewa sebagai pengganti Menteri Keuangan legendaris Sri Mulyani Indrawati sedang viral trending utama.
Terlepas pro dan kontra maupun simpati dan antipati, nama Menkeu yang baru memang menarik untuk disimak, terutama dari aspek wayangomologi alias ilmu yang memelajari wayang maupun sisi monarkimologi alias ilmu yang memelajari kerajaan.
Purbaya, Yudhi, dan Sadewa, ketiganya berasal dari nama tokoh wayang. Sadewa adalah putra terbungsu dari Pandawa Lima, kembaran Nakula sebagai dua putra Dewi Madrim isteri ke dua Pandu Dewananta.
Yudhi berasal nama Yudhistira adalah pesulung Pandawa Lima, putra pertama Dewi Kunti sebagai manusia terjujur di marcapada sehingga kereta kencana yang ditumpangi Yudhistira melaju tanpa menyentuh permukaan bumi.
Di dalam pewayamgan, Purbaya adalah satu di antara sekian banyak nama Gatot Kaca sebagai putra Bima dan Dewi Arimbi.
Nama-nama lain antara lain Jabang Tetuka sebagai nama asli saat lahir, kemudian masih ada Bimasiwi, Bhimasuta, Krincing Wesi, Hidimbyatmaja sebagai gelar yang diberikan saat menjadi raja di Pringgadani, serta di masa dewasa keren disebut Raden Purbaya.
Nama Purbaya juga kerap digunakan di khasanah kerajaanomologi, yaitu pertama pada Kesultanan Mataram, kedua dari Kesultanan Banten, dan terakhir berasal dari Kasunanan Kartasura.
Pangeran Purbaya dari Mataram nama aslinya adalah Jaka Umbaran. Ia merupakan putra dari Panembahan Senopati yang lahir dari istri putri Ki Ageng Giring.
Babad Tanah Jawi mengisahkan, Ki Ageng Giring menemukan kelapa muda ajaib yang jika airnya diminum sampai habis dalam sekali teguk, akan menyebabkan si peminum dapat menurunkan raja-raja tanah Jawa.
Tanpa sengaja air kelapa muda itu terminum habis oleh Ki Ageng Pamanahan yang bertamu ke Giring dalam keadaan haus.
Ki Ageng Pamanahan merasa bersalah setelah mengetahui khasiat air kelapa ajaib itu. Ia lalu menikahkan putranya, yaitu Sutawijaya dengan anak perempuan Ki Ageng Giring.
Namun, karena istrinya itu berwajah jelek, Sutawijaya pun pulang ke Mataram dan meninggalkannya dalam keadaan mengandung.
Putri Giring kemudian melahirkan Jaka Umbaran (diumbar dalam bahasa Jawa artinya “ditelantarkan”). Setelah dewasa Jaka Umbaran pergi ke Mataram untuk mendapat pengakuan dari ayahnya.
Saat itu, Sutawijaya sudah bergelar Panembahan Senopati. Melalui perjuangan yang berat, Jaka Umbaran akhirnya berhasil mendapat pengakuan sebagai putra Mataram dengan gelar Pangeran Purbaya.
Naskah babad mengisahkan putra Panembahan Senopati yang paling sakti ada dua. Pertama adalah Raden Rangga yang mati muda, sedangkan kedua adalah Purbaya.
Ia merupakan pelindung takhta Mataram saat dipimpin keponakannya, yaitu Sultan Agung (1613-1645).
Pangeran Purbaya hidup sampai zaman pemerintahan Amangkurat I putra Sultan Agung. Ia hampir saja menjadi korban ketika Amangkurat I menumpas tokoh-tokoh senior yang tidak sesuai dengan kebijakan politiknya.
Untungnya, Purbaya saat itu mendapat perlindungan dari ibu suri (janda Sultan Agung). Purbaya meninggal dunia bulan Oktober 1676, saat ikut serta menghadapi pemberontakan Trunajaya.
Pangeran Purbaya adalah putra Sultan Ageng Tirtayasa raja Banten (1651-1683). Ia mendukung perjuangan ayahnya dalam perang melawan VOC tahun 1656.
Pangeran Purbaya juga diangkat menjadi putra mahkota baru karena Sultan Haji (putra mahkota sebelumnya) memihak VOC.
Setelah berperang sekian lama, Sultan Ageng Tirtayasaakhirnya tertangkap bulan Maret 1683 dan dipenjarakan di Batavia. Banten pun jatuh ke tangan VOC.
Pangeran Purbaya yang ketiga adalah putra Pakubuwana I raja Kartasura (1705-1719). Sepeninggal sang ayah, Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar berselisih dengan kakak mereka, yaitu Amangkurat IV (raja baru).
Amangkurat IV mencabut hak dan kekayaan kedua adiknya itu. Pangeran Purbaya masih bisa bersabar, tetapi Pangeran Blitar menyatakan pemberontakan.
Perang saudara pun meletus tahun 1719. Perang ini terkenal dengan nama Perang Suksesi Jawa Kedua.
Pangeran Purbaya akhirnya bergabung dengan kelompok Pangeran Blitar. Mereka membangun kembali istana lama Mataram di kota Karta, dengan nama Kartasekar.
Pangeran Blitar mengangkat diri sebagai raja bergelar Sultan, sedangkan Pangeran Purbaya sebagai penasihat bergelar Panembahan.
Setelah Pangeran Blitar meninggal di Malang tahun 1721, perjuangan pun dilanjutkan Panembahan Purbaya. Ia berhasil merebut Lamongan.
Namun, gabungan pasukan Kartasura dan VOC terlalu kuat. Purbaya akhirnya tertangkap bersama para pemberontak lainnya.
Panembahan Purbaya dihukum buang ke Batavia. Ia memiliki putri yang menjadi istri Pakubuwana II putra Amangkurat IV. Dari perkawinan itu lahir Pakubuwana III raja Surakarta yang memerintah tahun 1732-1788.
Tugas Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Kuangan Indonesia cukup berat mengingat hutang Indonesia sedang dalam posisi dan kondisi tidak baik-baik saja.
Insya Allah, segenap beban tugas negara, bangsa dan rakyat dapat diemban secara optimal oleh Purbaya Yudhi Sadewa demi berjaya mewujudkan cita-cita luhur masyarakat adil dan makmur. MERDEKA!
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang