KOMPAS.com - Sebuah penelitian internasional mengungkap perbedaan mencolok dalam kedekatan masyarakat dunia dengan alam.
Penelitian tersebut mencoba mengungkap negara mana saja yang paling menyatu dengan alam dan paling tidak menyatu dengan alam.
Hasilnya, Nepal dinobatkan sebagai negara dengan penduduk yang paling menyatu dengan alam, sementara Inggris justru berada di jajaran terbawah.
Dilansir dari Independent, Minggu (2/11/2025), riset yang merupakan pemetaan global pertama tentang hubungan manusia dengan alam ini melibatkan 57.000 responden di 61 negara.
Baca juga: Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Hasilnya menunjukkan Inggris hanya menempati peringkat ke-55, jauh tertinggal dari negara-negara berkembang yang memiliki budaya dan gaya hidup lebih natural.
Setelah Nepal, posisi teratas ditempati Iran, Afrika Selatan, Bangladesh, dan Nigeria.
Di kawasan Eropa, hanya Kroasia dan Bulgaria yang berhasil masuk 10 besar, sedangkan Prancis berada di posisi ke-19.
Negara-negara yang berada di bawah Inggris dalam kategori keterhubungan dengan alam antara lain Belanda, Kanada (wilayah berbahasa Inggris), Jerman, Israel, Jepang, dan Spanyol.
Baca juga: 9 Negara Paling Aman di Asia Tenggara, Indonesia Jauh di Atas Malaysia
10 Negara paling menyatu dengan alam
Dilansir dari The Guardian, Sabtu (1/11/2025), berikut daftar negara yang warganya memiliki hubungan paling kuat dengan alam, berdasarkan Index of Nature Connectedness:
- Nepal – 1,39
- Iran – 1,22
- Afrika Selatan – 1,20
- Bangladesh – 1,14
- Nigeria – 1,11
- Chile – 0,96
- Kroasia – 0,94
- Ghana – 0,92
- Bulgaria – 0,88
- Tunisia – 0,86
Baca juga: Singapura Jadi Negara Paling Aman di Dunia, Bagaimana dengan Indonesia?
Negara-negara ini umumnya memiliki budaya yang masih dekat dengan alam, spiritualitas tinggi, serta keseharian masyarakat yang banyak bersentuhan dengan ruang alam terbuka.
Berdasarkan Index of Nature Connectedness, Indonesia tidak termasuk dalam 10 negara dengan tingkat keterhubungan dengan alam tertinggi.
Temuan ini cukup menarik mengingat Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia.
Hasil indeks tersebut menunjukkan bahwa kaya sumber daya alam belum tentu sejalan dengan kedekatan emosional dan spiritual masyarakat terhadap lingkungan.
Negara-negara yang menempati posisi teratas justru merupakan negara yang memiliki tradisi kuat dalam memaknai alam sebagai bagian dari identitas dan kehidupan sehari-hari.
Baca juga: 10 Negara Bebas Pajak Penghasilan pada 2025, Nikmati Hidup Tanpa Potongan Pajak
10 negara paling tidak menyatu dengan alam
Sebaliknya, negara berikut dinilai paling kurang terhubung dengan alam:
- Rusia – 0,09
- Irlandia – 0,09
- Arab Saudi – 0,08
- Inggris (UK) – 0,00
- Belanda – −0,05
- Kanada – −0,07
- Jerman – −0,08
- Israel – −0,30
- Jepang – −0,39
- Spanyol – −0,61
Negara-negara ini cenderung lebih urban, modern, dan terindustrialisasi, sehingga warganya semakin jauh dari interaksi langsung dengan alam.
Inggris bahkan menjadi salah satu yang paling minim kedekatan yakni mencapai skor 0.
Konsep “menyatu dengan alam” merujuk pada kedekatan emosional dan psikologis seseorang dengan kehidupan alami dan makhluk hidup lainnya.
Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa kedekatan ini berkorelasi positif dengan kesejahteraan mental serta mendorong perilaku lebih ramah lingkungan.
Rendahnya kedekatan manusia dengan alam disebut sebagai salah satu dari tiga faktor terbesar penyebab hilangnya keanekaragaman hayati.
Dua faktor lainnya adalah ketimpangan sosial dan cara pandang masyarakat yang terlalu fokus pada keuntungan materi.
Baca juga: 10 Negara Terpadat di Dunia 2025, Indonesia Peringkat Empat
Spiritualitas dan gaya hidup berpengaruh besar
Tim peneliti dari Inggris dan Austria yang dipimpin Profesor Keterhubungan Alam dari University of Derby, Miles Richardson menemukan bahwa spiritualitas menjadi indikator paling kuat yang menentukan kedekatan masyarakat dengan alam.
Negara yang masyarakatnya masih kuat memegang nilai religius dan spiritual umumnya memandang alam sebagai sesuatu yang patut dihormati.
Pandangan ini membuat kedekatan mereka dengan alam cenderung lebih tinggi dibanding negara yang lebih sekuler.
Sebaliknya, negara yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan kemudahan berbisnis justru memiliki hubungan lebih renggang dengan alam.
Peneliti mencatat bahwa indikator kemudahan berbisnis yang digunakan Bank Dunia berkorelasi dengan rendahnya kesadaran ekologis masyarakat.
Baca juga: 10 Negara dengan Populasi Paling Sedikit di Dunia, Ada yang Hanya 500 Jiwa
Meski Inggris dikenal memiliki tingkat keanggotaan organisasi lingkungan yang tinggi, hal tersebut ternyata tidak otomatis memperkuat kedekatan batin masyarakat dengan alam.
Faktor yang lebih memengaruhi jauhnya hubungan tersebut justru bersifat struktural, seperti tingkat urbanisasi tinggi, pendapatan besar, serta penggunaan internet yang intens yang membuat masyarakat semakin jauh dari alam.
“Keterhubungan dengan alam bukan hanya tentang aktivitas, tetapi tentang cara kita merasakan, berpikir, dan memaknai keberadaan kita dalam ekosistem kehidupan,” kata Richardson.
Ia menilai posisi Inggris yang rendah bukan hal mengejutkan, karena masyarakat semakin mengedepankan pola pikir rasional, ekonomis, dan ilmiah.
Menurutnya, kemajuan teknologi memang membawa manfaat besar, tetapi menjadi tantangan tersendiri untuk menyeimbangkannya dengan kedekatan pada alam.
“Pertanyaannya, bagaimana mengembalikan cara berpikir alami ke dalam dunia modern yang sangat berteknologi? Caranya adalah menjadikan nilai alam bagian dari kesejahteraan hidup, dihormati bahkan dianggap sakral,” ujarnya.
Baca juga: 10 Negara Teraman untuk Jalan Kaki Sendiri pada Malam Hari, Didominasi Asia
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang