YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tri Fajar Firmansyah korban salah sasaran dalam kericuhan supoerter Persis Solo dengan warga Yogyakarta 25 Juli lalu, meninggal pada hari Selasa (2/8/2022).
Suasana duka tampak di rumahnya yang berada di RT 013 RW 004, Pesukuhan Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Wahyudi (59) yang merupakan ayah Tri Fajar mengatakan anaknya meninggal dunia di RSPAU Hardjolukito pada 14.10 WIB. Tri Fajar menjalani perawatan selama delapan hari di rumah sakit tersebut dengan kondisi tak sadarkan diri.
"Tidak sadar delapan hari. Masuk malam Selasa (Senin 25 Juli) sampai Selasa kemarin belum sadar," katanya saat ditemui di rumah duka, Rabu (2/8/2022).
Baca juga: Tukang Parkir Kritis, Jadi Korban Salah Sasaran Suporter di Yogyakarta
Ia menjelaskan bahwa putranya merupakan pendukung PSS Sleman. Selain itu dia mengatakan anaknya tidak mengetahui apa-apa terkait keributan yang melibatkan suporter dari Solo dengan warga.
Wahyudi mengungkapkan dirinya sempat makan bersama sang anak sebelum terjadi kericuhan suporter pada sore harinya. Bahkan pada saat itu anaknya meminta disuapi makanan oleh ayahnya.
"Sore minta makan, njaluk dulang sama saya (minta suap sama saya)," kata dia
Baca juga: Bupati Pati Sudewo Tolak Mundur: Saya Kan Dipilih Rakyat Secara Konstitusional
Setelah menyuapi anaknya Wahyudi menjalankan shalat. Sementara Tri Fajar ditelepon rekan-rekannya dan diajak main.
Wahyudi juga meluruskan bahwa sang anak bukanlah tukang parkir tetapi bekerja sebagai pengemudi ojek online makanan. Saat kejadian anaknya kebelukan sedang berada di pasar modern tak jauh dari Babarsari.
"Anak saya tidak (tukang) parkir, biasanya cuma kerja Shopee. Sama teman-temannya cuma main, arang-arang (jarang-jarang) di Mirota (pasar modern) itu," jelas Wahyudi.
Baca juga: Update Demo Pati Hari Ini: 34 Orang Luka-luka, Polda Jateng Bantah Ada Korban Tewas
Tri Fajar merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara diduga dikeroyok oleh sejumlah orang. Wahyudi sempat bercerita pada waktu kejadian anaknya sempat dua kali terjatuh.
"Kemungkinan dikeroyok. Tibo ping kalih mas (jatuh dua kali mas)," ungkap dia.
Ia berharap kasus ini dapat diusut dengan tuntas oleh kepolisian. Dia juga berharap peristiwa ini tidak merembet ke mana-mana.
Baca juga: Gugat Tita Delima Rp 120 Juta Usai Resign, Perusahaan Akui Awam Aturan di Depan Disnaker
"Iya (diusut) biar tidak merembet, anak saya saja yang dapat alangan (musibah) ini," ujarnya.
Ia berharap kasus ini dapat diusut tuntas dan hukum ditegakkan. Dia tak ingin kasus seperti ini terulang kembali di waktu mendatang. Apalagi kepada orang yang tidak tahu apa-apa.
"Harapan kami diselesaikan secara hukum tuntas begitu. Mudah-mudahan tidak terulang lagi," tutupnya.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!