Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Ekskavasi Situs Keputren Temukan Wadah Air Zaman Majapahit

Kompas.com - 06/09/2023, 18:28 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Tim Ekskavasi Situs Keputren Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kerto-Pleret menemukan artefak fragmen gerabah diduga wadah air terbuka dengan motif hias dan ciri khas era Kerajaan Majapahit.

Ekskavasi Situs Keputren ini dilakukan di lahan pribadi milik warga sejak 10 Agustus 2023 hingga 7 September 2023. Sementara artefak fragmen yang ditemukan didata dan diserahkan kepada Disbud DIY untuk dilakukan kegiatan pelestarian.

Fragmen gerabah abad 13 ini ditemukan di area yang diduga merupakan saluran air kuno abad 17 atau era Kerajaan Mataram Islam. Meski telah hancur, karakter motif hias yang bercirikan era Majapahit kuno masih tampak jelas dan menonjol ukirannya.

Baca juga: 12 Tempat Bersejarah di Yogyakarta, dari Peninggalan Kerajaan Mataram Islam hingga Masa Kemerdekaan

Wadah air terbuka kuno ini diperkirakan memiliki diameter sekitar 50 cm yang biasa digunakan kalangan bangsawan kala itu.

Peneliti Pusat Riset Arkeologi, Prasejarah dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hery Priswanto mengatakan, ekskavasi yang dilakukan di Situs Keputren ini merupakan rangkaian akhir dari penelitian yang dilakukan Disbud DIY pada 2023.

“Penelitian sebelumnya telah dilaksanakan Situs Kedaton dan Situs Kerto. Tim Ekskavasi Keputren menemukan beberapa data arkeologi yang signifikan. Salah satunya arsitektur monumental berupa struktur bata dengan beberapa strukturnya menggunakan batu andesit yang berasal dari batuan candi berornamen. Temuan serupa pernah dijumpai di Situs Kerto,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (6/9/2023).

Dia menambahkan tim Ekskavasi Situs Keputren mendapatkan temuan dua struktur. Pertama struktur fondasi dari sebuah tembok berbahan bata yang membujur dari timur ke barat dengan lebar kurang lebih 70 cm. Kedua, struktur yang diduga sebagai saluran air dengan orientasi utara-selatan.

Pada struktur saluran air inilah ditemukan artefak fragmen kuno berupa wadah air yang sudah tidak utuh. Wadah-wadah air ini sangat bervariasi yakni ada yang tertutup dan terbuka. Wadah air yang tertutup banyak ditemukan berupa pecahan dari kendi. Kemudian wadah air terbuka dengan ukiran yang ditempel.

“Yang menarik selama saya melakukan penelitian di Pleret sejak 2007 lalu, temuan ini baru sekali berupa wadah air terbuka dengan ornamen yang mirip dengan ornamen yang saya jumpai di Trowulan Mojokerto sehingga ada kemiripan dengan era Kerajaan Majapahit,” kata dia.

Menurutnya, artefak ini bukan dimiliki oleh orang sembarangan. Keputren sendiri merupakan sebuah pemukiman Pleret yang digunakan para putri raja dan selirnya.

“Dengan temuan artefak berupa wadah-wadah air, kemudian struktur ini bisa menjawab bahwa Keputren ini punya peran dan nilai penting serta bagian dari Keraton Pleret yang pernah ada pada abad 17,” katanya.

Baca juga: Ketua DPRD Nganjuk Dorong Situs Candi Lor Segera Ditetapkan Jadi Cagar Budaya

Hery mengaku pernah menemukan artefak fragmen dengan model ukiran yang simpel dan diberi hiasan serupa saat melakukan penelitian di area Jawa Timur. Ukiran pada artefak fragmen yang ditemukan di Situs Keputren Pleret ini sama dengan ukiran dengan era Majapahit Kuno.

“Dengan demikian keberadaan benda ini sudah ada dan dimanfaatkan oleh orang yang tidak sembarangan di Situs Keputren tersebut. Mengingat artefak wadah air yang dimiliki masyarakat pada umumnya biasanya polos alias tidak mempunyai ukiran,” jelas Hery.

Temuan artefak fragmen kuno akan disimpan di Museum Pleret. Sementara lokasi ekskavasi merupakan lahan milik warga bernama Parjinem yang belum dibebaskan Disbud DIY. Tim Ekskavasi Situs Keputren hanya diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan setelah selesai ditimbun kembali.

Alasan penutupan demi keamanan dan pelestarian situs tersebut karena tidak bisa dibiarkan terbuka. Lain halnya apabila lahan tersebut sudah dibeli oleh Disbud DIY maka situs tersebut bisa diberikan peneduh dan pagar batas pengaman sebagai perlindungan. Tim peneliti juga telah membuat penanda apabila situs ini akan dibuka kembali nantinya.

Baca juga: Hari Terakhir Ekskavasi ke-4 Candi Gedog Blitar, Arkeolog Temukan Sisa Struktur Bangunan Beratap

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
12 Pencuri di Gunungkidul Ditangkap, Sasar Rumah Sakit hingga Minimarket
12 Pencuri di Gunungkidul Ditangkap, Sasar Rumah Sakit hingga Minimarket
Yogyakarta
Parkir Tulisan Tangan Rp 50.000 Hebohkan Jogja, Hasto: Digital Parking Saya Percepat
Parkir Tulisan Tangan Rp 50.000 Hebohkan Jogja, Hasto: Digital Parking Saya Percepat
Yogyakarta
Viral! Parkir Rp 50.000 dengan Karcis Tulis Tangan di Depan Kantor Gubernur DIY
Viral! Parkir Rp 50.000 dengan Karcis Tulis Tangan di Depan Kantor Gubernur DIY
Yogyakarta
Proyek Sampah Jadi Listrik di Yogyakarta Bakal Didanai Danantara
Proyek Sampah Jadi Listrik di Yogyakarta Bakal Didanai Danantara
Yogyakarta
Pengendara Motor di Kulon Progo Tewas Masuk Got Meski Tak Terluka, Diduga Serangan Jantung
Pengendara Motor di Kulon Progo Tewas Masuk Got Meski Tak Terluka, Diduga Serangan Jantung
Yogyakarta
Kasus Leptospirosis di Yogyakarta Meningkat, Wali Kota Hasto Segera Bahas KLB
Kasus Leptospirosis di Yogyakarta Meningkat, Wali Kota Hasto Segera Bahas KLB
Yogyakarta
Pertemuan Jokowi dan Mulyono Saat Reuni di UGM, Apa Saja yang Terungkap?
Pertemuan Jokowi dan Mulyono Saat Reuni di UGM, Apa Saja yang Terungkap?
Yogyakarta
Jokowi Pun Reuni di Tengah Isu dan Tudingan Ijazah Palsu...
Jokowi Pun Reuni di Tengah Isu dan Tudingan Ijazah Palsu...
Yogyakarta
Hilang di Pantai Siung Gunungkidul, Wanita asal Jakarta Tinggalkan Motor dan Identitas
Hilang di Pantai Siung Gunungkidul, Wanita asal Jakarta Tinggalkan Motor dan Identitas
Yogyakarta
Prabowo Minta Kejurnas Pacuan Kuda di Bantul Utamakan Keselamatan, King Argentin Ukir Rekor Baru
Prabowo Minta Kejurnas Pacuan Kuda di Bantul Utamakan Keselamatan, King Argentin Ukir Rekor Baru
Yogyakarta
Paksakan Diri Datang Reuni UGM, Jokowi: Kalau Tak Datang, Ramai Lagi Nanti
Paksakan Diri Datang Reuni UGM, Jokowi: Kalau Tak Datang, Ramai Lagi Nanti
Yogyakarta
Bertemu Mulyono di Reuni UGM, Jokowi: Jangan Nambah Masalah Lagi...
Bertemu Mulyono di Reuni UGM, Jokowi: Jangan Nambah Masalah Lagi...
Yogyakarta
Soal Ijazah, Teman Seangkatan Kuliah Jokowi Pastikan Asli dan Siap Jadi Saksi
Soal Ijazah, Teman Seangkatan Kuliah Jokowi Pastikan Asli dan Siap Jadi Saksi
Yogyakarta
Soal Jokowi Tak Kenakan Baju Seragam Reuni, Ini Kata Ketua Angkatan 80 Fakultas Kehutanan
Soal Jokowi Tak Kenakan Baju Seragam Reuni, Ini Kata Ketua Angkatan 80 Fakultas Kehutanan
Yogyakarta
Hadiri Reuni Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi: Jangan Senang Dulu Lho karena Ijazah Saya Masih Diragukan
Hadiri Reuni Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi: Jangan Senang Dulu Lho karena Ijazah Saya Masih Diragukan
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau