JAKARTA, KOMPAS.com - YouTuber Turah Parthayana merasa terpuruk dan sedih dengan viralnya kasus pelecehan seksual yang menyeret namanya.
Kasus itu pertama kali mencuat ketika akun Twitter @sandi_sa119 membeberkan cerita yang diklaim sebagai kronologi kejadian pelecehan seksual tersebut dari pernyataan JA, perempuan yang mengaku menjadi korban.
Dalam video klarifikasi di kanal YouTube-nya, Turah mengatakan, masalah itu sudah selesai dan dia sudah menerima sanksi.
"Aku sempat down, ya, aku berusaha menghibur diri. Di pertemuan pertama masalah sudah clear, pokoknya aku sudah nurutin konsekuensiku apa," kata Turah seperti dikutip Kompas.com, Selasa (11/8/2020).
Baca juga: Turah Parthayana Siap Laporkan Pemilik Akun Twitter yang Viralkan Kasus Pelecehan Seksual
"Kayak dikeluarin dari Indonesian Day terus aku disuruh pindah lantai, tapi aku lebih ke apartemen sementara jangan berhubungan sama orang-orang Indonesia dulu takutnya aku salah ngomong lagi nih," sambungnya.
Kemudian, Turah semakin terpuruk dengan dikeluarkannya sebuah surat pernyataan yang dibuat Ketua Perhimpunan Mahasiswa Rusia (Pemira) Tomsk Rusia, Gokma Sahat Tua Sinaga yang menjadi mediator antara Turah dan JA.
"Aku sudah mengikuti kemauan dari JA dan keesokan harinya keluarlah surat itu bahwa aku melakukan pelecehan seksual," tutur Turah.
"Sebenarnya aku sudah menerima suratnya tetapi yang jadi masalah adalah isinya pelecehan seksual itu yang bikin aku down dan sedih," sambungnya.
Baca juga: Turah Parthayana Sebut Pernyataan JA soal Kronologi Membingungkan
Turah kemudian memutuskan untuk mengambil tindakan hukum atas utasan itu.
"Maka dari itu, saya Turah parthayana akan mengambil langkah hukum dan melaporkan saudara Sandi ke pihak kepolisian," ujar Turah.
Dalam video itu, Turah tidak menyangkal dia telah melakukan pelecehan seksual terhadap JA.
Namun, ada beberapa kronologi yang menurut Turah keluar dari peristiwa yang sebenarnya.
Baca juga: Turah Parthayana Klarifikasi soal Nonton Film Horor Bareng JA: Kami Saling Ajak
Bagi Turah, kasus yang terjadi pada November 2019 itu sudah diselesaikan dengan pihak JA.
Turah juga mempertanyakan motif JA dan Sandy menguak kembali kasus tersebut.