JAKARTA, KOMPAS.com - Sutradara Joko Anwar mengaku lebih banyak menggunakan efek praktikal dalam pembuatan serial Nightmares and Daydreams.
Meski didukung penuh oleh Netflix untuk menggunakan efek visual buatan, Joko memilih tetap menggunakan efek praktikal agar gambar-gambarnya terlihat otentik.
"Kalau ngomongin special effects, kita sebenarnya lebih banyak practical," kata Joko Anwar saat ditemui belum lama ini.
Baca juga: Joko Anwar Yakin Genre Sci-fi Supernatural Punya Potensi di Indonesia
Dalam episode The Encounter, Joko Anwar bahkan menciptakan desa nelayan khusus yang dipenuhi oleh kerang.
Tim produksi memboyong 14 truk penuh dengan kerang demi menciptakan desa nelayan tersebut.
"The Encounter itu desa nelayan kita bikin dari nol. Kita membawa dari Muara Angke 14 truk kerang yang kita sebarin karena itu untuk menciptakan authenticity," ujar Joko Anwar.
Meskipun demikian, Joko Anwar tak menampik bahwa serial bergenre sci-fi supernatural itu menggunakan efek visual buatan.
Namun takarannya tak banyak dan hanya digunakan sebagai pelengkap.
"Jadi kebanyakan kita practical effect, CGI dan segala macam hanya untuk melengkapi ketidakmampuan kita secara manusia, itu baru kita bikin," terangnya.
Sutradara berusia 48 tahun itu menyadari keputusan menggunakan efek praktikal memberikan tantangan lebih dalam proses produksi.
Namun ia merasa puas karena hasilnya sesuai dengan apa yang diinginkannya.
"Apakah lebih susah? Lebih susah, tapi on camera kelihatan lebih real aja," ucapnya.
Nightmares and Daydreams merupakan serial terbaru dari Joko Anwar.
Serial original Netflix ini berisi 7 episode yang menceritakan kisah-kisah aneh dari manusia di berbagai latar waktu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.