KOMPAS.com - Sudah cukup lama Indonesia tak memiliki film drama romansa dengan latar kehidupan anak kuliah.
Kebanyakan cerita justru mengambil kehidupan remaja di bangku SMA. Kisah cinta monyet dengan bumbu anak geng motor/anak nakal yang jatuh cinta pada gadis manis/pintar.
Formula serupa terus dan terus dipilih tanpa banyak pembaruan dan eksplorasi dari sisi kreatifnya.
Baca juga: Berkat Sampai Nanti, Hanna!, Febby Rastanty Sadar Bahaya Kekerasan Verbal
Kisah cinta di masa kuliah seakan kurang menarik untuk dibahas.
Padahal kisah cinta di masa kuliah menawarkan banyak opsi pengembangan cerita yang menarik.
Sampai Nanti, Hanna! mengambil kesempatan itu dengan baik.
Di tengah minimnya konten drama romansa era perkuliahan, film garapan Agung Sentausa ini hadir membawa angin segar.
Baca juga: 13 Tahun Vakum Garap Film, Agung Sentausa Ungkap Alasan Comeback lewat Sampai Nanti, Hanna!
Ceritanya tentang cinta antara Gani (Bio One) yang selalu memendam rasa terhadap Hanna (Febby Rastanty).
Sampai akhirnya Hanna menikah dengan Arya (Ibrahim Risyad), Gani tetap diam.
Hal terpenting dari film Sampai Nanti, Hanna! adalah bagaimana Agung ingin menyampaikan tema penting tentang kepedulian terhadap kesehatan mental akibat kekerasan verbal.
Selama ini masalah kekerasan verbal tak pernah benar-benar disorot, jika dibandingkan dengan kekerasan fisik.
Baca juga: Sinopsis Film Sampai Nanti, Hanna!
Padahal dampak yang ditimbulkan sama-sama menghancurkan mental seseorang.
Rasa trauma akibat mendapatkan kekerasan verbal butuh waktu untuk disembuhkan.
Tak sedikit bahkan harus memerlukan pendampingan dari psikolog untuk bisa kembali menata hidup dengan lebih baik.
Agung Sentausa menyampaikan tema penting ini dengan sangat baik lewat film Sampai Nanti, Hanna!
Pesannya bisa sampai dengan mudah kepada penonton tanpa terasa memaksa karena memang ceritanya cukup kuat.
Di samping itu, akting Bio One dan Febby Rastanty juga terasa luwes meski latar belakangnya di Bandung era 1990-an.
Keduanya terbilang meyakinkan ketika masih menjadi mahasiswa UNPAD yang memberontak lewat majalah kampusnya yang bernama Gugat!
Satu catatan penting mungkin harus ditunjukkan kepada Febby Rastanty sebagai Hanna yang dikisahkan perempuan asli Bandung.
Tak seperti di film Seni Memahami Kekasih, yang notabene full berbahasa Jawa, di film kali ini Febby Rastanty melupakan satu elemen penting dari Bahasa Sunda.
Baca juga: Pesan Febby Rastanty untuk Semua yang Terjebak dalam Hubungan Toxic
Febby kurang menguasai vokal Bahasa Sunda yang terdiri dari a, i, u, é, o, e, dan eu dengan sempurna.
Padahal di film Seni Memahami Kekasih, Febby melahap semua dialog Bahasa Jawa dengan sangat baik lengkap dengan logatnya.
Film yang manis
Di luar masalah itu, Sampai Nanti, Hanna! adalah sebuah film yang manis dan menyenangkan untuk ditonton.
Apalagi akting Bio One sebagai seorang pemuja rahasia sangat meyakinkan.
Bio benar-benar tahu cara menerapkan tren "laki-laki tidak bercerita, tapi ..." lewat karakter Ganinya.
Tanpa banyak dialog, penonton akan paham sederas apa cinta yang dipendam oleh Gani kepada Hanna atau sesakit apa Gani ketika tahu Hanna akan menikah dengan Arya.
Bagi Gani, laki-laki memang tidak bercerita, tapi cintanya untuk Hanna tetap terjaga.
Sampai Nanti, Hanna! bisa disaksikan di bioskop mulai 5 Desember 2024.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.