KOMPAS.com - Sutradara kenamaan Tsui Hark mengawali tahun 2025 dengan film Legends of the Condor Heroes: The Gallants. Hark mendapuk aktor Xiao Zhan sebagai pemeran utamanya.
Legends of the Condor Heroes: The Gallants menyuguhkan adegan peperangan yang megah, ditambah filosofi seni bela diri China dan patriotisme.
Berbeda dengan serial TV
Sebagai catatan, Legends of the Condor Heroes: The Gallants berbeda dengan serial televisi era 1990-an yang populer di Indonesia dan dibintangi Andy Lau, Pendekar Rajawali.
Baca juga: Review Film Captain America: Brave New World, Bagaimana Masa Depan MCU?
Keduanya dibuat berdasarkan novel trilogi karya Jin Yong tahun 1950-an, tapi Legends of the Condor Heroes: The Gallants disebut sebagian besar mengambil bab 34-40 dari buku pertama, The Legend of the Condor Heroes.
Sementara itu, serial televisi Pendekar Rajawali mengambil cerita dari buku kedua yaitu The Return of the Condor Heroes.
Pencarian Guo Jing akan Huang Rong
Guo Jing (Xiao Zhan) bertemu dengan Huang Rong (Zhuang Dafei), penduduk Pulau Bunga Persik, ketika tengah berguru. Guo Jing merasa Huang Rong berbeda dan mereka pun kerap bertualang bersama.
Namun, suatu kejadian menyebabkan kesalahpahaman antara Guo Jing dan Huang Rong. Terbawa emosi, Guo Jing pun meninggalkan Huang Rong.
Baca juga: Review Film 1 Kakak 7 Ponakan, Adakah Moko di Dunia Nyata?
Guo Jing yang akhirnya mengetahui kebenaran merasa menyesal dan ingin mencari Huang Rong. Begitu pula Huang Rong, ia ingin tetap bertemu dengan Guo Jing.
Meskipun terpisah, keduanya saling bertukar kode untuk mengabari bahwa salah satu dari mereka masih hidup.
Akan tetapi, situasi saat itu sedang panas akibat peperangan. Di sisi selatan, pasukan Jin berhasil mengalahkan pasukan Song sekaligus mengambil wilayahnya, sedangkan di sisi utara ada pasukan Mongol yang ingin menyatukan semua klan di bawah kekuasaannya.
Guo Jing, yang merupakan keturunan bangsa Song, mencari perlindungan dengan pasukan Mongol. Berkat keahliannya, ia bahkan dianggap anak angkat oleh Jenghis Khan (Bayaertu).
Keadaan semakin rumit dengan munculnya Racun Barat (Tony Leung Ka Fai) yang ingin menguasai seni bela diri yang hanya diketahui Guo Jing dan Huang Rong.
Bersama pasukannya, Racun Barat bahkan tidak segan menyusup ke wilayah pasukan Mongol dan menyakiti Huazheng (Zhang Wenxin), putri dari Jenghis Khan.
Guo Jing juga akan dihadapkan dengan pilihan sulit, apakah sebaiknya ia membela tanah kelahiran ayahnya atau tetap mencari perlindungan dan bersekutu dengan pasukan Mongol?
Apakah nantinya Guo Jing bisa bertemu dengan Huang Rong, apalagi kehidupan keduanya tengah terancam akibat ambisi Racun Barat?
Review Legends of the Condor Heroes
Legends of the Condor Heroes: The Gallants dibuka dengan adegan peperangan antara pasukan Jin dan pasukan Mongol. Sinematografi dan musik latar yang disajikan pun cukup memukau.
Salah satu kelebihan dari film ini ada di adegan perang kolosal. Hark tak hanya menyorot pasukan berkuda dari atas, tapi juga dari sudut pandang lainnya sehingga mampu membuat penonton merasakan semangat dari dua kubu yang tengah berseteru.
Film ini juga sarat akan taktik dan formasi pasukan dalam peperangan, terutama bagaimana pasukan Mongol mengepung musuh.
Baca juga: Review: 2nd Miracle In Cell No. 7, Sekuel yang Matang
Kelebihan lainnya adalah penggunaan bahasa Mongol oleh sejumlah aktor yang tidak berkesan kaku, serta membuat kehidupan Guo Jing di tengah bangsa Mongol semakin meyakinkan.
Pengembangan karakter yang patut diacungi jempol ada di Huazheng (Zhang Wenxin). Ia begitu piawai dalam memainkan pedang, tapi di sisi lain ia juga bisa melembut ketika bertemu Guo Jing. Keputusannya di akhir filmlah yang membuat Huazheng jadi karakter yang membekas.
Xiao Zhan juga mampu memerankan Guo Jing dengan baik dan mampu membangun emosi penonton, apalagi ketika karakternya menghadapi titik balik yang dramatis dari perjuangannya selama ini.
Buat yang pernah menonton karya The Legend of the Condor Heroes sebelumnya, musik latar di beberapa adegan dalam film bisa jadi momen bernostalgia.
Sesungguhnya Legends of the Condor Heroes bisa dinikmati tanpa perlu membaca buku atau menonton karya sebelumnya. Subtitle film di bioskop juga cukup membantu.
Beberapa menit awal memang sedikit rumit karena berisi pemaparan situasi peperangan saat itu. Ditambah film ini menggunakan alur maju-mundur, dengan sudut pandang dari Guo Jing dan Huang Rong.
Namun, semakin ke tengah film, pace (kecepatan) dan penceritaan semakin menemukan titik terang. Kendati demikian, semakin mendekati akhir, pace film ini terasa dipercepat.
Langkah Guo Jing di akhir film bisa direnungkan. Di sisi lain, tindakannya bisa disebut patriotik dan heroik, tapi di sisi lain juga bisa dilihat sebagai pengkhianatan.
Adegan perkelahian antara Guo Jing dan Racun Barat di tengah pasukan Mongol cukup memukau, dengan pace yang tepat. CGI membuat elemen dan jurus mereka bisa dilihat, apalagi tampilan Racun Barat juga semakin mengerikan.
Akan tetapi, di sisi lain, apalagi bagi penikmat karya The Legend of Condor Heroes sebelumnya, adegan tersebut mungkin akan terlihat kurang "adu jotos".
Pada akhirnya Legends of the Condor Heroes: The Gallants tak hanya soal perang, tapi filosofi di balik seni bela diri serta makna dari kata "perdamaian".
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.