JAKARTA, KOMPAS.com - Sutradara Joko Anwar memiliki alasan tersendiri mengapa menggunakan nama Bukit Duri dalam film terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri.
SMA Bukit Duri menjadi tempat buangan bagi siswa-siswi yang tak diterima di masyarakat.
Apakah Bukit Duri itu merupakan tempat nyata mengingat ada beberapa daerah di Jakarta yang memiliki nama serupa?
Joko Anwar mengatakan Bukit Duri adalah tempat fiktif.
Baca juga: Mengapa Joko Anwar Pilih 2027 sebagai Latar Pengepungan di Bukit Duri?
"Jadi kenapa namanya Bukit Duri tapi juga bukan sekedar nama. Memang cari nama sekolah yang merepresentasikan situasi negeri, yaitu Bukit Duri," kata Joko saat ditemui di kantornya, Senin (4/3/2025).
Bukit Duri merupakan representasi yang pas untuk cerita dalam Pengepungan di Bukit Duri.
"Udahlah jalannya bukit, uphill walk, tajam pula berduri. Kayak susah banget sih?" terangnya.
"Apa yang harus dilakukan? Logikanya, durinya dulu yang kita cabut. Nah, durinya itu apa? Kita serahkan ke penonton ketika mereka menonton filmnya," kata Joko.
Baca juga: Serba-sebi Film Kesebelas Joko Anwar, Pengepungan di Bukit Duri
Meskipun filmnya menampilkan kekerasan di dunia pendidikan, Joko Anwar sebenarnya memiliki pesan tersembunyi di balik Pengepungan di Bukit Duri.
Sutradara berusia 49 tahun itu menyisipkan secercah harapan bahwa 2027 tak akan semenakutkan itu.
"Meskipun filmnya mungkin penuh kekerasan, tapi ada harapan juga sebenarnya. Harus, karena kalau kita bikin film, bilang bahwa ini ada masalah-masalah tapi bagaimana film ini bisa menimbulkan harapan itu yang penting," kata Joko.
Pengepungan di Bukit Duri akan tayang di bioskop pada 17 April 2025.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.