KOMPAS.com – Penyanyi cilik asal Banyuwangi, Farel Prayoga, yang kini beranjak remaja mengungkapkan kisah pilu di balik kesuksesan karier menyanyinya.
Dalam perbincangan terbaru bersama Denny Sumargo, Farel Prayoga mengaku, uang miliaran rupiah yang ia hasilkan dari panggung ke panggung kini nyaris tak bersisa—dan ironisnya, sebagian besar digunakan oleh keluarganya tanpa izin dan sepengetahuannya.
Farel Prayoga menceritakan, awal mula dirinya merasa ada yang janggal terjadi saat ia hendak menarik uang dari rekening pribadinya.
Namun yang Farel Prayoga temukan justru saldo yang tinggal puluhan ribu rupiah saja.
“Ya udah, aku mau narik uang dulu. Eh, ternyata uangnya cuma sisa Rp56.000,” ujar Farel dalam tayangan YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo, dikutip Minggu (20/7/2025).
Kaget dengan kondisi tersebut, Farel Prayoga langsung menghubungi kedua orangtuanya untuk meminta penjelasan. Namun respons yang ia terima justru menyalahkannya.
“Aku telepon Bapak Ibu, ‘Kenapa uangku tinggal segini?’ Terus dijawab, ‘Ya kamu aja yang boros,’” kenangnya.
Baca juga: Uang Hasil Kerja Keras Habis di Tangan Orangtua, Farel Prayoga: Sisa Rp 56.000
Merasa bersalah, Farel Prayoga sempat meminta maaf karena mengira benar-benar telah menghabiskan uang secara berlebihan.
Tetapi beberapa minggu kemudian, sang kakak perempuan membongkar kenyataan yang mengejutkan.
Baca juga: Kisah Pilu Farel Prayoga: Kerja Keras yang Hilang di Tangan Orangtua
Uang Farel dipakai untuk membeli seekor kuda dan juga tanah—semuanya tanpa sepengetahuannya.
“Waktu kutanya, alasannya beli tanah. ‘Ini tanahnya buat kamu besok,’ katanya. Nah, kayak gitu-gitu,” ujar Farel Prayoga, masih terdengar bingung.
Baca juga: Cerita Farel Prayoga Dulu Ngamen Tiap Subuh demi Lunasi Utang Keluarga
Bagi remaja yang tumbuh dari keluarga sederhana, kenyataan bahwa uang hasil jerih payahnya habis begitu saja sangat menyakitkan.
Apalagi, uang tersebut seharusnya bisa menjadi bekal penting untuk masa depannya.
Farel Prayoga pun mengungkap bahwa saat ini ia harus mengandalkan manajernya untuk membiayai sekolah.
“Sekarang aku sekolah, manajer aku yang bayarin dulu. Ya enggak nyangka juga uang dari miliaran bisa tinggal Rp10.000,” ucap Farel dengan getir.
Farel Prayoga menambahkan, ketidaktahuannya tentang pengelolaan uang turut dipengaruhi latar belakang emosional.
Baca juga: Pertama Kali Dengar Suara Ibu Kandung Setelah 14 Tahun, Farel Prayoga: Ibuku Nyebut Aku Langgeng
Sebagai anak yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua sejak kecil, Farel Prayoga mengaku sangat mudah mempercayai orang, termasuk keluarganya sendiri.
“Karena emang aku kurang kasih sayang dari orang tua. Jadi kayak ada orang yang baik sama aku, ya udah aku percaya. Gampang percaya jadinya,” kata Farel Prayoga.
Baca juga: Dulu Ngamen, Farel Prayoga Sebut Sehari Bisa Hasilkan Rp 700.000
Denny Sumargo, yang mendengarkan curhat tersebut, ikut terenyuh. Denny Sumargo berharap Farel bisa bangkit dan menjadi pribadi yang lebih kuat di masa depan.
Perjalanan Farel Prayoga dari Jalanan ke Istana NegaraFarel Prayoga lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, pada 8 Agustus 2010. Sejak kecil, Farel Prayoga sudah membantu perekonomian keluarga dengan mengamen dari satu tempat ke tempat lain.
Baca juga: Tak Mau Pindah ke Jakarta, Farel Prayoga: Makanannya Mahal
Suaranya yang khas dan penuh penghayatan membuatnya dikenal luas lewat lagu-lagu daerah, dangdut koplo, dan pop tradisional.
Namanya mulai viral setelah video-videonya menyanyi menyebar di media sosial. Puncak ketenarannya datang pada 17 Agustus 2022, saat ia tampil di Istana Negara dalam peringatan HUT ke-77 Republik Indonesia, membawakan lagu “Ojo Dibandingke”.
Baca juga: Tak Mau Pindah ke Jakarta, Farel Prayoga: Makanannya Mahal
Penampilan itu tak hanya menghibur para pejabat tinggi negara, tapi juga mencetaknya sebagai fenomena nasional.
Namun di balik kesuksesan tersebut, Farel Prayoga menyimpan luka soal keuangan dan kepercayaan.
Baca juga: Duet Bareng Farel Prayoga, Iwan Fals: Ini Penyanyi Istana Lho
Kini, Farel Prayoga berharap bisa membangun kembali masa depannya dengan lebih kuat dan berhati-hati—terutama dalam hal mengelola hasil jerih payahnya sendiri.