KOMPAS.com - Mendung selalu mengiringi turunnya hujan. Namun ternyata hujan tak selalu dibawa oleh awan yang berwarna kelabu.
Awan yang terlihat putih juga mampu menurunkan hujan meski tak lebat.
Diambil dari Encyclopaedia Britannica, awan merupakan kumpulan tetesan air dan kristal es.
Awan-awan yang mengandung titik embun air tersebut kemudian berkumpul dan membentuk awan.
Awan tidak memiliki bentuk yang pasti dan mampu menghilang begitu saja.
Beberapa orang ternyata menggantungkan nasibnya pada awan seperti petani, pelaut, dan profesi kerja lainnya.
Baca juga: Proses Terjadinya Hujan
Mereka menggunakan pengetahuan awan untuk memperkirakan cuaca yang akan datang.
Awan mendung terjadi karena uap air yang dibawa tidak hanya dari air laut, sungai, atau sumber air lainnya.
Terdapat partikel lain, seperti asap knalpot, polusi udara, debu, dan sumber lainnya yang ikut naik.
Dilansir dari Kompas.com, warna awan sebenarnya masalah perspektif.
Selama ini awan dikenal dengan warna putih, biru, dan kelabu. Padahal warna awan dihasilkan dari cahaya matahari yang berinteraksi dengan uap air.
Semakin banyak titik embun air yang berkumpul, maka semakin tebal bentuk awannya.
Awan mendung menyimpan lebih banyak uap air yang diturunkan menjadi hujan. Ini sebabnya banyak cahaya yang terpecah.
Baca juga: Musim Hujan Tak Merata, Petani Gunungkidul Kebingungan Tebar Benih
Semakin tebal awan dengan titik embun, maka sinar matahari tidak mampu menembus awan bagian bawah hingga ke bumi.
Meski terlihat kelabu, ternyata dibagian atas awan mendung tetap berwarna putih karena terkena sinar matahari.
Menjadi hujan
Mendung tak selalu berarti hujan, hal ini tergantung dari angin yang membawa awan mendung tersebut.
Jika angin membawa awan ke lokasi yang suhunya lebih rendah dari awan, maka hujan akan turun.
Tingkat derasnya hujan juga tergantung dari beban titik embun air yang dibawa awan.
Baca juga: Mengapa Hujan Deras Selalu Diikuti Awan Mendung dan Petir?
Air hujan memiliki diameter 0,5 milimeter atau 0,02 inci. Gerimis bisa memiliki ukuran yang lebih kecil dari tetesan hujan.
Kecepatan hujan turun tergantung wilayahnya. Daerah kering akan lebih lambat dibandingkan hutan hujan tropis.
(Sumber:Kompas.com/Resa Eka Ayu Sartika)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.