Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekayaan Laut Natuna, Menyimpan Banyak Keramik Kuno

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Pemandangan wisata Batu Sindu di kawasan Tanjung Senubing, Bunguran Timur, Natuna, Kepulauan Riau, Minggu (16/2/2020). Tempat wisata ini menawarkan pemandangan batuan yang membentuk morfologi unik dan dikenal sebagai tor granit.
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Secara administratif, Natuna terletak di antara 1° 16’ - 7° 19’LU dan 105° 00’ - 110°00’BT. Natuna memiliki 12 kecamatan di dalamnya.

Natuna menyimpan seribu kekayaan alam hingga potensi lautnya yang cukup melimpah. Maka tak heran jika wilayah ini menjadi sasaran untuk di perebutkan oleh berbagai negara.

Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Natuna menjadi pulau yang menarik orang-orang sejak dahulu.

Banyak dari pelayar yang menyambangi pulau ini untuk bertransaksi dalam perniagaan. Tak sedikit pula yang hanya berteduh saat badai melanda.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Natuna memiliki sebuah pantai di daerah Klarik yang menyimpan banyak artefak, khususnya wadah dari porselain atau keramik.

Baca juga: Sejarah Konflik Natuna dan Upaya Indonesia

Sekitar laut Natuna relatif dangkal dan berkarang, sehingga banyak kapal muatan yang tenggelam.

Keramik ini sebagian besar berasal dari China daratan, mulai dari Masa Ching, Ming, Yuang, hingga Song.

Sejak zaman dahulu, pulau kecil ini ternyata sudah diperhatikan oleh pelaut Asia.

Keramik kuno tersebut banyak diburu. Sejak 1970-an banyak masyarakat yang mendatangi pantai tersebut.

Pantai tersebut kini menjadi salah satu Cagar Budaya yang kaya akan budaya bangsa.

Pulau Natuna juga memiliki beberapa pantai sebagai wisata bahari, di antaranya Jelita Sejuba, Batu Madu, Pulau Setai, dan Pantai Cemaga.

Kekayaan laut Natuna

Natuna memiliki luas laut hingga 99 persen dari total luas wilayahnya. Selain luas, Natuna memiliki kekayaan laut yang cukup besar.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, kekayaan sumber daya ikan laut Natuda cukup tinggi.

Baca juga: Kekayaan dan Potensi Natuna

Sebesar 504.212,85 ton per tahun atau sekitar 50 persen dari potensi Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 711 di Laut Natuna.

Pemanfaatan produksi perikanan di Laut Natuna baru mencapai 233.622 ton pada 2014 dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan mencapai 403.470 ton.

Komoditas laut Natuna terbagi dalam dua kategori, yaitu ikan pelagis dan ikan demersal.

Potensi ikan pelagis di Natuna mencapai 327.976 ton per tahun, dengan jumlah tangkapan yang dibolehkan 262.308,8 ton.

Dari jumlah tersebut baru dimanfaatkan sebesar 37 persen atau 99.037 ton. Ikan pelagis merupakan ikan yang hidup di permukaan air hingga kolam dengan kedalaman 200 meter.

Ikan yang masuk dalam kategori pelagis adalah ikan tuna, ikan pedang, marlin, cakalang, tenggiri, dan massih banyak lainnya.

Selain itu laut Natuna juga memiliki potensi ikan demersal hingga 159.700 per tahun. Namun yang dimanfaatkan baru mencapai 40.491 ton per 2014.

Baca juga: Bakamla: Laut Natuna Utara Memerlukan Perhatian Serius

Ikan demersal adalah ikan yang hidupnya di dasar laut, baik untuk mencari makan atau berkembang biak.

Ikan demersial yaitu ikankerapu, tongkol krai, tenggiri, ikan ekor kuning, udang putih, kepiting, dan masih banyak lainnya.

Lokasi penangkapan kapal besar umumnya berada di luar lokasi 4 mill laut yangh berada di wilayah laut Natuna, Laut China Selatan.

Minyak dan gas bumi

Laut Natuna memiliki cadangan minyak bumi diperkirakan hingga 14.486.470 barel dan gas bumi mencapai 112.356.680 barel.

Selain itu di sebelah utara Pulau Natuna (di ZEE) sejauh 225 kilometer terdapat ladang gas D-Alpha dengan total cadangan 222 triliun cubic feet dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT. Ladang tersebut menjadi salah satu sumber terbesar di Asia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi