KOMPAS.com – Munculnya berbagai kaum intelektual di Indonesia memicu bangkitnya rasa nasionalisme yang begitu kuat.
Keinginan rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu dari penjajahan Belanda juga semakin kuat. Keinginan tersebut bisa terlihat dari berbagai peristiwa yang terjadi pada masa pergerakan nasional.
Peristiwa ini memiliki peran cukup besar dalam membangkitkan semangat memerdekakan bangsa Indonesia.
Terdapat tiga peristiwa yang memiliki peran besar, berikut penjelasannya:
Baca juga: Awal Mula Terbentuknya Kesadaran Nasional
Manifesto Politik 1925
Dilansir dari buku Kamus Sejarah Indonesia (2018) karya Eko Sujatmiko, manifesto politik 1925 merupakan pernyataan politik yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Indonesia di Belanda mengenai nasib dan masa depan bangsa Indonesia.
Pernyataan politik ini memiliki arti yang sangat penting bagi terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Manifesto Politik 1925 setidaknya mengandung empat pokok pikiran penting, yaitu:
- Kesatuan nasional dengan mengesampingkan perbedaan serta membentuk aksi melawan Belanda demi menciptakan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu.
- Solidaritas yang disebebakan oleh adanya pertentangan kepentingan di antara penjajah dan terjajah. Serta meruncingnya konflik di antara kulit putih dan sawo matang.
- Non kooperasi, artinya kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari Belanda. Tetapi harus direbut dengan menggunakan kekuatan sendiri.
- Swadaya mengandalkan kekuatan sendiri dengan menciptakan struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi, dan hukum yang sejajar dengan administrasi kolonial.
Lihat Foto
kongres pemuda 1 tahun 1926
Kongres Pemuda 1928
Rasa nasionalisme para pemuda terus tumbuh dengan ditandai pembentukan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada September 1926 di Jakarta.
Baca juga: Kongres Pemuda 1 1926, Merumuskan Cita-Cita Indonesia
Tujuan utama PPPI adalah memperjuangkan Indonesia merdeka yang diwujudkan dengan menghapus sifat kedaerahan. Rasa nasionalisme tersebut akhirnya diwujudkan dalam kongres pemuda II yang digelar pada tanggal 27-28 Oktober 1928.
Rapat ketiga dalam kongres pemuda II yang digelar pada tanggal 28 Oktober 1928 memunculkan tiga keputusan yang memiliki arti penting bagi terwujudnya kemerdekaan Indonesia.
Tiga keputusan penting itu adalah:
- Lagu ”Indonesia Raya” ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
- Bendera Merah Putih ditetapkan sebagai bendera Indonesia.
- Pengucapan ikrar Sumpah Pemuda yang berbunyi:
"Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia".
Dalam buku Masa Pergerakan Nasional (2019) karya Samsudar Makfi, dijelaskan bahwa salah satu nilai penting dari Sumpah Pemuda adalah persatuan dan nasionalisme.
Baca juga: Sumpah Pemuda, Menandai Periode Penegas Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Setelah peristiwa Sumpah Pemuda, nasionalisme dan persatuan para pemuda semakin menguat.
Kongres Perempuan
Semangat nasionalisme dan persatuan tidak hanya dijunjung laki-laki, tetapi juga perempuan. Terinspirasi oleh peristiwa Sumpah Pemuda, para kaum wanita yang aktif dalam organisasi wanita berinisitasif untuk menyatukan gerakan mereka.
Akhirnya dilaksanakanlah Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta. Kongres tersebut dilaksanakan dari tanggal 22-25 Desember 1928.
Kongres perempuan pertama ini tercipta atas inisiatif tujuh organisasi wanita, yaitu wanita taman siswa, wanita utomo, Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling (JIBDA), Jong Java bagian wanita, wanita katholik, aisyiyah, dan putri indonesia.
Tujuan utama kongres perempuan ini adalah untuk mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan wanita Indonesia.
Baca juga: Opu Daeng Risadju, Pahlawan Perempuan dari Sulawesi Selatan
Dilansir dari buku Aisyiyah dan Sejarah Pergerakan Perempuan Indonesia: Sebuah Tinjauan Awal (2010) karya Baha’Uddin dan Adaby Darban, kongres perempuan menghasilkan beberapa keputusan, penjelasannya sebagai berikut:
- Mendirikan Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI).
- Menerbitkan surat kabar yang redaksinya dipercayakan kepada PPPI.
- Mendirikan studiefonds untuk anak-anak gadis yang pandai tetapi tidak mampu dan memperkuat pendidikan.
- Mengirimkan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar secepatnya mengadakan fonds bagi janda dan anak-anak, tunjangan bersifat pensiun jangan dicabut, dan sekolah putri diperbanyak.
- Mengirimkan mosi kepada Raad Agama (pengadilan agama) agar setiap talak dikuatkan secara tertulis sesuai dengan peraturan agama.