Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contoh Fabel Hewan Singkat dan Pesan Moralnya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Ssusan Schmitz
Ilustrasi hewan, binatang
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Siapa yang tidak tahu kisah si Kancil? Semasa kanak-kanak guru atau orang tua pasti menceritakan kisah-kisah yang mengandung pesan moral. Cerita yang sarat akan pesan moral disebut juga fabel.

Dilansir dari Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi (2010) karya Riris K. Toha-Sarumpaet, ke mana pun kita pergi, fabel yang notabene adalah upaya penanaman moral ini kita dengar dan temukan.

Untuk mempelajari lebih dalam mengenai fabel, mari membaca contoh-contoh. Berikut contoh fabel hewan singkat dan pesan moralnya:

Contoh 1

Diambil dari Ayo Lindungi Aku! 45 Fabel tentang Hewan-Hewan yang Terancam Punah (2015) karya Hanaco. Judulnya “Kakatua Jambul Kuning”.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Burung kakatua jambul uning itu biasa disapa Dija. Karena ceroboh, ia terpisah dari keluarganya. Padahal Dija sudah berkali-kali diingatkan untuk berhati-hati karena pemburu memasang banyak jebakan untuk menangkap penghuni hutan.

Dija belum jauh meninggalkan rumah ketika masuk perangkap. Susah payah dia mencoba melepaskan diri, tapi semuanya sia-sia saja. Ketika para pemburu melihatnya, mereka bersorak kesenangan.

“Hei, lihat!” panggil seseorang kepada teman-temannya. “Aku menemukan burung langka. Kita bisa kaya dengan menjualnya.”

Baca juga: Fabel: Pengertian, Ciri dan Unsurnya

Dalam sekejap beberapa manusia pun berkumpul da memelototi Dija. Burung kakatua itu sangat ingin mematuki para pemburu tersebut. Mereka sering berbuat jahat pada penghuni hutan.

Dija hanya bisa menangis dalam hari. Dia takut tidak akan pernah bertemu keluarga dan teman-temannya lagi. Dija kemudian tinggal di rumah mewah dengan banyak barang aneh. Si pemilih rumah memberinya nama baru.
“Doris…”
Itulah nama yang diucapkan lelaki itu tiap kali melihat Dija. Saat itu, Dija ingin berteriak bahwa namanya bukan Doris. Sayangnya, dia tidak bisa berbicara bahasa manusia.

Pemilik rumah juga mengajarinya berbicara. Jika Dija berhasil melakukan apa yang diminta, makanannya akan ditambah. Jika gagal, lelaki itu malah makin berusaha keras melatih Dija.
“Kamu memang burung yang sangat cantik dan pintar, Doris,” kata laki-laki itu berulang kali.

Dija suka dipuji. Tapi bukan dengan cara seperti ini. Dulu, pujian teman-temannya untuk jambulnya yang bisa mengembang, membuatnya sangat bahagia. Sekarang sebaliknya.

Suatu ketika, rumah mewah itu dipenuhi banyak tamu. Sangkar Dija dibawa ke ruang tamu yang luas. Banyak orang menatapnya takjub. Mengagumi keindahan warna bulunya dan jambul kuning Dija. Lalu burung itu disuruh bicara.
“Apa kabar? Apa kabar? Apa kabar?” Dija mengulang kata-kata itu dan suaranya disambut tepuk tangan. Begitu terus hingga Dija merasa lelah.

“Bagus, Doris, kamu memang burung yang luar biasa,” puji si pemilih rumah lagi.
Saat itu, tiba-tiba Dija mengucapkan namanya sendiri berkali-kali. Wajahnya tampak sedih.
“Dija… Dija… Dija… Dija…”

Fabel hewan di atas memuat pesan moral mengenai perburuan liar. Hewan langka seperti kakatua, seharusnya dibiarkan hidup bebas di alam agar berkembang biak sesuai habitatnya. Hewan yang dilindungi tidak boleh diburu, dijadikan pajangan, atau dipelihara manusia. Pesan moral lainnya adalah, turuti nasihat orang tua atau keluarga. Dija masuk perangkap pemburu karena tidak mengindahkan nasihat keluarganya. Akhirnya ia tidak dapat kembali ke hutan, terkurung, dan hidup dalam kesedihan.

Contoh 2

Diambil dari Ayo Lindungi Aku! 45 Fabel tentang Hewan-Hewan yang Terancam Punah (2015) karya Hanaco. Judulnya “Badak Jawa”.

Don berjalan pelan sambil memandang hutan sekelilingnya yang tak lagi seperti dulu. Pepohonan makin jarang. Udara pun terasa semakin panas. Bahkan ada tanah yang tampak kering dan retak. Don sejak tadi kesulitan menemukan kubangan.

Don adalah badak jawa. Culanya satu. Kulitnya abu-abu dengan sedikit bulu. Mata Don rabun, dia tidak bisa melihat dengan jelas. Namun jangan menyepelekan Don lho! Penciuman dan pendengarannya tajam sekali.

“Don kamu mau kemana?” sapa Ken si burug jalak. Burung itu sering mematuki kotoran yang menempel di kulit Don. Kini jalak tersebut hinggap di punggung Don.

“Aku mau mencari kubangan. Udara terlalu panas,” keluh Don.
“Oh, aku melihat ada kubangan di arah utara!” Ken memberitahu.
“Benarkah?” Don tidak langsung percaya.
“Tentu. Aku tadi melihanya. Kubangan tempatmu biasa berendam sudah tidak ada. Sungai di tenggara pun mengering. Berbeloklah ke kanan!”

Badak itu mengeluh dalam hati. Kehidupan di hutan ini semakin tidak nyaman. Kemarau makin ganas dan banyak manusia menebangi pohon.
“Tadi aku melihat ada harimau yang ditembak,” Ken seperti membaca pikiran Don. “Banyak hewan ikut menangis melihatnya. Harimau itu punya bayi yang baru lahir.”

Baca juga: Contoh Komentar Buku Fiksi dan Nonfiksi

Don teringat pada dua temannya. Mereka juga korban karena cula dan kulitnya akan diambil. Entah sejak kapan, satu per satu badak yang Don kenal menghilang.

Don kini seirg sendiri. Dia merindukan masa-masa berkubang bersama teman-temannya. Saat mereka mencari mineral beramai-ramai, atau mengumpulkan daun dan buah-buahan untuk makanan.

“Itu, Don! Kubangannya ada di sana!” suara Ken sangat kencang. Telinga Don berdengung karenanya.
Ken benar. Meski matanya tidak awas, Don bisa melihat kubangan itu. Begitu tiba, dia segera menundukkan kepala. Don menggunakan culanya untuk memperlebar kubangan itu. Ia masuk ke air yang terasa hangat.

“Teria kasih kamu menunjukkan tempat ini, Ken,” Don berendam lama sambil terkenang akan teman-temannya.

Pesan moral dari fabel hewan di atas adalah mengenai krisis iklim dan keberlangsungan hidup hewan di dalamnya. Krisis iklim terjadi akibat semakin berkurangnya pasokan oksigen di bumi. Oksigen tersebut berasal dari pohon-pohon. Bila pohon ditebang, maka cuaca akan menjadi panas. Hewan seperti badak jawa akan terkena imbasnya. Mereka akan kesulitan bertahan hidup dan akhirnya punah.

Fabel di atas juga mengajarkan kita akan kesetiakawanan. Pertemanan Don dan Ken menunjukkan kesetiaan dan saling membantu.

Contoh 3

Diambil dari Ayo Lindungi Aku! 45 Fabel tentang Hewan-Hewan yang Terancam Punah (2015) karya Hanaco. Judulnya “Gajah Sumatera”.

“Kamu benar-benar tidur, Shin?” itu pertanyaan keseribu yang didengarnya. Kali ini yang bertanya adalah Chef, si tupai kecil yang lincah. Shin sering diolok-olok karena posisi tidurnya dianggap aneh. Gajah Sumatera itu bisa tidur dalam posisi berdiri. Kedua telinganya bergerak nyaris tanpa henti.

“Tentu saja,” balas Shin sambil menungyah rumput. Gajah itu tiba-tiba termangu.
“Kok melamun? Kenapa tidak segera mengabiskan makananmu?”
Shin mengangkat belalainya ke udara. “Aku memikirkan makananku yang makin lama makin sulit dicari,” gumam Shin.

Chef tidak segera menjawab. Makhluk sebesar Shin membutuhkan makanan hingga ratusan kilogram setiap harinya. Malangnya, hutan mereka makin hari makin menyempit. Sumber makanan terus berkurang.
“Aku memikirkan keluargaku, teman-temanku yang lain. Banyak yang kelaparan sekarang.”

Chef juga tahu itu. Hanya saja ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Tak hanya keluarga Shin, hewan-hewan lain pun menderita hal yang sama. Singa, orangutan, harimau, badak, dan banyak lagi.
“Aku tahu minggu lalu ada gajah yang mati,” ungkap Chef dengan wajah murung.

Baca juga: Menulis Teks Non-Fiksi

Shin menggerakkan belalainya lagi.
“Itu sepupu ibuku. Namanya Lex. Dan kemarin giliran Sonya. Sudah banyak yang menjadi korban karena kelaparan,” keluh Shin.

Setelah makanan Shin habis, gajah itu berjalan ke arah sungai. Dari kejauhan dia melihat beberapa ekor gajah berjalan keluar dari hutan. Shin tercekat.
“Chef, bukannya itu arah pemukiman manusia?” tanya Shin pada Chef yang duduk di punggungnya.
“Ya,” jawabnya pendek.
“Berpegangan erat!” kata Shin cepat. Gajah itu berlari sekencang yang ia bisa. Chef mencengkram punggung Shin dengan kuat. Shin tahu gajah-gajah itu akan mencari makanan di sekitar rumah penduduk. Shin takut ada yang terluka, jadi ia harus mencegah mereka.

“Berhentiii!” teriak Shin sekuat mungkin. Namun sia-sia!
Gajah-gajah tu sudah masuk ke permukiman. Shin melihat teman-temannya mulai mengamuk dan manusia berlaria ketakutan. Terdengar jeritan di sana-sini. Shin terngaga. Rasa lapar membuat teman-temannya menjadi galak. Kini, apa yang bisa dilakukannya?

Pesan moral dari fabel hewan di atas ialah semakin sempitnya hutan membuat hewan liar manjadi marah. Hutan adalah tempat mereka hidup dan mencari makan. Bila hutan dibabat demi kepentingan industri seperti sawit atau tambang, hewan-hewan bingung mencari makan. Akhirnya mereka terpaksa masuk ke permukiman manusia.

Fabel hewan di atas juga mengingatkan kita bahwa apa yang kita tanam, itu yang kita tuai. Ketika manusia mengganggu habitat hewan liar, maka manusia akan menerima akibatnya. Seharusnya manusia dan hewan dapat hidup berdampingan. Kita, sebagai manusia baiknya menjaga kelestarian hutan agar semua mahluk dapat hidup dengan damai.

Lihat Foto

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi