Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Struktur Fisik Puisi Karawang Bekasi dan Surat dari Ibu

Baca di App
Lihat Foto
Kemdikbud
Chairil Anwar, pelopor Angkatan 45 yang terkenal dengan puisi Aku dan tanggal wafatnya diperingati sebagai Hari Puisi Nasional di Indonesia.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Puisi terdiri atas struktur fisik dan batin. Strukur fisik puisi di antaranya ialah tipografi, pencitraan, kata konkrit, majas, konotasi, dan versifikasi.

Dilansir dari Rachmad Djoko Pradopo dalam buku Pengkajian Puisi (1990), struktur merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan.

Berikut analisis struktur fisik puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar.

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Baca juga: Struktur Fisik Puisi Aku dan Hujan Bulan Juni

Tipografi: puisi Karawang-Bekasi hanya terdiri atas sembilan bait. Bait paling sedikit berisi dua baris, sedangkan paling banyak berisi lima baris. Baris paling panjang berisi 12 kata, yang terletak pada bait ketiga. Sementara baris paling pendek terdiri atas tiga kata.

Diksi: pilihan kata yang dipakai terkesan sederhana namun menyiratkan banyak makna. Chairil lebih menekankan pilihan kata yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari atau ragam lisan.

Misalnya penggunaan kata “bisa” alih-alih menggunakan kata “dapat” atau kata “tapi” yang pada ragam tulis seharusnya menjadi “tetapi”.

Pencitraan: imaji yang didapat dengan membaca puisi Karawang-Bekasi adalah kesedihan dan ratapan. Penyair seolah mengajak pembaca untuk terus mengenang dan merasakan.

Kata konkrit: kata yang berhubungan dengan imaji atau pencitraan antara lain “tulang-tulang” dan “teriak ‘Merdeka’ dan angkat senjata”. Chairil menggambarkan pahlawan kemerdekaan yang gugur dalam medan perang sebagai “tulang-tulang”.

Sementara Karawang-Bekasi menggambarkan kuburan mereka. Pahlawan tersebut gugur setelah berjuang. Kata “teriak ‘Merdeka’ dan angkat senjata” menggambarkan perjuangan mereka.

Majas: Chairil menggunakan majas ironi dalam kalimat “Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi”. Bicara dalam hening menjadi ironi karena keduanya bertentangan. Sedangkan majas eufimisme ditemukan dalam kata “kami cuma tulang-tulang berserakan”.

Bila kita menyebut tubuh yang sudah meninggal sebagai mayat atau jenazah, Chairil merendahkannya dengan menyebut “tulang-tulang berserakan”.

Versifikasi: rima dalam puisi Karawang-Bekasi beragam, tetapi didominasi rima dengan huruf akhir (i). Sementara ritmanya berseling panjang dan pendek. Porsi ritma pendek lebih banyak sehingga iramanya terkesan cepat. Namun pada baris panjang, iramanya menjadi lambat.

Berikut analisis struktur fisik puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani.

Pergi ke dunia anak-anaku sayang
pergi ke hidup bebas!
Sesama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Sesama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku!

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"

Baca juga: Lapis Struktur dalam Puisi

Tipografi: puisi Surat dari Ibu terdiri atas empat bait. Tiap bait berisi empat baris kecuali pada bait ketiga. Baris paling panjang berisi enam kata dan paling pendek terdiri atas tiga kata.

Diksi: Asrul Sani memilih kata yang berkaitan dengan alam, seperti “daun-daunan”, “senja”, “angin buritan”, “padang hijau”, “laut”, dan “benua”. Pilihan kata tersebut terkesan indah dan kaya akan personifikasi.

Pencitraan: imaji yang didapat dengan membaca puisi Surat dari Ibu adalah kesabaran dan kelapangan hati seorang ibu. Pada bait satu sampai tiga, Asrul Sani memberi imaji mengenai keikhlasan ibu atas kepergian anaknya. Ibu rela anaknya merantau atau mencari pengalaman ke banyak tempat.

Ditandai dengan kalimat “Pergi ke dunia anak-anaku sayang” pada bait pertama. Namun Ibu juga memiliki kebesaran hati untuk selalu menerima anaknya kembali. Ditandai dengan kalimat “Kembali pulang, anakku sayang” pada bait terakhir.

Kata konkrit: kata yang berhubungan dengan imaji atau pencitraan antara lain “pergi” dan “kembali pulang”. Kedua kata tersebut mewakili pencitraan yang ingin disampaikan Asrul Sani sebagai penyair.

Majas: puisi ini mengandung banyak majas personifikasi. Personifikasi adalah penggambaran benda mati yang dikiaskan seolah hidup.

Contohnya dapat kita temukan pada bait ketiga yang memuat kata “angin bertiup”, dan “Tiang-tiang akan kering”. Keduanya merupakan benda mati, tetapi terkesan hidup karena menggunakan majas personifikasi.

Versifikasi: rima dalam puisi Surat dari Ibu beragam. Ada sedikit kesamaan rima dan ritma pada bait satu dan bait dua. Iramanya terkesan berataturan karena tiap kalimat pada baris tidak terlalu panjang atau terlalu pendek.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi