KOMPAS.com – Apakah kalian mengetahui perbedaan was dan were? Was dan were merupakan bentuk lampau dari to be is, am, dan are. Simak pembahasannya berikut ini:
Saat menggunakan kalimat yang mempunyai referensi waktu di masa lampau, kita sering menggunakan was atau were.
Perhatikan contoh penggunaan was dan were dalam kalimat berikut ini:
- I was surprised when my old friend came to my house yesterday. / Aku terkejut ketika teman lamaku datang ke rumahku kemarin.
- My grandfather was a teacher. / Kakekku adalah seorang guru.
- They were here a few minutes ago. / Mereka ada di sini beberapa menit yang lalu.
- We were happy when we got the medal. / Kami senang saat mendapatkan medali.
Dilihat dari contoh di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa penggunaan was dan were sama-sama digunakan untuk kalimat past atau lampau namun tergantung dari subjeknya.
Baca juga: Bedanya Adverbs dan Adverbials
Was digunakan untuk:
- orang pertama tunggal atau first-person singular (I)
- orang ketiga tunggal atau third-person singular (he, she, dan it).
Sedangkan were digunakan untuk:
- orang kedua tunggal atau second-person singular (you)
- orang kedua jamak atau second-person plural (you yang artinya kalian)
- orang pertama jamak atau first-person plural (we)
- orang ketiga jamak atau third-person plural (they).
Untuk mengingatnya, kita bisa mengambil cara sederhananya dengan was untuk tunggal, dan were untuk jamak. Namun, ada pula pengecualian untuk pengandaian atau subjunctive mood.
Melansir Grammarly, kita perlu menggunakan “were” jika keadaan yang digambarkan sama sekali bukan realitas saat ini.
Kalimat tersebut juga disebut unreal conditional sentence. Untuk unreal conditional sentence (if clause type 2) dan subjunctive (wishful thinking) menggunakan “were” (meskipun subjeknya tunggal).
Unreal conditional maksudnya adalah sesuatu yang tidak nyata atau hanya pengandaian saja, contohnya:
- If I were you, I would study abroad. / Kalau aku jadi kamu, aku akan belajar di luar negeri.
- If my brother were a college student, he would be an architect. / Kalau kakakku seorang mahasiswa, ia akan menjadi arsitek.
Sedangkan untuk wishful thinking maksudnya juga berandai-andai namun bedanya kalimatnya menggunakan "wish", contohnya:
- I wish I were a princess. / Aku berharap aku adalah seorang putri.
- He wishes he were the youngest son. / Dia berharap dia menjadi anak bungsu.
- My sister wishes her favorite skincare product were available in our country. / Kakakku berharap produk skinker favoritnya tersedia di negara kami.
Baca juga: Bedanya Affect dan Effect
Berikut contoh kalimat lainnya:
- My cat was sleeping on my bed when I opened the door. / Kucingku sedang tidur di tempat tidurku ketika aku membuka pintu.
- I lived in Bandung when I was five. / Aku tinggal di Bandung ketika aku berumur lima tahun.
- My brother was sick so he didn’t go to school yesterday. / Kakakku sakit jadi dia tidak berangkat sekolah kemarin.
- Eka was my neighbor. She moved to Bali two years ago. / Dia dulu tetanggaku. Dia pindah ke Bali dua tahun yang lalu.
- You were in the museum when she called you. / Kamu sedang ada di museum saat dia meneleponmu.
- We know each other because we were both members of the student council. / Kita saling mengenal karena dulu kami berdua adalah anggota OSIS.
- I just met Andi and Gara. They were my classmates in 7th grade. / Aku baru saja bertemu Andi dan Gara. Mereka adalah teman sekelasku saat kelas 7.
- If I were a singer, I would go on a world tour. / Jika aku seorang penyanyi, aku akan melakukan tur dunia.
- She wishes she were a kid. / Dia berharap jadi anak kecil.