KOMPAS.com - Baju Sadariah dan Baju Kurung merupakan salah satu pakaian adat masyarakat Betawi DKI Jakarta.
Baju Sadariah adalah baju yang dipakai oleh kaum laki-laki Betawi. Sementara untuk baju Kurung dipakai oleh perempuan.
Dilansir dari situs Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, baju Sadariah merupakan baju resmi tradisional Betawi untuk laki-laki yang terdiri dari baju koko sadariyah atau sering disebut juga baju gunting Cina, terompah dan berpeci hitam atau merah.
Dapat juga memakai pakaian ujung serong yang biasa dipakai oleh demang dengan jas berkerah dan celana pantolan berhias rantai kuku macan.
Baju khas Betawi tersebut biasa dipakai oleh pemuda atau remaja, dengan jas berkerah model baju China "Lokcan", tutup kepala “Liskol”, hiasan kuku macan, arloji gantung, pisau raut dan sepatu yang juga bisa dipakai untuk pakaian resmi.
Baca juga: Baju Kurung Tanggung, Pakaian Adat Jambi
Untuk pakaian resmi wanita berupa busana kebaya lengan panjang dan kain yang dipakai sampai ke mata kaki, alas kaki atau selop serta kerudung.
Biasanya baju tersebut dipakai pemuda yang bertugas membawa sirih nanas lamaran, mas kawin dan sirih nanas hiasan pada prosesi pernikahan adat Betawi.
Bentuk baju adat
Awalnya baju Sadariah dikenakan untuk kegiatan keagamaan, seperti ke mesjid, atau sedekahan. Kemudian baju sadariah atau disebut tikim dan koko dikenakan juga untuk keperluan keperluan sehari-hari atau acara resmi.
Bentuk baju Sadariah sama dengan baju koko pada umumnya, namun biasanya berwarna polos.
Dikutip dari buku Pakaian Adat Tradisional Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1995), Baju sadariah adalah blus laki-laki dengan leher tanpa kerah, berbentuk bulat.
Baca juga: Tulang Belikat: Posisi, Fungsi, dan Masalahnya
Pada bagian muka terbekah sebatas dada, dengan 3 buah kancing. Potongan baju Koko disebut gunting Cina, karena bahan pakaian tersebut dianggap oleh masyarakat Betawi terbuat dari bahan katun berwarna krem, atau kuning muda.
Untuk celana panjang terbuat dari kain batik bermotif daun asem. Di mana mirip dengan motif lereng kecil dengan dasar putih atau krem.
Bentuk rakaian mereka pada umumnya berkembang dari pesantren. Karena pesantren dianggap menjadi pusat pendidikan dunia dan akhirat, biasanya pada tiap pesantren juga diajarkan ilmu bela diri silat.
Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kabudayaan (Kemdikbud), celana batik yang dikenakan adalah celana kolor batik panjang. Untuk warna tidak terlalu ramai, putih, cokelat, dan hitam dalam motif-motifnya.
Selain itu, dilengkapi kain pelekat yang berbentuk selendang yang diselempangkan pada leher. Untuk peci hitam berbahan beludru yang menutup kepala menjadi ciri khas masyarakat Betawi.
Baca juga: Kekuasaan Presiden dalam Bidang Legislatif
Maksud dari menyandang sarung sebagai tanda bahwa mereka adalah pemeluk agama Islam. Karena sarung dapat digunkan sebagai untuk sembayang.
Disamping itu, lipatan sarung dapat digunakan sebagai senjata penangkis. Pada umumnya mereka yang memakai adalah pesilat yang agak tebal.
Sehingga juga digunakans sebagai senjatan (cukin).
Sementara pakaian adat perempuan adalah baju kurung yang berlengan pendek, saku di bagian depannya dengan warna-warna yang mencolok dipadu dengan kain sarung batik pucuk rebung.
Untuk kerudung selendang dikenakan pada kepala dengan serasi terkesan mencolok.
Budaya Betawi banyak dipengaruhi oleh berbagai adat dari Arab, China, Melayu, dan Barat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.