KOMPAS.com - Batuan plutonik termasuk batuan beku, yaitu batuan yang terbentuk akibat proses pembekuan magma.
Pada batuan plutonik, pembekuan magmanya cenderung lambat, karena berada dekat astenosfer. Sehingga mineral penyusunnya relatif lebih besar dan seluruh batuannya memiliki kristal.
Pengertian batuan plutonik
Menurut Gatot Harmanto dan Rudi Hartono dalam buku Kamus Geografi: Edisi Tematik dan Visual (2020), batuan plutonik adalah batuan beku yang terbentuk jauh di dalam permukaan Bumi, sekitar 15 sampai 50 kilometer.
Jenis batuan plutonik terbentuk di antara atmosfer serta dapur magma.
Batuan plutonik disebut juga batuan intrusi. Karena proses pembentukannya berada di bawah lapisan kulit Bumi.
Dikutip dari buku Ilmu Tanah Dasar-dasar dan Pengelolaan (2016) karya Muhajir Utomo, batuan plutonik merupakan batuan beku dalam. Adalah batuan hasil pembekuan magma yang terjadi di dalam dapur magma.
Baca juga: Siklus Batuan: Pengertian dan Tahapannya
Penurunan suhu di sekitar dapur magma secara perlahan, menyebabkan kristalisasi mineral berjalan sempurna.
Oleh sebab itu, ukuran mineral batuan intrusi cenderung besar dan mudah dilihat dengan mata telanjang.
Ciri-ciri batuan plutonik
Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), ciri-ciri batuan plutonik adalah:
- Umumnya lebih kasar dibanding batuan ekstrusi
- Jarang memperlihatkan struktur visikular atau memiliki lubang gas.
Sementara itu, menurut Bambang Hendro Sunarminto, dkk dalam buku Peran Geologi dan Mineralogi Tanah untuk Mendukung Teknologi Tepat Guna dalam Pengelolaan Tanah Tropika (2021) ciri-ciri batuan plutonik, yakni:
- Mineralnya berukuran lebih dari 0,75 milimeter
- Mineralnya padat atau rapat dan saling mengunci
- Tidak ditemukan gelas vulkanik, yaitu produk amorf dari magma yang mendingin dengan cepat.
Ciri lain yang tidak kalah penting dari jenis batuan beku ini adalah biasanya berbutir lebih kasar dibanding batuan ekstrusi atau batuan vulkanik.
Baca juga: Batuan Beku: Definisi, Jenis, dan Penamaanya
Contoh batuan plutonik
Berikut ini beberapa contoh batuan plutonik:
Batu granit
Dikutip dari buku Menjelajah Perut Bumi (2019) karya Agung K., batu granit terbentuk dari magma dingin yang mengeras di bawah permukaan Bumi.
Biasanya batu granit digunakan sebagai ubin dan pahatan. Batu ini umumnya berwarna kelabu, putih, merah muda, atau merah.
Lazimnya batu ini berwarna hitam, hijau, dan abu-abu gelap. Batu gabro memiliki mineral yang bisa dilihat langsung dan tidak memiliki rongga atau lubang udara.
Batuan ini sering digunakan sebagai pelapis dinding. Terbentuk dari pembekuan magma di dalam gunung.
Batu diorit
Dilansir dari buku Geowisata: Perencanaan Pariwisata Berbasis Konsep (2018) karangan Hary Hermawan dan Erlangga Brahmanto, batu diorit warnanya abu-abu bercampur putih, atau hitam bercampur putih.
Sering digunakan sebagai batu ornamen dinding, lantai bangunan, maupun hiasan.
Baca juga: Batuan Metamorf: Definisi dan Jenis-Jenisnya
Batu syenit
Adalah batuan beku yang komposisi umumnya hampir mirip granit. Biasanya batuan ini berwarna abu-abu terang.
Contoh batuan plutonik ini sering digunakan sebagai penghias rumah atau dimanfaatkan dalam pembangunan suatu gedung.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.