KOMPAS.com - Sisa-sisa tulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu disebut juga fosil.
Dikutip dari Buku Saku: Fosil (2002) oleh Douglas Palmer, fosil berasal dari bahasa Latin, fossa yang artinya menggali keluar dari dalam tanah.
Suatu organisme menjadi sebuah fosil karena sudah tertimbun sedimentasi selama berjuta-juta tahun.
Suatu benda dapat dikatakan sebagai fosil jika memenuhi syarat sebagai berikut:
- Merupakan sisa organisme
- Terawetkan secara ilmiah
- Secara umum berbentuk padat, kompak, atau keras
- Mengandung kadar oksigen dalam jumlah sedikit
- Berumur lebih dari 10.000 tahun
- Fosil dapat berukuran besar maupun kecil, seperti mikrosofil yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop.
Baca juga: Apakah Perbedaan Fosil dan Artefak?
Jenis-jenis fosil
Pakar paleontologi mengklasifikasikan fosil menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Fosil batu, fosil yang terbentuk dari batu ambar atau amber.
- Fosil ter, fosil yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia.
- Fosil hidup, spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang dianggap sudah punah. Umunya terjadi pada hewan dan tumbuhan.
- Fosil kerangka, biasanya seperti cangkang, gigi, dan tulang.
- Fosil jaringan lunak, contohnya seperti fosil kolagen atau struktur protein pada kulit yang ditemukan pada jejak-jejak fosil.
- Fosil kayu, di mana semua bahan organik pada kayu sudah tergantikan dengan mineral, namun struktur dari kayu itu sendiri masih terjaga.
Proses pembentukan fosil
Agar suatu organisme menjadi fosil, sisa-sisa dari bagiannya harus segera tertutupi sedimen setelah mati. Hal inilah yang menyebabkan fosil selalu ditemukan di formasi batuan yang sangat dalam.
Sedimen yang dimaksud dapat berupa laut berpasir, tar dan lava. Seiring berjalannya waktu, mineral dalam sedimen akan meresap ke dalam sisa-sisa organisme dan menjadi fosil.
Fosilisasi umumnya terjadi pada bagian-bagian organisme yang keras, seperti tulang kepala, tulang gigi, kerangla, dan cangkang.
Baca juga: Bahan Bakar Fosil yang Paling Banyak di Dunia
FosilisasiDilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, fosil dapat terbentuk akibat peristiwa berikut:
- Petrifaction
Bagian lunak dari batang tumbuhan diganti dengan presipitasi mineral yang terlarut dalam air sedimen.
- Karbonisasi
Daun atau mineral tumbuhan yang jatuh ke rawa terhindar dari oksidasi dan diubah menjadi cetakan karbon tanpa mengubah bentuk asal.
- Pencetakan
Pada saat diagnesia sisa binatang atau tumbuhan terlarut sehingga terjadilah rongga seperti cetakan yang bentuk dan besarnya sama dengan benda aslinya. Jika rongga terisi mineral maka terbentuk hasil cetakan.
- Penggantian
Pada bagian yang keras dari organisme seperti cangkang, semula terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3) digantikan oleh silika.
Baca juga: Bahan Bakar Fosil: Minyak Bumi, Batu Bara, dan Gas Alam
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.