KOMPAS.com - Kimia hijau diterapkan dengan mengurangi atau menetralkan penggunaan bahan kimia beracun dan berbahaya.
Pertama kali diperkenalkan pada 1990-an, sejak United States Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act, yakni kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi.
Apa itu kimia hijau atau green chemistry?
Definisi kimia hijau
Dilansir dari situs Byjus, kimia hijau adalah bidang kimia yang berhubungan dengan desain dan optimalisasi proses serta produk, untuk menurunkan atau menghilangkan sama sekali produksi dan atau penggunaan zat beracun.
Kimia hijau sering pula disebut kimia berkelanjutan. Bidang kimia ini tidak bisa disamakan dengan kimia lingkungan.
Sebab kimia hijau lebih berfokus pada dampak lingkungan dari kimia, serta pengembangan praktik berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya strategi pengendalian pencemaran lingkungan.
Baca juga: 5 Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Kimia
Sementara kimia lingkungan lebih fokus pada efek bahan kimia beracun atau berbahaya terhadap lingkungan.
Dikutip dari situs U.S. Environmental Protection Agency (US EPA), berikut definisi kimia hijau:
"Kimia hijau adalah desain produk dan proses kimia yang mengurangi atau menghilangkan penggunaan atau pembentukan zat berbahaya."
Intinya, green chemistry berupaya mencegah polusi, dan mengurangi dampak negatif produk serta proses kimia terhadap lingkungan juga manusia.
12 prinsip kimia hijau
Dalam situs Encyclopaedia Britannica, dituliskan bahwa pada 1998, Paul Anastas dan John Warner, merumuskan 12 prinsip kimia hijau, yaitu:
- Pencegahan
- Ekonomi atom
- Sintesis kimia yang tidak berbahaya
- Peracangan bahan kimia yang lebih aman
- Pelarut dan alat bantu yang lebih aman
- Desain untuk efisiensi energi
- Penggunaan bahan baku terbarukan
- Mengurangi turunan
- Katalisis
- Desain untuk degradasi
- Analisis real-time untuk mencegah polusi
- Penggunaan bahan kimia yang lenih aman untuk mencegah kecelakaan.
Baca juga: 5 Cabang Ilmu Kimia dan Penjelasannya
Berikut penjelasannya:
1. Pencegahan (prevention)Dilansir dari situs ACS (American Chemical Society), prinsip kimia hijau ini menegaskan bahwa lebih baik mencegah produksi limbah, ketimbang mengolah dan membersihkannya.
2. Ekonomi atom (atom economy)Metode sintetis harus dirancang untuk memaksimalkan penggabungan semua bahan yang akan digunakan dalam proses produk akhir.
3. Sintetis kimia yang tidak berbahaya (less hazardous chemical synthesis)Apabila memungkinkan, metode sintetis dirancang untuk menggunakan serta menghasilkan zat dengan kandungan lebih sedikit atau tanpa toksisitas terhadap kesehatan manusia juga lingkungan.
Prinsip kimia hijau ini menjelaskan bahwa produk kimia harus dirancang untuk mempertahankan fungsinya sekaligus meminimalkan toksisitas.
5. Pelarut dan alat bantu yang lebih aman (safer solvents and auxiliaries)Sebisa mungkin, penggunaan zat tambahan, seperti pelarut atau zat pemisah, tidak berbahaya saat digunakan.
Baca juga: Penentuan Kadar Unsur Kimia dalam Suatu Produk
6. Desain untuk efisiensi energi (design for energy efficiency)Prinsip kimia hijau ini menegaskan bahwa metode sintetis harus dilakukan pada suhu dan tekanan sesuai sekitarnya.
7. Penggunaan bahan baku terbarukan (use of renewable feedstocks)Sebaiknya menggunakan bahan mentah dan bahan baku yang bisa diperbarui secara teknis maupun ekonomis.
8. Mengurangi turunan (reduce derivatives)Derivatisasi yang diperlukan, seperti modifikasi sementara dan proteksi atau deproteksi, harus diminimalkan bahkan dihindari sedapat mungkin.
Karena langkah tersebut memerlukan reagen (bahan yang dipakai dalam reaksi kimia) tambahan yang dapat menghasilkan limbah.
9. Katalisis (catalysis)Prinsip kimia hijau ini menyatakan bahwa penggunaan reagen katalistik dengan selektif akan lebih baik ketimbang reagen stoikiometri (berkaitan dengan reaksi kimia).
Penggunaan katalis dalam kimia hijau, berperan pada peningkatan selektivitas serta meminimalkan penggunaan energi.
Baca juga: Prinsip Kesetimbangan Kimia dalam Bidang Industri
10. Desain untuk degradasi (design for degradation)Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa, agar nantinya dapat terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya dan tidak bertahan di lingkungan.
11. Analisis real-time untuk mencegah polusi (real-time analysis for pollution prevention)Metodologi analitis perlu dikembangkan lebih lanjut, agar memungkinkan pemantauan serta pengendalian proses secara real-time sebelum terbentuknya zat berbahaya.
12. Penggunaan bahan kimia yang lenih aman untuk mencegah kecelakaan (inherently safer chemistry for accident prevention)Prinsip kimia hijau ini mengungkapkan bahwa zat dan bentuk zat yang digunakan dalam proses kimia sebisa mungkin harus meminimalkan potensi kecelakaan kimia, seperti ledakan dan kebakaran.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.