Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Lenong dikenal sebagai perpaduan antara kesenian Gambang Kromong dan lawakan. Konon, istilah lenong diambil dari nama pedagang China, Lien Ong.
Menurut cerita rakyat, Lien Ong biasa menggelar pertunjukan teater yang kini disebut lenong. Bertujuan menghibur masyarakat dan keluarganya.
Berikut penjelasan lebih lanjut tentang lenong:
Pengertian lenong
Lenong adalah kesenian teater tradisional, atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi, berasal dari Jakarta.
Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat musik, seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrek, serta alat musik unsur Tionghoa, seperti tehyan, kongahyan, dan sukong.
Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, seperti menolong yang lemah, serta membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Adapun bahasa yang digunakan dalam lenong adalah Melayu atau dialek Betawi.
Baca juga: Tari Jepen, Kesenian Khas Kalimantan Timur
Sejarah lenong
Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Kesenian tersebut merupakan adaptasi dari masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu.
Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong, dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak 1920-an.
Lakon lenong berkembang dari lawakan tanpa alur cerita yang dirangkai, hingga pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang dan utuh.
Mulanya, kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan ini diadakan di udara terbuka tanpa panggung.
Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan sukarela.
Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara di panggung hajatan, seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung.
Baca juga: Tari Rentak Kudo, Warisan Budaya dari Kabupaten Kerinci
Setelah sempat mengalami masa sulit, pada 1970-an kesenian lenong yang dimodifikasi mulai dipentaskan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam, dan tidak lagi semalam suntuk.
Jenis lenong
Ada dua jenis lenong:
- Lenong denes
Kata denes berasal dari dialek Betawi, berarti "dinas" atau "resmi". Para aktor dan aktris umumnya mengenakan busana formal.
Kisahnya yang dibawakan berlatarkan kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan. Lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus.
- Lenong preman
Dalam jenis lenong ini, busana yang dikenakan tidak ditentukan sutradara, dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari.
Bahasa yang digunakan biasanya sehari-hari. Kisah yang dilakonkan lenong preman biasanya tentang penindasan rakyat.
Baca juga: Mengenal Tari Sirih Kuning, Tarian Asal Betawi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.