KOMPAS.com – Tanah merupakan bagian paling atas dari permukaan bumi. Tanah terbentuk sebagai hasil pelapukan batuan induk dan bahan organik dan anorganik. Indonesia memiliki berbagai jenis bentuk lahan dan kepulauan yang beraneka ragam.
Bentuk lahan yang beraneka ragam ini menimbulkan variasi tanah lokal yang hanya ditemukan di Indonesia.
Indonesia memiliki banyak jenis tanah, namun tidak semua jenis tanah merupakan tanah subur.
Berikut di bawah ini penjelasan mengenai jenis-jenis tanah di Indonesia!
Baca juga: Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Tanah
Jenis-jenis tanah yang dikenal di Indonesia antara lain tanah podsolik merah kuning, latosol, alluvial, mediteran, andosol, podsol, regosol, grumosol, renzina, litosol, hidromorf kelabu, glei humus, dan organosol (tanah gabut).
Tanah podsolik merah kuning
Tanah ini merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik dan sedimen yang bersifat masam.
Umumnya tanah jenis ini terbentuk di wilayah dengan curah hujan tinggi yaitu antara 2.500 hingga 3.000 milimeter per tahun.
Tanah podsolik merah kuning memiliki produktivitas rendah sampai sedang dan peka terhadap erosi.
Baca juga: Erosi: Jenis, Faktor Penyebab dan Prosesnya
Tanah ini banyak digunakan untuk perladangan, kebun karet, kopi, dan kelapa sawit.
Tanah podsolik merah kuning banyak ditemukan di wilayah Jawa Barat, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.
Tanah latosol
Tanah ini terbentuk akibat pelapukan bahan induk batuan vulkanik.
Umumnya tanah ini terbentuk di wilayah beriklim basah dengan curah hujan antara 2.000 hingga 5.000 milimeter per tahun.
Tanah latosol memiliki sifat tahan terhadap erosi dan memiliki produktivitas sedang hingga tinggi.
Baca juga: Jenis-Jenis Erosi
Tanah ini banyak digunakan untuk persawahan, penanaman palawija, dan perkebunan.
Wilayah penyebaran tanah ini meliputi wilayah seluas 17 juta hektare, mencakup Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Maluku, dan Papua.
Tanah aluvial
Tanah ini terbentuk akibat proses pengendapan bahan- bahan yang dibawa oleh aliran sungai.
Bahan-bahan tersebut diendapkan di wilayah yang datar pada saat aliran sungai melambat.
Sifat umumnya peka terhadap erosi. Namun demikian, tanah ini sangat subur sehingga banyak digunakan untuk persawahan.
Tanah jenis ini ditemui dihampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di sepanjang daerah aliran sungai.
Baca juga: Tanah Aluvial: Pengertian dan Ciri-cirinya
Tanah mediteran
Tanah ini terbentuk akibat pelapukan bahan induk batuan kapur, batuan sedimen, dan batuan tufa vulkanik.
Tanah jenis ini umumnya terbentuk di wilayah yang memiliki curah hujan 800 hingga 2.500 milimeter per tahun. Luasnya di Indonesia kurang lebih seluas 7 juta hektare.
Tanah mediteran umumnya terdapat di wilayah yang memiliki ketinggian sekitar 0 hingga 400 meter di atas permukaan laut.
Sifatnya peka terhadap erosi dan memiliki produktivitas rendah hingga sedang.
Baca juga: Komponen Penyusun Tanah beserta Proporsinya
Tanah andosol
Tanah ini terbentuk akibat pelapukan batuan induk tufa dan abu vulkanik.
Tanah ini terbentuk di wilayah dataran tinggi, lebih dari 1000 m di atas permukaan laut yang memiliki curah hujan antara 2.500 hingga 7.000 milimeter per tahun.
Sifat tanah andosol umumnya peka terhadap erosi. Produktivitas tanah ini sedang hingga tinggi.
Penggunaannya terutama untuk tanaman sayuran, kopi, buah-buahan, teh, kina, dan pinus.
Baca juga: Tanah Andosol: Pengertian dan Ciri-cirinya
Tanah regosol
Tanah jenis ini terbentuk akibat pelapukan batuan yang mengandung abu vulkanik, pasir pantai.
Tanah regosol umumnya terdapat di wilayah dengan pegunungan atau di pantai.
Sifatnya kasar, sebagian besar terdiri atas pasir atau kerikil peka terhadap erosi dan memiliki produktivitas rendah sampai tinggi.
Penggunaannya terutama untuk persawahan, perkebunan, dan penanaman tanaman palawija.
Baca juga: 4 Jenis Lapisan Tanah beserta Karakteristiknya
Tanah podsol
Terbentuk dari hasil pelapukan batuan sedimen masam.
Tanah yang umumnya ditemui di wilayah dataran rendah ini memiliki produktivitas rendah dan sifatnya peka terhadap erosi.
Penggunaannya umumnya untuk perladangan dan perkebunan. Luas tanah podsol di Indonesia kurang lebih lima juta hektare.
Tanah grumosol
Tanah ini terbentuk akibat pelapukan batuan kapur dan batuan napal. Ciri tanah ini, pada musim kemarau menjadi retak-retak.
Baca juga: Perbedaan Air Tanah dengan Air Permukaan
Tanah yang biasanya ditemukan di wilayah dataran rendah memiliki sifat peka terhadap erosi dengan produktivitas rendah sampai sedang.
Penggunaannya terutama untuk sawah, tegalan, kebun tebu, kapas, tembakau, dan hutan jati.
Tanah renzina
Tanah ini terbentuk dari hasil pelapukan batuan kapur.
Tanah ini dangkal dan berwarna coklat kehitaman, sehingga sangat peka terhadap erosi dan memiliki produktivitas relatif rendah.
Jenis tanah ini umumnya digunakan untuk tegalan, padang rumput, dan hutan jati.
Baca juga: Penyebab Warna Tanah Berbeda-beda
Tanah litosol
Jenis tanah ini sangat dangkal yaitu kurang dari 15 sentimeter dari permukaan dan terbentuk di atas batuan induk.
Akibatnya, jenis tanah ini sukar ditanami. Sebagian besar tanah ini tidak dapat digunakan untuk pertanian.
Tanah hidromorf kelabu
Tanah ini terbentuk akibat dari pelapukan batuan sedimen masam yang sering tergenang air vulkanik asam dan batu pasir.
Tanah yang banyak ditemui di wilayah dataran rendah dengan curah hujan lebih dari 2.000 milimeter per tahun ini memiliki produktivitas rendah sampai sedang.
Baca juga: 6 Fungsi Tanah dalam Ekosistem, Apa Sajakah Itu?
Umumnya, tanah ini banyak digunakan untuk persawahan. Selain itu, jenis tanah ini juga banyak digunakan untuk bahan pembuatan batu bata dan genting.
Tanah planosol
Tanah ini terbentuk akibat pelapukan bahan endapan vulkanik di dataran rendah.
Tanah planosol banyak ditemukan di wilayah dengan ketinggian antara 0 hingga 50 meter di atas permukaan laut dan memiliki curah hujan kurang dari 2.000 milimeter per tahun.
Umumnya, tanah ini banyak digunakan untuk persawahan tadah hujan dan tegalan.
Baca juga: Pengolahan Tanah untuk Lahan Pertanian Berkelanjutan
Tanah glei humus
Tanah ini terbentuk dari hasil endapan bahan aluvial. Tanah ini terbentuk di wilayah dengan curah hujan lebih dari 1.500 milimeter per tahun.
Tanah glei humus jenuh air dan memiliki kandungan bahan organik tinggi di lapisan atas. Tanah jenis ini banyak tersebar di dataran rendah yang berawa-rawa.
Pada umumnya tanah ini banyak digunakan untuk persawahan pasang surut dan persawahan rawa.
Tanah organosol (tanah gambut) Tanah ini terbentuk dari bahan organik, terdapat di lahan rawa yang selalu tergenang air.
Ketebalan bahan organik bervariasi mulai dari 40 sentimeter sampai lebih dari tiga meter.
Baca juga: Ciri-ciri Senyawa Organik
Referensi:
- Hakim, Dani Lukman. Ensiklopedi Jenis Tanah di Dunia. 2019. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
- Utomo, Muhajir. Ilmu Tanah. 2016. Jakarta. Kencana.