KOMPAS.com - Green building merupakan sebuah konsep arsitektur untuk membangun rumah atau gedung dengan meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan manusia.
Green building lahir sebagai sebuah solusi untuk membangun rumah atau gedung yang lebih ramah lingkungan.
Namun, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan green building? Untuk mengetahuinya, simaklah pengertian dan aspek green building di bawah ini!
Baca juga: Mengenal Teknologi Hijau
Pengertian green building
Green building adalah usaha dalam mendirikan bangunan dengan menggunakan tahapan yang ramah lingkungan, dan pemakaian sumber daya dengan efisien.
Sederhananya, green building dapat diartikan sebagai bangunan ramah lingkungan.
Green building dapat meminimalisir pengaruh negatif pembangunan rumah ataupun gedung terhadap lingkungan.
Hal tersebut dikarenakan rumah dan bangunan dengan konsep green building dibangun dengan memanfaatkan sumber daya alam terbarukan dan memperhatikan kelestarian lingkungan sekitarnya.
Baca juga: Revolusi Hijau di Indonesia
Aspek yang perlu diperhatikan dalam mendirikan green building
Penerapan green building mulai dari tahap perencanaan sampai pada operasional perawatannya selalu mempertimbangkan berbagai aspek.
Aspek tersebut yaitu untuk melindungi, menghemat, meminimalisir pemakaian sumber daya alam, memelihara kualitas udara dalam ruangan, serta mempertimbangkan kesehatan penghuninya.
Terdapat dua aspek utama yang harus diperhatikan dalam mendirikan green building, yaitu:
- Aspek material
- Aspek energi
Baca juga: Kualitas Udara: Pengertian, Parameter, dan Cara Menjaganya
Aspek materialAspek pertama yang harus diperhatikan dalam pembangunan green building adalah aspek material.
Green building menggunakan material berupa green material atau material ramah lingkungan.
Green material mempunyai makna yang lebih luas dibandingkan makna dari ramah lingkungan.
Definisi material ramah lingkungan sendiri secara umum berkaitan dengan kualitas materialnya.
Baca juga: Mengapa Energi Alternatif Bersifat Ramah Lingkungan?
Jadi, material ramah lingkungan adalah material yang ketika dipergunakan ataupun dibuang tidak berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan serta mengganggu kesehatan.
Material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi perumahan harus diperoleh dari alam, serta sebagai sumber terbarukan yang dikelola secara berkesinambungan.
Daya tahan material bangunan sebaiknya sudah diuji terlebih dahulu.
Kriteria material dalam bangunan ramah lingkungan antara lain memiliki kandungan aspek bahan daur ulang, menekan produksi sampah, dapat digunakan kembali, serta dapat didaur ulang.
Baca juga: Apakah Kayu dapat Diperbaharui?
Salah satu material ramah lingkungan adalah kayu.
Bahan dasar kayu cenderung menghasilkan pembuangan lebih kecil dibandingkan jika menggunakan bahan dari batu, beton, atau baja.
Kayu dapat menyerap karbon dioksida (CO2), sehingga tidak akan membuang banyak energi.
Aspek energiPekerjaan konstruksi perumahan sudah selayaknya menerapkan prinsip hemat energi.
Hemat energi pada konsep green building sangat memperhatikan energi yang diperlukan dalam kebutuhan sehari-hari, seperti udara dan sinar matahari yang masuk ke bangunan, ataupun energi dari segi operasional.
Efisiensi energi dalam bangunan juga berhubungan dengan pemakaian listrik.
Baca juga: Alasan Harus Menerapkan Sikap Hidup Hemat Listrik
Ketika menerapkan prinsip hemat energi di dalam sebuah bangunan dapat menekan biaya pemakaian listrik yang terlalu tinggi.
Green building juga mengedepankan pemanfaatkan sumber daya alam serta energi terbarukan secara efisien dan optimal.
Energi terbarukan merupakan sumber energi yang berasal dari sumber daya alam dan tidak akan habis sebab tercipta dari proses alam secara terus-menerus.
Energi terbarukan memanfaatkan sumber daya alam seperti sinar matahari, ombak, angin, dan air menjadi bentuk energi.
Baca juga: Mengapa Panas Bumi Termasuk Energi Terbarukan yang Ramah Lingkungan?
Referensi:
- Achmadi, Iswan. Penerapan Bangunan Green Building. 2021. Malang: Media Nusa Creative.
- Mulyono, Tri. Bahan Bangunan dan Konstruksi. 2021. Yogyakarta: Stiletto Indie Book.