KOMPAS.com - Cerita rakyat adalah cerita yang sudah ada sejak zaman dahulu di kalangan rakyat dan terus diwariskan hingga saat ini.
Berikut 10 cerita rakyat, yaitu:
Asal-usul Danau Toba
Asal-usul Danau Toba adalah cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Utara. Cerita ini dimulai dengan seorang pemuda sedang memancing. Setelah menunggu sekian lama, ia akhirnya mendapat tangkapan ikan yang besar dan membawanya pulang.
Pemuda tersebut menaruh ikan di dapur dan pergi mempersiapkan peralatan untuk memasaknya. Ketika ia kembali, ikan itu menghilang. Betapa terkejutnya ia mendapati seorang gadis cantik yang ternyata adalah jelmaan dari ikan tadi.
Gadis itu meminta untuk diperbolehkan tinggal bersama di rumah sang pemuda. Akhirnya, mereka menikah dengan syarat sang pemuda harus berjanji untuk tidak mengungkit asal-usul sang gadis.
Mereka kemudian dikaruniai seorang anak. Hingga pada suatu hari, sang anak melakukan kesalahan yang membuat ayahnya murka. Dengan kasar, sang ayah berkata, “Dasar anak keturunan ikan!” yang membuat anak tersebut sedih dan mengadu ke ibunya.
Sang ibu sangat merasa kecewa dengan tingkah ayah. Ia pun menyuruh anaknya pergi ke puncak bukit. Kemudian, sang ibu mendatangi sungai. Cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi gelap dalam sekejab. Langit bergemuruh, petir menyambar-nyambar, disertai turunnya hujan yang sangat deras.
Sang ibu melompat ke sungai dan menjadi ikan besar. Setelah itu, sungai menjadi banjir sehingga menciptakan genangan air yang luas. Akhirnya, tempat itu berubah menjadi danau besar yang dikenal masyarakat sebagai Danau Toba.
Pesan moral:
Pesan moral yang dapat diambil dari cerita Asal-usul Danau Toba adalah kita harus menepati janji kita.
Sangkuriang
Sangkuriang adalah cerita rakyat asal Jawa Barat yang mengisahkan seorang pemuda sakti bernama Sangkuriang. Ia jatuh cinta dan ingin menikahi Dayang Sumbi, ibu kandungnya.
Dayang Sumbi ingin menolak lamarannya dengan mengajukan syarat yang dianggap mustahil, yaitu Sangkuriang harus membangun perahu besar dalam satu malam.
Melihat Sangkuriang yang ternyata hampir menyelesaikan syarat tersebut berkat bantuan hal-hal gaib, Dayang Sumbi pun ingin menggagalkannya dengan memaksa ayam berkokok dan menciptakan suasana seakan sudah pagi, padahal sejatinya hari masih gelap gulita.
Sangkuriang pun marah dan menendang perahu yang sedang dibuatnya sehingga tertelungkup berubah menjadi gunung yang dikenal sebagai Tangkuban Parahu.
Setelah itu, Sangkuriang mencari Dayang Sumbi yang ternyata sudah berubah menjadi bukit dikenal sebagai Gunung Putri. Sangkuriang yang gagal menemukan Dayang Sumbi pun akhirnya menghilang ke alam gaib.
Pesan moral:
Cerita rakyat Sangkuriang mengajarkan kita bahwa kita harus mencintai dengan sewajarnya saja. Selain itu, kita juga tidak boleh berbuat curang.
Baca juga: Cerita Rakyat: Pengertian dan Ciri-cirinya
Tujuh Anak Lelaki
Cerita Tujuh Anak Lelaki merupakan cerita rakyat asal Nanggroe Aceh Darussalam. Cerita ini mengisahkan tentang sepasang suami istri dengan tujuh anak yang kesulitan untuk hidup karena kampungnya dilanda kemarau berkepanjangan.
Karena tidak sanggup mencukupi kebutuhan keluarga, pasangan suami istri berencana membuang ketujuh anaknya di hutan. Mereka mengajak anak-anak mencari kayu di hutan kemudian meninggalkan mereka.
Anak-anak mulai khawatir mengetahui orang tua mereka menghilang, hingga salah seorang anak menjelaskan kebenarannya.
Ketujuh anak tersebut sangat sedih, tetapi mereka memutuskan untuk menyusuri hutan. Hingga mereka menemukan sebuah rumah besar yang dihuni oleh raksasa baik hati. Sang raksasa membekali mereka makanan, beserta emas dan intan, untuk melanjutkan perjalanan.
Mereka menggunakan hasil dari menjual emas dan intan untuk membangun rumah. Setelah bertahun-tahun bekerja dan saling membantu, akhirnya mereka memiliki kekayaan yang melimpah. Mereka kemudian mencari kedua orang tua mereka untuk berkumpul kembali di rumah yang bagus dan hidup bahagia.
Pesan moral:
Cerita rakyat Tujuh Anak Lelaki mengajarkan kita untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua.
Ciung Wanara
Ciung Wanara adalah cerita rakyat dari Jawa Barat yang menceritakan seorang Raja Kerajaan Galuh bernama Ciung Wanara. Ia dulunya adalah pangeran terbuang yang berkat perjuangannya, ia berhasil menguasai singgasana Kerajaan Galuh.
Saat sudah menjadi raja, amarah dan dendam membuatnya rela berperang melawan saudaranya sendiri yang juga merupakan seorang raja.
Hingga akhirnya, ia berhenti berperang karena menyadari bahwa peperangan hanya merugikan masyarakat yang tidak berdosa. Dia seharusnya menggunakkan kekuasaannya untuk kebaikan.
Ciung Wanara belajar mengenai pentingnya keadilan, kesetiaan, serta pengorbanan. Dengan keberanian dan kebijaksanaan, ia bersumpah untuk memimpin rakyat menuju masa depan yang lebih baik.
Pesan moral:
Cerita Ciung Wanara mengandung pesan moral, yaitu seorang raja harus bijaksana dan memiliki jiwa kepemimpinan yang mengantarkan rakyat pada kemakmuran. Selain itu, cerita ini juga mengajarkan bahwa sesama saudara tidak boleh bermusuhan.
Si Malin Kundang
Cerita rakyat dari Sumatera Barat ini mengisakan tentang seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang yang tinggal bersama ayah dan ibunya di pesisir pantai Sumatera.
Suatu hari ayahnya pergi mengarungi lautan untuk ke negeri seberang, namun ia tidak kembali lagi sehingga dikabarkan sudah meninggal. Sejak saat itu, ibunya lah yang mencari nafkah untuk mereka berdua.
Setelah Malin Kundang dewasa, ia merasa iba dengan ibunya yang tetap bekerja padahal sudah tua. Malin Kundang menyampaikan keinginannya untuk pergi ke negeri seberang demi mencari nafkah. Meskipun awalnya tidak setuju, sang ibu pun mengizinkannya.
Sekian lama kemudian, tersebar kabar bahwa Malin Kundang telah menjadi pria kaya raya dan menikah dengan seorang gadis. Ibu Malin Kundang sangat senang dan bersyukur mendengar anaknya telah sukses.
Suatu hari, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran ke kampung halamannya dengan kapal besar beserta banyak pengawal. Saat Malin Kundang turun dari kapal, ibunya telah menunggu dan ingin memeluknya. Namun, Malin Kundang mendorong ibunya dengan kasar dan juga menghinanya. Ia tidak mengakui bahwa wanita itu adalah ibunya.
Ibu Malin Kundang sangat sedih dan marah. Ia pun mengutuk Malin Kundang menjadi batu. Tidak lama kemudian, terjadi badai dan angin bergemuruh dengan kencang. Tubuh Malin Kundang perlahan kaku menjadi sebuah batu karang.
Pesan moral:
Cerita Malin Kundang mengandung pesan moral yang mengajarkan bahwa kita tidak boleh menjadi anak durhaka.
Baca juga: Struktur Cerita Rakyat Beserta Penjelasannya
Misteri Telaga Warna
Cerita rakyat ini mengisahkan asal usul Telaga Warna. Berawal dari Ratu Purbamanah dan Prabu Swarnalaya, penguasa Kuta Tanggeuhan, yang ingin memiliki anak. Akhirnya Ratu Purbamanah hamil dan melahirkan seorang putri bernama Dewi Kuncung Biru.
Dewi Kuncung Biru dikenal manja dan rakus. Saat beranjak usia 17 tahun, ia Ingin mengadakan pesta mewah. Rakyat yang sangat mencintainya pun berbondong-bondong memberikan harta bendanya kepada tuan putri.
Namun, Dewi Kuncung Biru menolak keras semua pemberian rakyat karena tidak menyukai bentuknya. Secara mendadak, langit pun menjadi gelap dan turun hujan yang amat deras, sehingga menenggelamkan Kuta Tanggeuhan menjadi telaga warna-warni atau dikenal dengan Telaga Warna.
Pesan moral:
Dari cerita ini, kita dapat memetik pesan moral bahwa keserakahan dan keegoisan mampu mendatangkan akibat buruk, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Kelingking Sakti
Kelingking sakti merupakan cerita rakyat yang berasal dari Riau. Cerita ini mengisahkan sepasang suami istri yang sangat miskin dengan tiga orang anak bernama Salimbo, Ngah, Kelingking. Ibunya meninggal dunia.
Setelah dewasa, Kelingking merantau dengan berbekal tujuh buah ketupat. Selama perjalanan, ia memakan buah dan daun-daunan yang ada di jalan sehingga bekal ketupatnya masih utuh.
Ketika sampai di hutan lebat, ia tertidur di bawah pohon rindang. Dalam tidurnya, terdengar suara yang mengatakan jika ia ingin menikahi seorang putri, maka ia harus mengikatkan ketupatnya dengan akar tuba dan memasukkannya ke sungai. Setelah itu, ia diperintahkan untuk mengambil ikan besar yang mati di sungai.
Setelah terbangun, kelingking pun melaksanakan perintah tersebut. Ia memakan ikan besar yang ia dapatkan hingga hanya tinggal kepalanya. Namun, ia kesal karena tidak ada tanda-tanda kedatangan sang putri. Ia pun menendang kepala ikan tersebut hingga melambung tinggi dan melanjutkan perjalanannya.
Tibalah ia pada sebuah tempat di mana rajanya mengadakan sayembara untuk memindahkan kepala ikan besar karena mengganggu pemandangan istana. Laki-laki yang memenangkan sayembara tersebut akan dinikahkan dengan anaknya.
Kelingking pun memenangkan sayembara itu. Setelah itu, ia menjemput ayah dan kedua kakaknya untuk ikut tinggal di istana.
Pesan moral:
Cerita ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan keluarga ketika kita sudah sukses.
Si Kabayan
Cerita Si Kabayan menceritakan seorang pria pemalas bernama Kabayan. Ia suka tidur dan berkhayal.
Suatu hari, Kabayan diminta oleh istrinya, Iteung, untuk mencari siput di sawah. Kabayan pun pergi ke sawah, namun belum pulang padahal hari sudah sore.
Iteung yang khawatir pergi menyusulnya sawah. Yang ia ditemukan di sana adalah pemandangan seorang Kabayan sedang mengorek tutut dari pematang sawah. Kabayan tidak mau turun ke sawah karena baginya sawah itu terlalu dalam.
Karena kesal dengan tingkah Kabayan, Iteung pun mendorongnya ke dalam sawah sampai basah kuyup.
Pesan moral:
Cerita ini mengajarkan kita akan pentingnya suatu usaha untuk mencapai apa yang kita inginkan. Kita harus berusaha agar tujuan kita tercapai.
Baca juga: Cara Mengembangkan Cerita Rakyat ke dalam Bentuk Cerpen
Purbasari dan Purbararang
Cerita rakyat ini menceritakan mengenai dua bersaudara, Purbasari yang baik hati dan Purbararang yang dengki.
Suatu hari di Pasundan, Raja Prabu Tapa Agung memilih Purbasari sebagai ratu, hal tersebut memicu rasa dengki dalam hati Purbararang. Purbararang kemudian meminta penyihir untuk mengutuk Purbasari sehingga muncul bintik-bintik hitam di tubuhnya.
Akibatnya, Purbasari diusir ke hutan. Di sana ia berteman dengan kera misterius bernama Lutung Kasarung. Lutung Kasarung membantu menghilangkan kutukan yang diderita Purbasari. Setelah sembuh, Purbasari bersama Lutung Kasarung pergi ke istana kerajaan.
Setelah tiba di istana, mereka bertemu Purbararang. Ia berkata jika ingin menjadi ratu, maka harus menikah dengan suami yang tampan. Lutung Kasarung pun berubah menjadi pangeran tampan.
Hingga akhirnya, Purbararang menyadari kesalahannya dan meminta maaf. Purbasari yang baik hati pun memaafkan Purbararang. Purbasari kemudian menjadi ratu, didampingi oleh pangeran tampan.
Pesan moral:
Cerita ini mengandung pesan moral bahwa kita tidak boleh memiliki sifat iri dengki.
Situ Bagendit
Cerita rakyat ini mengisahkan asal-usul Situ Bagendit. Cerita dimulai dengan pada zaman dahulu, hiduplah seorang Nyai Bagendit. Ia adalah seorang janda kaya yang pelit. Ia sangat kejam pada orang di sekitarnya.
Suatu hari, datang kakek pengembara yang tengah kehausan. Sang kakek meminta tolong kepada Nyai Bagendit. Namun, Nyai Bagendit justru menolak membantu kakek tersebut dengan cara yang kasar.
Kakek pengembara pun menjadi murka. Ia menciptakan banjir besar yang mampu menenggelamkan Nyai Bagendit beserta seluruh kekayaannya.
Berkatnya, Situ Bagendit pun terbentuk.
Pesan moral:
Cerita ini berisi pesan moral supaya kita menjauhi sifat pelit dan sombong. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk membantu orang yang sedang kesulitan.
Referensi:
- Direktorat SMP. (2023, July 3). 6 Cerita Rakyat Terkenal dari Jawa Barat. Direktorat SMP.
- Rouf, I. & Ananda, S. 2013. Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia. Jakarta: Anak Kita