KOMPAS.com - Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki beraneka ragam jenis teks yang harus dipelajari agar dapat dipahami dan diaplikasikan berdasarkan kegunaannya.
Setiap jenis teks dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentu saja memiliki kaidah kebahasaan sebagai salah satu ciri khas dari setiap jenis teks.
Begitu pula teks biografi, teks biografi yang memuat mengenai riwayat hidup sesorang pun memiliki kaidah kebahasaannya sendiri.
Nah, sebelum mengetahui mengenai kaidah kebahasaan dari teks biografi, alangkah lebih baiknya jika kita memahami terlebih dahulu mengenai definisi dari teks biografi.
Baca juga: Mengapa Teks Biografi Termasuk Teks Narasi?
Apa itu teks biografi?
Teks biografi adalah cerita hidup atau riwayat hidup seseorang yang berupa tulisan, di mana isinya memuat perjalanan hidup, perjuangan, kesuksesan, serta rintangan dari tokoh tersebut.
Tokoh dalam teks biografi bisa menjadi teladan untuk orang banyak, sehingga melalui ceritanya pun ia dapat menjadi inspirasi bagi pembacanya.
Oleh sebab itu, secara umum tokoh dalam teks biografi berupa pahlawan, ilmuwan, atlet, pengusaha sukses, dan sebagainya.
Melalui teks biografi tersebut, pembaca dapat mengambil pelajaran atau bahkan mencontoh keberhasilan dari tokoh tersebut.
Baca juga: Manfaat dari Membaca Teks Biografi
Kaidah kebahasaan teks biografi
Secara garis besar, teks biografi memiliki kaidah kebahasaan yang dominan. Adapun kaidah kebahasaan teks biografi antara lain:
- Menggunakan kata ganti (pronomina)
Kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga tunggal seperti ia, dia atau beliau. Kata ganti ini digunakan secara bervarisi dengan penyebutan nama tokoh atau panggilan tokoh.
Contoh: Mohammad Hatta atau yang biasa dikenal Bung Hatta memiliki peran penting mengenai karya ilmiah terkait ekonomi dan koperasi, oleh sebab itu beliau mendapat julukan ‘Bapak Koperasi Indonesia’.
- Menggunakan kata kerja tindakan
Kata kerja yang digunakan berupa kata kerja tindakan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh, seperti belajar, membaca, berjalan, melempar, dan lain-lain.
Contoh: Ia berjalan menyusuri perbukitan agar bisa menuju ke sekolahnya untuk menuntut ilmu.
Baca juga: Struktur Teks Biografi yang Tepat
- Menggunakan kata deskriptif atau kata sifat (adjektiva)
Teks biografi banyak menggunakan kata sifat atau deskriptif untuk memberikan informasi secara rinci tentang sifat-sifat tokoh, seperti sederhana, tekun, populer, giat, dan lain-lain.
Selain itu, dalam melakukan deskripsi, seringkali penggunaan kata sifat didahului oleh kopulatif seperti adalah, merupakan, ialah, dan sebagainya.
Contoh: JK Rowling merupakan seorang kutu buku yang gemar menulis cerita.
- Menggunakan kata kerja pasif
Banyak menggunakan kata kerja pasif untuk menjelaskan peristiwa yang dialami tokoh sebagai subjek yang diceritakan, misalnya diberi, ditugaskan, dipilih, dianugerahkan, diberikan, dan lain-lain.
Contoh: MH Thamrin dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 1960 silam.
- Menggunakan kata kerja mental
Banyak menggunakan kata kerja mental dalam rangka penggambaran peran tokoh. Contoh: memahami, menyetujui, menginspirasi, mencintai, mengharapkan, dan sebaganya.
Contoh: Melalui berbagai perjuangannya, R.A Kartini dikenal sebagai sosok wanita Indonesia yang menginspirasi.
- Menggunakan kata sambung, kata depan, atau nomina
Karena pola pengembangan teks cerita ulang umumnya bersifat kronologis, maka kata sambung, kata depan, ataupun nomina yang digunakan yaitu yang berkenaan dengan urutan waktu.
Contoh: sebelum, sudah, pada saat, kemudian, selanjutnya, sampai, hingga, pada tanggal, nantinya, selama, saat itu.
Baca juga: Cara Mengetahui Pokok-pokok Informasi dalam Teks Biografi
Contoh teks biografi
Berikut contoh teks biografi tentang B.J Habibie, yaitu:
B.J. Habibie adalah seorang tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi banyak orang di Indonesia. Beliau adalah Presiden ketiga Republik Indonesia. Nama dan gelar lengkapnya Prof. DR. (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Di Indonesia, Habibie menjadi Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT selama 20 tahun, ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), memimpin perusahaan BUMN strategis, dipilih menjadi wakil Presiden RI dan menjadi Presiden RI ke- 3 setelah Soeharto mundur pada tahun 1998. Pada masa jabatan Habibie, terjadi referendum di Timor-Timur, sampai akhirnya Timor-Timur memisahkan diri dari Indonesia. Dalam masa jabatannya yang singkat, BJ Habibie telah meletakkan dasar bagi kehidupan demokrasi dan persatuan wilayah di Indonesia dengan disahkannya undang-undang tentang otonomi daerah dan undang-undang tentang partai politik, UU tentang Pemilu dan UU tentang susunan kedudukan DPR/MPR.
Turun dari jabatan sebagai Presiden, Habibie kembali ke Jerman bersama keluarga. Pada tahun 2010, Ainun meninggal dunia karena kanker. Sebagai terapi atas kehilangan orang yang dicintai, Habibie membuat tulisan tentang kisah kasih dengan Ainun, yang kemudian dibukukan dengan judul “Ainun dan Habibie”. Buku ini telah difilmkan dengan judul yang sama.
Baca juga: Contoh Teks Biografi tentang Bung Tomo
Referensi:
- Harris Iskandar. 2017. Keteladanan Sang Tokoh. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.
- Nur Rohmah. 2020. Pengembangan Buku Pengayaan Menulis Teks Biografi Bermuatan Nilai Nasionalisme Untuk Peserta Didik Kelas X SMA. (Skripsi Sarjana, Universitas Negeri Semarang) Diakses dari http://lib.unnes.ac.id/39334/1/2101415076.pdf