KOMPAS.com - Drama adalah sebuah genre dalam seni pertunjukan yang menampilkan cerita secara langsung di depan penonton. Biasanya drama melibatkan aksi, dialog, dan pertunjukan visual untuk menyampaikan cerita.
Drama dapat dipentaskan di atas panggung teater, difilmkan, atau disiarkan di televisi. Tujuan utamanya adalah untuk menghibur, menginspirasi, atau menyampaikan pesan kepada penontonnya.
Drama sering kali memperlihatkan konflik antara karakter-karakternya, serta evolusi dan perubahan dalam hubungan dan situasi.
Drama Jawa atau drama tradisional Jawa adalah bentuk seni pertunjukan yang diwariskan secara turun-temurun di Jawa. Drama ini mencakup berbagai bentuk pertunjukan seperti ludruk, ketoprak, dan randai.
Drama Jawa sering kali mengangkat cerita-cerita yang berakar dalam budaya Jawa, baik dari mitologi lokal maupun kisah-kisah sejarah yang penting bagi masyarakat Jawa.
Pertunjukan ini menggunakan bahasa Jawa dan sering kali menyertakan unsur-unsur musik tradisional Jawa seperti gamelan.
Drama Jawa tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya Jawa dari generasi ke generasi.
Baca juga: Perbedaan Teks Negosiasi dengan Teks Drama
Jenis drama Jawa
Ada 10 jenis drama Jawa, yaitu:
Drama pendidikanIstilah drama pendidikan sebenarnya tidak tepat. Sebab, hampir seluruh drama itu berisi pendidikan. Istilah drama pendidikan disebut juga drama ajaran atau drama didaktis.
Pada abad pertengahan, lakon menunjukkan pelaku-pelaku yang dipergunakan untuk melambangkan kebaikan atau keburukan, kematian, kegembiraan, persahabatan, permusuhan, dan sebagainya.
Pelaku-pelaku drama dijadikan cermin bagi penonton dengan maksud untuk mendidik. Lakon yang mengungkapkan kehidupan di akhirat menunjukkan kepada manusia bahwa akhirnya semua orang akan sampai ke sana. Adegan di akhirat biasanya menunjukkan keindahan akhirat dan juga penderitaan para pendosa.
Closed drama (drama untuk dibaca)Drama jenis ini hanya indah untuk bahan bacaan. Para sastrawan yang tidak berpengalaman mementaskan drama biasanya menulis closed drama yang tidak mempunyai kemungkinan pentas atau kemungkinan pentasnya kecil.
Para penulis drama yang sekaligus sutradara atau aktor biasanya menulis drama yang tidak hanya memperhatikan struktur atau keindahan bahasa, akan tetapi yang terpenting adalah kemungkinannya untuk dipentaskan.
Drama-drama yang ditulis sebelum Usmar Ismail biasanya dengan dialog yang panjang dan menggunakan bahasa yang indahindah yang sebenarnya tidak meniru cakapan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sukar untuk dipentaskan.
Dalam kehidupan sehari-hari jarang kita jumpai cakapan antara dua orang atau lebih yang masing-masing orang berbicara panjang lebar seperti naskah tersebut.
Menurut kodratnya seharusnya semua naskah drama dapat dipentaskan. Akan tetapi dalam closed drama, kemungkinan untuk dipentaskan itu kecil karena struktur lakon dan cakapannya yang tidak mendukung pementasan.
Dalam drama tetrikal mungkin nilai literernya tidak tinggi, tetapi kemungkinan untuk dapat dipentaskan sangat tinggi. Drama teatrikal memang menciptakan untuk dipentaskan. Naskah drama yang ditulis oleh para sutradara atau pekerja teater tidak hanya memperhatikan dialog untuk dipentaskan.
Drama lingkunganDrama lingkungan disebut juga teater lingkungan, yaitu jenis drama modern yang melibatkan penonton. Dialog drama dapat ditambah oleh pemain sehingga penonton dilibatkan dengan lakon. Tujuan utama teater lingkungan adalah membuat tontonannya akrab dengan penonton.
Drama radioDrama radio mementingkan dialog yang diucapkan lewat media radio. Jenis drama ini biasanya direkam melalui kaset. Cara menulis cerita dalam drama radio (drama rekaman) berbeda dengan drama biasa.
Banyak petunjuk teknis yang harus diberikan. Selingan musik, sound effect, jenis suara, serta petunjuk teknis lain harus diberikan secara lengkap dan terperinci karena sandiwara ini tidak akan ditonton secara visual, tetapi hanya secara auditif.
Adegan dan babak dapat diganti sebanyak mungkin karena tidak perlu menyiapkan pergantian dekor. Kecakapan juru musik dan juru pengatur suara (teknik dan montase) ikut menentukan keberhasilan drama radio.
Pelaku-pelakunya mengutamakan karakter suara; tetapi biasanya karakter suara itu hanya dapat dibina lewat pembinaan karakter secara menyeluruh. Jadi, latihan acting kiranya tidak ada salahnya dijadikan latihan dasar bagi pemeran sandiwara radio (rekaman).
Drama televisiDi televisi jenis pertunjukan drama (sinetron) sangat digemari oleh pemirsa. Penyusunan drama telivisi sama dengan penyusunan naskah film. Sebab itu, drama televisi membutuhkan skenario.
Dalam skenario tidak boleh diabaikan petunjuk teknis yang lengkap dan terperinci. Ada yang disebut bahasa film, yaitu adegan diam dan hanya menunjukkan gejolak perasaan pelaku. Dapat juga hanya menunjukkan perkembangan kejadian yang cukup lama.
Hal ini tentu tidak dilukiskan dalam dialog, tetapi dilukiskan melalui narasi. Dalam penyajiannya pun benar-benar menggambarkan pergolakan psikis para pemirsa. Kelebihan drama televisi adalah dalam hal melukiskan flash back.
Dalam drama pentas biasa dan dalam sandiwara radio, sukar sekali dilukiskan flash back. Dalam drama televisi banyak kita jumpai flash back yang biasanya memperhidup lakon dan menciptakan variasi.
Drama eksperimentalPenamaan drama eksperimental disebabkan oleh kenyataan bahwa drama tersebut merupakan hasil eksperimen pengarangnya dan belum memasyarakat. Bisanya jenis drama eksperimental ini adalah drama nonkonvensional yang menyimpang dari kaidah-kaidah umum struktur lakon, baik dalam hal struktur tematik maupun dalam hal struktur kebahasaan.
Sosio dramaSosio drama adalah bentuk pendramatisan peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat. Bentuk sosiodrama merupakan bentuk drama yang paling elementer.
Simulasi dan role playing dapat diklasifikasikan sebagai sosio drama. Latihan-latihan dasar penulisan lakon dan pemeranan tokoh biasanya dapat efektif dilakukan melalui sosio drama.
Dalam sosio drama, tokoh-tokoh dan peristiwa sudah seringkali dihayati oleh calon pemain. Oleh karena itu, pemain akan lebih mudah mengidentifikasikan dirinya dengan lakon dan dengan permainan yang dibawakan.
Nama Absurd sebenarnya berhubungan dengan sifat lakon dan sifat tokoh-tokohnya. Penulis drama absurd berpandangan bahwa kehidupan di dunia ini bersifat absurd, oleh sebab itu tokoh-tokohnya juga haruslah bersifat absurd pula.
Absurditas adalah sifat yang muncul dari aliran filsafat eksistensialisme, yang memandang kehidupan ini mencekam, tanpa makna, memuakkan. Jika manusia sadar akan keberadaannya seperti dalam eksistensialisme, maka manusia akan merasa bahwa hidup ini absurd.
Drama improvisasiKata "improvisasi" sebenarnya berarti spontanitas. Drama-drama tradisional dan drama klasik kebanyakan bersifat improvisasi. Dalam teater mutakhir kata "improvisasi" digunakan untuk memberi nama jenis drama mutakhir yang mementingkan gerak-gerakan (acting) yang bersifat tiba-tiba dan penuh kejutan.
Drama improvisasi biasanya digunakan untuk melatih kepekaan pemain sehingga pemain dapat memerankan tokoh yang dibawakan lebih hidup dan realistis.
Baca juga: Unsur Intrinsik Teks Drama
Referensi:
- Widayat, A. (2006). Drama Jawa. staffnew.uny.ac.id
- Djati, S. G. Pemahaman Jenis-Jenis Drama dan Seluk-beluknya dalam Kajian Mata Kuliah Drama. academia.edu