KOMPAS.com - Bahasa Jawa Kuna adalah bahasa yang sangat penting dalam perkembangan karya sastra di nusantara khususnya Sastra Jawa. Bahasa Jawa Kuna diduga digunakan sejak abad ke-9. Hal tersebut ditandai dengan adanya Prasasti Sukabumi.
Sementara itu, dari bukti berupa naskah, ada sebuah naskah bercerita tentang Ramayana yang menggunakan bahasa Jawa Kuna.
Sampai saat ini belum ditemukan kembali bukti yang lebih tua yang menunjukan eksistansi bahasa Jawa Kuna sebelum abad ke-9.
Apakah ada hubungan antara bahasa Jawa Kuna dengan bahasa Sansekerta? Bahasa Jawa Kuna merupakan bahasa yang ada di nusantara.
Baca juga: Bahasa Sansekerta: Ciri dan Contoh Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Jawa Kuna termasuk dalam kelompok linguistis Austronesia.
Sedangkan bahasa Sansekerta adalah salah satu bahasa yang ada di India. Memang ada pengaruh bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Jawa Kuna.
Terdapat ribuan kata Sansekerta yang bisa ditemukan di bahasa Jawa Kuna. Namun dari ribuan tersebut tidak semuanya memiliki arti yang sama.
Penggunaan bahasa Jawa Kuna bisa ditemui pada cerita-cerita yang dituliskan pada naskah-naskah kuna di nusantara. Pada jaman sekarang, bahasa Jawa kuna masih sering digunakan di Bali.
Penggunaan bahasa Jawa Kuna biasanya terjadi saat upacara-upacara keagamaan. Selain di Bali, kita juga bisa menemukan bahasa Jawa Kuna di naskah-naskah kuna yang ada di Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Pusat UI, dan tempat penyimpanan naskah lainya.
Baca juga: Bahasa Sansekerta: Ciri dan Contoh Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia
Perkembangan Bahasa Jawa Kuno
Bahasa Jawa Kuna tidak bersifat statis, meskipun digunakan sekitar 500 tahun, yaitu sejak awal abad ke-9 masehi hingga akhir zaman Kerajaan Majapahit pada abad ke-15.
Bahasa Jawa Kuna tetap digunakan di Bali untuk menulis puisi kakawin.
Bahasa Jawa yang dituturkan dan ditulis pada zaman Majapahit dianggap lebih ke arah Bahasa Jawa pertengahan karena telah mengalami setengah perubahan.
Berikut perkembangan Bahasa Jawa Kuno, yang dipengaruhi oleh Bahasa Austronesia dan Bahasa Sansekerta.
Sebagai bahasa AustronesiaMeskipun bahasa Jawa Kuna banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa luar, ia tetap memiliki ciri-ciri sebagai bahasa Austronesia dari segi kosakata dasarnya beserta tata bahasanya.
Sehingga, bahasa Jawa Kuno dikelompokkan sebagai bagian dari rumpun bahasa Austronesia, khususnya cabang Melayu-Polinesia.
Baca juga: Istilah Ariwarti dan Kalawarti dalam Bahasa Jawa
Pengaruh kebahasaan India pada bahasa Jawa Kuna yang paling besar adalah pengaruh Sansekerta.
Adapun. bahasa Jawa Kuna hampir tidak ada pengaruh unsur linguistik India lain selain Sansekerta, berbeda dengan bahasa kuna lainnya.
Misalnya, seperti bahasa Melayu Kuno yang dapat banyak pengaruh linguistik India selain dari Sanskerta.
Bahasa Sansekerta memiliki pengaruh yang besar dan awet terutama pada kosakata bahasa Jawa sampai sekarang.
Baca juga: Kata Bahasa Jawa yang Sering Digunakan
Kamus bahasa Jawa Kuna-bahasa Inggris yang disusun oleh profesor P.J. Zoetmulder pada tahun 1982 mengandung sekitar 25.500 kata, dengan sekitar 12.500 (49 persen) kata diantaranya merupakan kata pinjaman dari kosakata Sansekerta.
Namun, perlu dipahami bahwa kamus ini disusun hanya berdasarkan sumber-sumber tulisan Jawa Kuna yang tersisa pada tahun tersebut.
Jadi, kemungkinan besar kosakata pada kamus tersebut lebih mencerminkan penggunaan bahasa pada konteks sastra dan istana, bukan penggunaan sehari-hari oleh masyarakat umum.
Baca juga: Nilai-nilai yang Terkandung dalam Ungkapan Bahasa Jawa
Fonologi Bahasa Jawa Kuno
Fonologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari runtunan bunyi-bunyi bahasa.
Walaupun bahasa Sansekerta sangat mempengaruhi bahasa Jawa Kuna, bahasa Jawa Kuna tetap merupakan bahasa Austronesia.
Namun di samping itu, bahasa Sanskerta juga mempengaruhi tidak hanya kosakata saja, tetapi juga fonologinya.
Misalnya, bahasa Jawa Kuna (dan termasuk turunannya) mengandung bunyi tarik-belakang yang mungkin berasal dari bahasa Sansekerta.
Namun, hal ini diperdebatkan oleh banyak ahli linguistik yang menganggap bahwa bunyi tarik-belakangnya bahasa jawa merupakan perkembangan sendiri dalam keluarga bahasa Austronesia.
Baca juga: 3 Contoh Teks Persuasi Bahasa Jawa
Dalam fonologi Bahasa Jawa Kuna, terdapat bagian vokal, konsonan, dan sandi. Berikut penjelasannya:
VokalBahasa Jawa Kuna memiliki enam vokal. Secara umum, peneliti percaya bahwa pengucapan bahasa Jawa Kuna tidak memiliki perbedaan dengan pengucapan dalam bahasa Jawa Modern.
Walaupun bahasa Jawa Kuna secara penulisan membedakan vokal panjang, namun secara fonologi vokal panjang dan pendek tidak memiliki perbedaan. Semua vokal tersebut diucapkan secara pendek.
KonsonanKonsonan dalam bahasa Jawa Kuna berjumlah 20. Konsonan-konsonan tersebut antara lain adalah b, c, d, ?, g, h, j, k, l, m, n, ñ, ?, p, r, s, t, ?, w dan y dalam penulisan aksara Latin.
SandiSandi adalah perubahan bunyi yang terjadi pada batasan morfem. Sandi-sandi pada bahasa Jawa Kuna antara lain:
- Jika sebuah kata diakhiri dengan vokal dan kata berikutnya dalam satu kalimat dimulai dengan vokal, kedua kata dapat melebur menjadi satu dengan satu vokal panjang dan bukan dengan dua vokal, seperti pada dewatadi alih-alih dewata + adi.
- Vokal yang diikuti dengan vokal akan berasimilasi menjadi vokal e, seperti pada kata wawan (muatan: wadah) dari bentuk wawa (bawa) + en.
- Vokal yang sama, tanpa memperhitungkan panjang-pendek vokal, berasimilasi sebagai vokal panjang, misalnya rengön (dengarkan) dari rengö (dengar) + en.
- Vokal terbuka /a/ yang diikuti oleh vokal depan tertutup /e/ atau /i/ berasimilasi menjadi /e/ seperti pada perubahan bhinna ika menjadi bhinneka (hal yang berbeda)
- Vokal terbuka /a/ yang diikuti oleh vokal belakang tertutup /o/ atau /u/ berasimilasi menjadi /o/, seperti pada perubahan mantra osadha menjadi mantrosadha.
- Semivokal y /j/ dan w akan menukar vokal /i/, /u/, atau ö ketika diikuti oleh vokal yang berbeda, contohnya kadi amrta menjadi kadyamrta (i + a → ya), ri ubhaya menjadi ryubhaya (i + u → yu), milu asa menjadi milwasa (u + a → wa), masku ibu menjadi maskwibu (u + i → wi), dan angangsö agawe menjadi angangswagawe (ö + a → wa).
Baca juga: Sintaksis (Widya Ukara) Bahasa Jawa
Referensi:
- Puspitorini, D. (2022). Menyoal Kembali Partikel Ta dalam Bahasa Jawa Kuno. Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara, 13(2), 167-179.
- Sari, R. P. (2020). Old Javanese Elements in Banyumas Javanese as a From of Language Retention. Jurnal Kata: Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra, 4(1), 59-69.