KOMPAS.com - Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, lebih dari 4 abad,interaksi bangsa koloni dan masyarakat pribumi menimulkan banyak perubahan.
Perubahan akibat kolonialisme membawa dampak besar bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya bidang budaya.
Dampak kolonialisme dalam bidang budaya adalah runtuhnya kekuasaan feodal di Nusantara, munculnya kebudayaan Indische (Indis) yang merupakan hasil akulturasi budaya Indonesia dan Eropa, dan masyarakat Indonesia mengetahui perkembangan kesenian yang ada di Eropa.
Baca juga: 5 Perbedaan Kolonialisme dan Imperialisme
Lebih jelasnya, berikut beberapa dampak kolonialisme dalam bidang budaya di Indonesia:
Memiliki banyak kosa kata
Kebiasaan pemerintah Kolonial menggunakan bahasa Belanda, membawa pengaruh tersendiri.
Kita memiliki banyak bahasa serapan yang berasal dari bahasa Belanda, Portugis, dan Inggris, misalnya:
- Handuk dari bahasa Belanda handdoek
- Sepatu dari bahasa Portugis sepato
- Buku dari bahasa Inggris book
Melahirkan budaya indis
Dirangkum dari buku Pasti Bisa Sejarah Indonesia (2019) oleh Tim Ganesha, budaya Indis merupakan budaya campuran antara budaya Belanda dan pribumi.
Kebudayaan Indis dapat diidentifikasi dengan melacak pengaruh budaya Belanda terhadap tujuh unsur budaya universal di Nusantara.
Budaya Indis berkembang di Pulau Jawa antara abad ke-18 hingga 19. Masyarakat pribumi di Jawa, khususnya kalangan menengah ke atas merupakan kelas masyarakat yang dianggap bersentuhan dengan budaya Indis.
Baca juga: Pengertian Kolonialisme dan Sejarahnya di Indonesia
Adanya budaya keroncong
Contoh musik peninggalan musik pada masa Kolonialisme adalah musik keroncong. Keroncong berasal dari musik Portugis abad ke-16 yang disebut fado, berasal dari istilah Latin yang artinya nasib.
Fado dulunya populer di wilayah perkotaan Portugis. Awalnya, fado merupakan nyanyian yang dibawa para budah dari Cape Verde (Afrika Barat) ke Portugis mulai abad ke-15.
Peninggalan budaya kostruksi
Pada masa penjajahan Belanda, sejumlah raja di Nusantara menggunakan konstruksi Belanda untuk rumah mereka. Misalnya rumah raja Bnaten dan Yogyakarta.
Selain itu, banyak keluarga priyayi Nusantara yang menggunakan konstruksi bangunana Belanda. Bahkan beberapa gedung perkantoran Belanda di Nusantara umumnya meniru gaya Yunani-Romawi Kuno, dengan ciri-ciri bangunannya besar, pilar besar, dan tinggi di bagian depan.
Baca juga: Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.