Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Dimaksud Nepotisme?

Baca di App
Lihat Foto
freepik.com
Ilustrasi nepotisme
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com - Pernahkah kamu mendengar istilah "orang dalam"? Istilah ini merujuk pada fenomena di mana seseorang bisa mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan karena memiliki hubungan keluarga dengan orang-orang penting di perusahaan tersebut.

Dalam banyak kasus, proses ini tidak melibatkan seleksi yang adil, sehingga menyebabkan praktik yang dikenal sebagai nepotisme. Nepotisme adalah tindakan mendahulukan atau mengutamakan sanak saudara atau relasi dekat di atas kepentingan bersama.

Untuk lebih memahami tentang apa itu nepotisme? Yuk kita simak penjelasan di bawah ini!

Apa yang dimaksud dengan nepotisme?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nepotisme memiliki tiga pengertian utama:  

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

  1. Perilaku yang menunjukkan kesukaan berlebihan kepada kerabat dekat.  
  2. Kecenderungan untuk mengutamakan atau menguntungkan sanak saudara, terutama dalam jabatan atau pangkat di lingkungan pemerintah.  
  3. Tindakan memilih kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang jabatan tertentu. 

Baca juga: Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN): Pengertian, Pencegahan dan Sanksi

Lebih jauh, dalam konteks hukum, nepotisme didefinisikan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Pasal tersebut menyebutkan bahwa nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

Nepotisme cenderung untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan dan pangkat di lingkungan pemerintah, atau tindakan memilih kerabat atau sanak keluarga sendiri untuk memegang pemerintahan.

Adapun, Jeremy Pope dalam bukunya yang berjudul Strategi Memberantas Korupsi (2008), menjelaskan bahwa nepotisme adalah bentuk khusus dari konflik kepentingan.

Konflik ini terjadi ketika seorang pejabat atau pegawai menggunakan jabatan atau kekuasaannya untuk memberikan keuntungan kepada anggota keluarganya, baik berupa pekerjaan maupun promosi jabatan.

Baca juga: Contoh Perilaku Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Praktik ini bertentangan dengan prinsip keadilan dan transparansi, yang seharusnya menjadi dasar dalam pengambilan keputusan publik.  

Contoh perilaku nepotisme

Nepotisme dapat ditemukan di berbagai sektor, baik publik maupun swasta. Berikut adalah beberapa contoh:  

Nepotisme tidak selalu melibatkan keluarga, hubungan pertemanan juga bisa menjadi alasan seseorang diberi posisi tertentu dengan mengesampingkan pelamar lain yang lebih kompeten. 

Baca juga: Contoh Sikap Memperkokoh Pertemanan

Dampak buruk nepotisme

Praktik nepotisme tidak hanya berdampak pada individu yang dirugikan, tetapi juga pada masyarakat dan sistem yang lebih luas. Beberapa dampak buruk nepotisme antara lain:  

1. Menghambat pertumbuhan ekonomi

Menurut Ismansyah dan Purwantoro Agung Sulistyo dalam jurnal Permasalahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di Daerah serta Strategi Penanggulangannya (2010), nepotisme dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Posisi strategis sering diisi oleh individu yang tidak kompeten, sehingga produktivitas dan inovasi menurun.  

2. Melemahkan sistem pemerintahan demokratis

Ana Qonita, dalam penelitian Pandangan Al-Qur’an terhadap Praktek Kolusi dan Nepotisme (2010), nepotisme menimbulkan suatu pemerintahan yang memerintah berdasarkan kepentingan-kepentingan yang sempit dan memihak dengan mengorbankan kepentingan lainnya. 

Baca juga: Gaya Kepemimpinan Demokratis: Pengertian dan Ciri-ciri

Hal ini merusak kepercayaan publik dan menumbuhkan sinisme di masyarakat yang akan menghalangi pemerintahan yang baik. 

3. Mematikan karakter berintegritas

Menurut Ayu Linanda, dalam penelitiannya Praktik Nepotisme sebagai Perilaku Koruptif dalam Membangun Budaya Anti Korupsi (2020), nepotisme sering dianggap wajar dalam budaya yang berlandaskan gotong royong dan toleransi berlebihan.

Nilai-nilai ini, jika tidak dikontrol, dapat mematikan integritas dan merusak tatanan masyarakat.  

4. Menciptakan konflik internal

Ketika anggota keluarga diberi posisi pengawas atau pemimpin atas kerabatnya sendiri, konflik kepentingan sering tak terhindarkan. Keputusan yang diambil menjadi bias, sehingga mengurangi profesionalisme dan menurunkan kualitas pelayanan.  

5. Menghambat kompetisi sehat 

Nepotisme menutup kesempatan bagi individu berbakat dan kompeten untuk berkontribusi. Hal ini menciptakan ketidakadilan dalam masyarakat dan menurunkan motivasi untuk berprestasi.  

Baca juga: Tujuan Organisme Melakukan Kompetisi

Sehingga, nepotisme adalah salah satu bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang sangat merugikan, baik dalam sektor publik maupun swasta.

Di mana seseorang yang memiliki kewenangan bertindak demi keuntungan keluarga atau temannya sendiri dengan mengabaikan kepentingan masyarakat. 

Praktik ini tidak hanya menciptakan ketidakadilan, tetapi juga menghambat kemajuan masyarakat dan negara. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi