KOMPAS.com - Sejak sebelum Indonesia merdeka, masyarakatnya sudah terbiasa bertani dan berkebun. Namun, pada masa pendudukan Jepang, hasil pertanian mengalami penurunan drastis.
Pada masa pendudukan jepang hasil pertanian sangat menurun sebab pengurangan lahan, penebangan hutan, romusha, dan kewajiban menyerahkan hasil tani untuk perang. Berikut penjelasannya!
Pada masa pendudukan Jepang, sektor pertanian Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Keadaan ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Jepang yang mempengaruhi lahan pertanian, tenaga kerja, hingga produksi bahan pangan.
Baca juga: Latar Belakang Pendudukan Jepang di Indonesia
Berikut 4 alasan mengapa hasil pertanian menurun drastis pada masa pendudukan Jepang:
1. Pengurangan lahan pertanian dan kebijakan "tanam-wajib"
Menurut Denik Kharisma Sari, dkk dalam Kebijakan Ekonomi Jepang di Blitar Tahun 1942-1945 (2012), sebelum kedatangan Jepang, sektor pertanian Indonesia, seperti beras, ketela, dan palawija, memiliki hasil produksi yang cukup bagus di bawah pemerintahan Belanda.
Namun, pada masa pendudukan Jepang, produksi beras mengalami penurunan yang drastis.
Salah satu penyebab utama adalah kebijakan pengurangan lahan pertanian untuk dialihkan menjadi tanaman lain yang dianggap lebih penting untuk kepentingan perang Jepang, seperti kapas dan jarak.
Tanaman jarak, misalnya, sangat dibutuhkan untuk menghasilkan minyak pelumas bagi mesin pesawat perang Jepang.
Akibat kebijakan ini, banyak tanah pertanian yang dibongkar dan digantikan dengan pohon jarak yang ditanam di sepanjang jalan-jalan.
Baca juga: Apa itu Bird Strike yang Dapat Menyebabkan Kecelakaan Pesawat?
Kebijakan ini mengarah pada perkebunan yang mengalami kemunduran pada masa pendudukan Jepang.
Karena lahan pertanian yang tadinya digunakan untuk menanam bahan pangan pokok, kini lebih banyak digunakan untuk menanam tanaman yang dibutuhkan oleh Jepang.
Ini menyebabkan menurunnya hasil pertanian pangan di Indonesia, terutama pada sektor beras yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Penebangan hutan yang merusak mata air
Menurut Anik Sulistiyowati dalam Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia (2020), selain kebijakan pengurangan lahan, Jepang juga melakukan penebangan hutan secara liar dan besar-besaran.
Di Pulau Jawa, sekitar 500.000 hektar hutan ditebang dengan tujuan untuk memperluas lahan pertanian, namun dampak negatifnya sangat besar.
Penebangan yang tidak terkendali ini menyebabkan kerusakan ekosistem hutan, seperti erosi tanah, banjir saat musim hujan, dan berkurangnya sumber mata air.
Kondisi ini mengakibatkan banyak lahan pertanian yang tidak dapat dipertahankan karena kekurangan air dan tanah yang subur.
Meskipun lahan pertanian diperluas, kebutuhan pangan tetap sulit dipenuhi karena hilangnya sumber daya alam yang mendukung pertanian.
Baca juga: Penyebab Bencana Kekeringan
3. Romusha
Kebijakan romusha, yang mengharuskan rakyat Indonesia bekerja secara paksa untuk memenuhi kebutuhan Jepang, juga turut memperburuk sektor pertanian.
Para petani dan buruh yang sebelumnya bekerja di ladang pertanian kini dipaksa bekerja untuk Jepang, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Menurut Anugrah Saputra dalam jurnal Menapaki Kembali Sejarah dan gerakan Isu Romusha di Indonesia (2018),nmereka diperlakukan dengan buruk, dipaksa bekerja sepanjang hari tanpa cukup makanan dan istirahat.
Banyak dari mereka yang jatuh sakit dan meninggal karena kondisi kerja yang keras.
Akibatnya, banyak petani yang seharusnya mengelola lahan pertanian justru harus meninggalkan pekerjaan mereka dan terpaksa terlibat dalam romusha.
Baca juga: Kerja Rodi dan Romusha, Kerja Paksa Zaman Penjajahan
Dengan berkurangnya tenaga kerja yang dapat mengelola lahan pertanian, hasil pertanian Indonesia semakin menurun.
Banyak ladang pertanian yang terbengkalai, menyebabkan pasokan pangan menjadi semakin langka. Hal ini berkontribusi besar pada penurunan hasil pertanian pada masa pendudukan Jepang.
4. Kebijakan wajib setor bahan makanan yang membebani rakyat
Menurut Irma Samrotul Fuadah dalam Kehidupan Bangsa Indonesia pada Zaman Pendudukan Jepang Sejarah Kelas XI (2020), pada tahun 1944, saat kondisi militer Jepang semakin terdesak, pemerintah Jepang memutuskan untuk mengadakan kampanye penyerahan bahan makanan secara besar-besaran.
Melalui organisasi seperti Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai, rakyat Indonesia diwajibkan menyerahkan sebagian besar hasil pertanian mereka untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang.
Sebanyak 30% dari hasil pertanian diserahkan untuk Jepang, 30% untuk lumbung desa, dan hanya 40% yang bisa dinikmati oleh pemiliknya.
Baca juga: Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB
Kebijakan ini membuat kehidupan rakyat semakin sulit. Rakyat yang sudah kekurangan pangan terpaksa harus menyerahkan hampir seluruh hasil panennya, sehingga mereka semakin kelaparan.
Selain itu, mereka juga harus menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar lainnya, seperti sandang, karena banyak rakyat yang hanya mengenakan pakaian compang-camping dan terbuat dari karung goni.
Penyakit seperti gatal-gatal akibat kutu di karung goni juga menyebar luas di kalangan rakyat, memperburuk penderitaan mereka.
Jadi, pada masa pendudukan Jepang, hasil pertanian sangat menurun karena serangkaian kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Jepang.
Pengurangan lahan pertanian, penebangan hutan secara liar, pengerahan tenaga kerja paksa melalui romusha, dan kebijakan wajib setor bahan makanan adalah faktor utama yang menyebabkan produksi beras mengalami penurunan yang drastis.
Semua kebijakan ini tidak hanya menyebabkan kelangkaan bahan pangan, tetapi juga menghancurkan kehidupan sosial dan ekonomi rakyat Indonesia pada masa itu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.