KOMPAS.com - Pernahkah kamu membayangkan berdiri di atas hamparan es yang luas, tebal, dan membentang sejauh mata memandang—di tengah dinginnya Antartika yang membekukan?
Rasanya seperti berdiri di atas permukaan bumi yang diam, namun menyimpan kekuatan besar yang perlahan tapi pasti terus bergerak. Lapisan es yang tampak kokoh itu bukanlah es biasa; ia dikenal sebagai gletser, atau dalam istilah ilmiahnya, glasier.
Bukan hanya sekadar tumpukan es, glasier adalah hasil dari perjalanan waktu yang panjang, terbentuk dari salju yang menumpuk dan terkompresi selama ratusan tahun hingga menjadi sungai es raksasa yang bergerak perlahan.
Untuk benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan glasier, mari kita telusuri lebih dalam kisah menakjubkan di balik fenomena alam yang luar biasa ini.
Baca juga: Mengapa Kutub Selatan Lebih Dingin Dibanding Kutub Utara?
Pengertian gletser
Dilansir dari Discovering Antartica, gletser adalah massa besar es yang terbentuk dari akumulasi salju yang tidak mencair, dan lama-kelamaan terkompresi hingga menjadi es padat.
Yang unik, gletser bisa bergerak, walaupun sangat lambat—itulah sebabnya ia sering disebut sebagai “sungai es.”
Pergerakan ini disebabkan oleh beratnya sendiri, menciptakan dampak besar pada bentang alam sekitarnya, dari mengukir lembah hingga membentuk danau.
Gletser memiliki beragam bentuk dan ukuran, mulai dari yang berukuran kecil di kawasan pegunungan dengan lebar hanya beberapa meter, hingga yang sangat besar dan membentang luas hingga ratusan ribu kilometer.
Baca juga: Lapisan Es Greenland Retak Lebih Cepat, Apa Dampaknya Bagi Bumi?
Bagaimana gletser terbentuk?
Proses terbentuknya gletser tidak instan, bahkan bisa memakan waktu lebih dari seratus tahun.
Dilansir dari National Snow and Ice Data Center, gletser mulai terbentuk saat salju yang jatuh tetap berada di tempat yang sama dari tahun ke tahun.
Lapisan salju baru menutupi lapisan sebelumnya, dan tekanan dari atas memampatkan salju menjadi butiran kecil mirip gula pasir.
Seiring waktu, butiran salju ini menyatu dan menjadi lebih padat, membentuk firn—yakni kondisi antara salju dan es gletser.
Firn memiliki kepadatan sekitar dua pertiga dari air. Dalam proses yang berlangsung puluhan hingga ratusan tahun, firn berubah menjadi es gletser yang sangat padat, dengan kantong udara yang hampir hilang sepenuhnya.
Pada tahap inilah kristal-kristalnya bisa membesar hingga seukuran kepalan tangan manusia.
Baca juga: Apakah di Indonesia Bisa Turun Salju?
Gletser ada di mana saja?
Mungkin terdengar mengejutkan, tapi gletser ada di mana saja kecuali Australia.
Gletser bisa terbnetuj selama wilayah tersebut memiliki kondisi yang mendukung serta musim panas yang cukup dingin untuk menjaga salju tidak mencair seluruhnya.
Dilansir dari U.S. Geological Survey, gletser umumnya ditemukan dan dapat terbentuk di wilayah-wilayah dengan karakteristik berikut:
- Suhu rata-rata tahunan yang mendekati titik beku,
- Curah hujan di musim dingin yang cukup tinggi sehingga salju terakumulasi dalam jumlah besar, dan
- Suhu sepanjang tahun yang tidak cukup hangat untuk mencairkan salju yang menumpuk selama musim dingin sebelumnya.
Menurut data dari U.S. Geological Survey, distribusi gletser dunia adalah sebagai berikut:
- 91% di Antartika
- 8% di Greenland
- Kurang dari 0,5% di Amerika Utara (sekitar 0,1% di Alaska)
- 0,2% di Asia
- Kurang dari 0,1% di Amerika Selatan, Eropa, Afrika, Selandia Baru, dan Indonesia
Ya, bahkan Indonesia pun memiliki gletser! Gletser di Indonesia terletak di Puncak Jaya, pegunungan Jayawijaya, Papua.
Ini adalah satu-satunya gletser tropis di negara kita dan dikenal dengan nama Eternity Glacier. Sayangnya, gletser ini sedang mengalami penyusutan drastis akibat perubahan iklim global.
Baca juga: Mengenal Gunung Cartenz: Puncak Tertinggi Indonesia dengan Salju Abadi
Gletser terbesar di dunia
Dilansir dari Geographical, gletser terbesar adalah Gletser Seller, yang berada di Antartika. Gletser raksasa ini terbentang di sepanjang pantai barat Semenanjung Antartika dan pertama kali dipetakan antara tahun 1934 hingga 1937 oleh ekspedisi British Graham Land.
Nama “Seller” sendiri diambil dari John Seller, seorang ahli hidrograf dan pembuat kompas asal Inggris yang menerbitkan panduan pelayaran pertama di negeri itu. Saat ini, Gletser Seller menjadi salah satu contoh paling mengagumkan dari kekuatan dan skala gletser di Bumi.
Mengapa gletser penting bagi kehidupan?
Gletser menyimpan sekitar 68,7% dari seluruh air tawar di Bumi. Mereka bertindak sebagai penyimpan air alami dan pengatur iklim global.
Ketika gletser mencair, airnya mengalir ke sungai dan danau, menyediakan sumber daya vital bagi jutaan manusia.
Namun kini, banyak gletser di dunia sedang mencair lebih cepat dari biasanya. Hal ini tidak hanya menyebabkan kenaikan permukaan laut, tetapi juga menjadi indikator kuat dari perubahan iklim yang sedang berlangsung.
Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Kutub Bumi Mencair?
Jadi, saat seseorang bertanya, apa yang dimaksud dengan gletser, kini kamu tahu bahwa jawabannya jauh lebih dalam dari sekadar “es yang membeku.”
Gletser adalah warisan alam yang membentuk wajah planet kita. Mereka adalah hasil kerja alam selama ratusan tahun yang tidak hanya indah tapi juga penting bagi kehidupan bumi
Dengan memahami bagaimana mereka terbentuk, di mana saja mereka bisa ditemukan, dan betapa besarnya dampak mereka terhadap kehidupan, kita diingatkan bahwa menjaga alam bukan lagi pilihan, tapi keharusan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.