Kompas.com - Kenaikan tarif impor menjadi topik hangat dalam beberapa waktu terakhir, memicu perdebatan sengit di kalangan ekonom dan pengamat kebijakan.
Kebijakan yang bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dan meningkatkan pendapatan negara ini ternyata memiliki konsekuensi yang jauh lebih kompleks.
Lalu, apa dampak kenaikan tarif impor terhadap ekonomi global dan harga sehari-hari di lingkungan masyarakat? Simak rinciannya di bawah ini!
Baca juga: Saingi Tarif Impor Trump, Korsel Tambah Dana Industri Chip
- Perang dagang dan melambatnya pertumbuhan ekonomi
Melansir Buku Memahami Perang Dagang AS-China dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Global (2022) karya Dimasti Dano, adanya perang dagang dapat merugikan ekonomi.
Contoh klasik pada perang dagang Amerika Serikat dan China tahun 2018-2024 lalu.
Pengenaan tarif atas ekspor Amerika Serikat ke China terhadap produk kedelai 33 persen pada puncak perang dagang dan produk daging babi 72 persen yang menyebabkan petani Amerika Serikat hampir kehilangan seluruh pangsa pasar China.
Baca juga: Rayuan Indonesia untuk AS, Janji Borong Komoditas jika Tarif Impor Turun
- Inflasi adalah ancaman langsung ke konsumen
Pembebanan tarif yang tinggi pada perang dagang biasanya sebagian besar akan ditanggung oleh importir dan akan diteruskan langsung ke konsumen.
Kasus lain juga menujukkan bahwa penyerapan tarif oleh importir dapat menyebabkan margin keuntungan menjadi berkurang, namun kenaikan tarif tambahan kemungkinan besar diteruskan ke konsumen.
- Pengangguran di sektor tertentu
Selain merugikan ekonomi, kenaikan tarif impor juga menghilangkan lapangan kerja. Contohnya di Amerika Serikat tarif baja tahun 2018 menyelamatkan 16.000 pekerjaan di industri baja, namun merusak 175.000 pekerja di sektor manufaktur karena bergantung pada baja impor.
Baca juga: RI Janji Tambah Impor Energi dan Pertanian dari AS demi Hindari Tarif Impor Tinggi
- Mahalnya harga barang-barang pokok
Harga barang-barang pokok menjadi lebih mahal, terutama pada industri besar seperti industri mobil, teknologi, hingga pertanian.
- Melemahnya nilai tukar mata uang
Kebijakan Trump tarif ini dapat memicu ketidakpastian pasar keuangan, contohnya di Indonesia rupiah sempat menyentuh Rp17.217/USD, ini tercatat sebagai level terlemah sejak krisis 1998 sebelum kembali menguat ke Rp16.799,5 per USD.
Melemahnya mata uang ini dapat meningkatkan biaya impor dan hutang luar negeri yang mencapai US$427,5 miliar per Januari 2025.
Baca juga: 2 Perbedaan Kuota Impor dan Embargo Impor
Apa itu tarif impor?
Dilansir dari Buku Ekspor Impor (2024) karya Leonita Siwiyanti dan kawan-kawan, tarif impor atau disebut bea masuk adalah pajak atas barang impor dari luar negeri.
Adanya pengenaan tarif ini membuat harga barang impor menjadi naik, maka salah satu dampaknya adalah produksi industri dalam negeri yang mengalami peningkatan sehingga mampu bersaing di pasar internasional.
Dalam implementasinya, pengenaan tarif impor atau bea masuk diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 26/PMK.010/2022 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor, sebagai peraturan turunan dari UU Kepabeanan.
Baca juga: Apa Itu Tarif Impor? Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Dampaknya
Maka berdasarkan PMK, tarif bea masuk Indonesia memiliki dua jenis, yaitu tarif ad valvorem dan atau tarif spesifik.
- Tarif ad valvorem
Nilainya didasarkan pada persentase tertentu dari harga asli produk impor. Meski presentasinya tetap, jika harga berubah, nominal tarif impor juga berubah.
- Tarif spesifik
Nilainya didasarkan pada nominal tetap, hal ini dikarenakan jika harga produk impor naik maka pembeli dalam negeri mungkin kurang tertarik untuk membeli.
Baca juga: Bagaimana Dampak Impor Terhadap Perekonomian?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.