Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara 

Baca di App
Lihat Foto
-
Ki Hajar Dewantara diabadikan 11 Maret 1959, sebulan sebelum meninggal. Termasuk 10 pahlawan nasional nyang juga seorang guru.
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Nama Ki Hajar Dewantara mungkin sering kita dengar, terutama menjelang peringatan Hari Pendidikan Nasional setiap 2 Mei. 

Tapi siapa sebenarnya beliau? Apa yang membuatnya mendapat gelar Bapak Pendidikan Nasional Indonesia? 

Di balik nama besar itu, ada kisah perjuangan, pemikiran, dan tindakan nyata dalam meletakkan dasar pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa.

Baca juga: Sejarah Hari Pendidikan Nasional, Mengenang Ki Hajar Dewantara dan Perjuangannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa muda dan akar perjuangan

Melansir dari buku Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara (2024) karya Ika Kurnia Sofiani dan teman-teman, Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. 

Ia berasal dari kalangan bangsawan Keraton Yogyakarta, namun sejak muda, ia menunjukkan keberpihakan kepada rakyat jelata, terutama dalam hal pendidikan dan keadilan sosial.

Setelah mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) dan STOVIA (sekolah kedokteran bumiputra), ia aktif sebagai jurnalis dan penulis kritis. 

Tulisan terkenalnya berjudul “Als ik eens Nederlander was” (Seandainya Aku Seorang Belanda) yang terbit tahun 1913 menjadi salah satu pemicu pengasingannya ke Belanda oleh pemerintah kolonial.

Tulisan-tulisan Ki Hajar menggambarkan kepeduliannya terhadap ketimpangan sosial, khususnya dalam dunia pendidikan yang hanya bisa diakses oleh kalangan elite saat itu.

Beberapa surat kabar yang pernah diikuti Ki Hajar Dewantara, antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Tjahaja Timoer, dan Poesara. 

Akibat tulisan tersebut, Ki Hajar Dewantara ditangkap Pemerintah Hindia Belanda dan diasingkan ke Belanda. 

Selama masa pengasingan, Ki Hajar Dewantara memanfaatkannya dengan belajar. 

Dirinya mempelajari pendidikan dan pengajaran. Prestasinya ditunjukkan dengan memperoleh Europeesche Akter. 

Baca juga: Definisi Mendidik Menurut Ki Hajar Dewantara 

Taman Siswa, perlawanan melalui pendidikan

Berdasarkan buku Ki Hajar Dewantara: Peran dan Sumbangsihya bagi Indonesia (2024) karya Adora Kinara, setelah kembali dari pengasingan, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. 

Sekolah ini bukan hanya tempat belajar membaca dan menulis, tetapi tempat menanamkan nilai-nilai kebangsaan, kemandirian, dan semangat merdeka pada anak-anak Indonesia.

Taman Siswa menjadi pelopor pendidikan berbasis budaya bangsa sendiri. Pendidikan tidak lagi disamakan dengan penyerapan sistem Barat, tetapi disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Ki Hajar Dewantara memperkenalkan sistem pendidikan yang memanusiakan manusia, di mana guru bukan sekadar pengajar, melainkan pembimbing jiwa dan karakter murid. 

Dari sinilah lahir semboyan terkenalnya:

“Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”

(Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan)

Semboyan ini kemudian menjadi filosofi pendidikan nasional, dan kalimat "Tut Wuri Handayani" kini digunakan sebagai moto resmi Kementerian Pendidikan Indonesia.

Baca juga: Jasa-Jasa Ki Hajar Dewantara bagi Bangsa Indonesia

Mengapa disebut Bapak Pendidikan Nasional? 

Gelar Bapak Pendidikan Nasional diberikan kepada Ki Hajar Dewantara karena kontribusinya dalam meletakkan fondasi pendidikan yang demokratis dan nasionalis, jauh sebelum Indonesia merdeka. 

Melalui Taman Siswa, ia mengajarkan bahwa pendidikan bukan hak istimewa, melainkan hak dasar setiap anak bangsa—terlepas dari latar belakang sosial atau ekonomi.

Pemikiran dan sistem pendidikan Ki Hajar adalah bentuk perlawanan ideologis terhadap kolonialisme. Ia berjuang bukan dengan senjata, tapi dengan pena, kata, dan lembaga pendidikan.

Atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal lahirnya, 2 Mei, sebagai Hari Pendidikan Nasional, dan secara resmi menganugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1959.    

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi