Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjanjian Roem Royen: Isi dan Latar Belakangnya

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
Ilustrasi Perjanjian Roem Royen.
|
Editor: Mufit Apriliani

Kompas.com - Perjanjian Roem Royen menjadi salah satu momen paling penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Hasil perundingan panjang antara delegasi Indonesia dan Belanda yang berlangsung di Hotel Des Inde, Jakarta ini ditandatangani pada 7 Mei 1949.

Ini sekaligus menjadi tonggak diplomasi yang membuka jalan bagi pengakuan kedaulatan Indonesia dan mengakhiri konflik bersenjata yang telah berlangsung lama.

Lantas, apa saja isi Perjanjian Roem Royen dan apa yang melatarbelakanginya? Mari kita simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

Baca juga: Maksud dan Sejarah Perjanjian Ekstradisi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isi Perjanjian Roem Royen

Perjanjian ini dinamai sesuai dengan nama dua tokoh utama yang memimpin delegasi masin-masing negara.

Yaitu Muhammad Roem yang merupakan tokoh dari Indonesia dan Jan Herman van Roijen dari Belanda.

Perjanjian ini juga sering disebut dengan “Roem Royen Statements” karena berisi pernyataan kesepakatan yang ditandatangani kedua belah pihak.

Melansir Jurnal Sejarah Diplomasi Roem-Roijen dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1949 (2017) karya Agus Budiman, isi perundingan yang ditandatangani tanggal 7 Mei 1949 tersebut yaitu:

  1. Mengeluarkan perintah kepada pengikut Republik yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya
  2. Bekerja sama mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban keamanan
  3. Turut serta dalam KMB di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat
  1. Menyetujui kembalinya Pemerintahan RI ke Yogyakarta
  2. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik
  3. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai RI sebelum 19 Desember 1948, dan tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan Republik
  4. Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat (NIS)
  5. Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera diadakan sesudah pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta

Kesepakatan ini menjadi landasan penting bagi proses diplomasi selanjutnya yang berujung pada pengakuan kedaulatan Indonesia pada Desember 1949.

Baca juga: Latar Belakang Perjanjian Linggarjati dan Isinya

Latar belakang Perjanjian Roem Royen

Latar belakang Perjanjian Roem Royen tidak bisa lepas dari konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia dan konflik besenjatan yang terjadi antara Indonesia dan Belanda pasca Proklamasi Kemderdekaan 17 Agustus 1945.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda menguasai kembali wilayah Indonesia dengan melakukan agresi militer yang dikenal juga dengan Agresi Militer Belanda II pada Desember 1948.

Dalam agersi tersebut, Belanda berhasil menguasai Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.

Tak sampai di situ, Belanda juga menangkap sejumlah pemimpin termasuk Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Agresi militas ini menuai kecaman internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat.

PBB kemudian membentuk United Nations Commission for Indonesia (UNCI) untuk memdiasi konflik tersebut.

Tekanan internasional ini memaksa Belanda membuka negosiasi dengan Indonesia.

  • Jalan buntu perundingan awal

Perundingan yang dimulai pada 14 April 1949 sempat menemui jalan buntu. Saat itu, Belanda menuntut agar Republik Indonesia menghentikan perang gerilya dan bersedia menghadiri Konferensi Meja Bundar sebelum para pimimpin ditahan dibebaskan dan pemerintahan dikembalikan ke Yogyakarta.

Namun pihak Indonesia dengan tegas menolak tuntutan tersebut karena menganggap pemulihan pemerintahan di Yogyakarta adalah persyaratan utama.

Baca juga: Asas-Asas Perjanjian Internasional

  • Peran diplomat dan tekanan Amerika Serikat

Amerika Serikat melalui anggota UNCI, Merle Cochran memberikan tekanan kepada Indonesia agar menerima tuntutan Belanda dengan imbalan bantuan ekonomi.

Meskipun mendapatkan tekanan, delegasi Indonesia tetap berusaha keras untuk mencapai kesepakatan yang adil.

Dewan Keamanan LBB juga menyerukan kepada kedua belah pihak untuk segera mengentikan tindakan-tindakan permusuhan dan menyelesaikan sengketa dengan arbitrasi atau cara damai lainnya.

Atas dasar resolusi LBB tersebut, maka konflik bersenjata dapat diakhiri melalui jalur diplomasi dengan digelarnya Perundingan Roem-Roijen pada tanggal 14 April 1949.

Tanggal 6 Mei 1949, Ketua Delegasi Republik Indonesia, Mohammad Roem bertolak ke bangka untuk berkonsultasi dengan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta yaang tengah berada di pengasingan.

Pada saat itu, atas mandat dari Presien Soekarno dan Hatta, Roem diperbolehkan menandatangani naskah dan menyetujui perundingan.

Perundingan yang kemudian dikenal dengan nama Perjanjian Roem Royen ini ditandatangani pada 7 Mei 1949.

Namun, siapa sebenarnya Mohammad Roem yang memiliki peran penting dalam perundingan bersejarah ini?

Baca juga: Latar Belakang Perjanjian Renville, Isi, dan Dampaknya

Mengenal Mohammad Roem

Melansir Buku Kisah 124 Pahlawan dan Pejuang Nusantara (2006) karya Gamal Komandoko, Mohammad Roem adalah sosok diplomat realistis yang memiliki peran penting dalam sejumlah perundingan di masa perjuangan.

Sebut saja Perjanjian Linggarjati, Renville, Roem-Royen, hingga Konferensi Meja Bundar.

Mohammad Roem lahir di Parakan, Temanggung, Jawa Tengah pada 16 Mei 1908. Ia sempat bersekolah di STOVIA pada 1930 karena sebelumnya ia bercita-cita menjadi dokter

Namun setelah tiga tahun, ia keluar dari STOVIA dan menerskan ke Sekolah Tinggi Ilmu Hukum.

Karir politiknya dimulai saat memasuki Jong Islamieten Bond (JIB) yang didirikan Agus Salim, lalu bergabung dengan Serikat Islam (SI).

Mohammad Roem memiliki kiprah penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di tiga kabinet berbeda, hingga menjadi Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo II.

Baca juga: Perjanjian Sewa Menyewa Secara Tertulis dan Lisan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi