Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filsafat Estetika: Pengertian, Sejarah, Fungsi, dan Pendapat Para Ahli

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons/George E. Koronaios
Patung Plato, salah satu tokoh filsafat estetika
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com – Di antara berbagai cabang ilmu sosial, filsafat sering kali dipandang sebelah mata karena dianggap terlalu abstrak dan sulit dipahami. 

Padahal, di balik sifatnya yang abstrak, filsafat justru mengajak kita berpikir secara logis dan kritis, lho!

Filsafat tidak hanya membahas soal logika atau etika, tetapi juga mencakup berbagai bidang lain salah satunya filsafat estetika.

Baca juga: Pengertian Estetika Menurut Ahli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah filsafat estetika

Melansir dari Encyclopaedia Britannica, istilah estetika pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten melalui karyanya berjudul Meditationes Philosophicae pada abad ke-18. 

Sejak saat itu, estetika dikenal sebagai cabang filsafat yang mempelajari seni dan keindahan.

Sebelum istilah ini muncul, para filsuf klasik biasanya membahas keindahan dalam kerangka teologis atau kosmologis, bukan sebagai pendekatan otonom yang berdiri sendiri untuk membahas seni dan estetika.

Baca juga: Estetika Karya Seni: Fungsi, Manfaat, Aspek, dan Unsur-unsurnya

Pengertian estetika 

Dalam filsafat, estetika adalah cabang ilmu yang mempelajari keindahan (the beauty), khususnya bagaimana suatu objek dapat dikatakan indah. 

Filsafat estetika tidak hanya menilai bagus atau tidaknya sebuah objek, tetapi juga mencari makna dan nilai di balik keindahan tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan penting dalam filsafat estetika mencakup, apakah keindahan bersifat objektif atau subjektif? Apa peran seni dalam pengalaman manusia? Bagaimana manusia memberi makna pada keindahan?

Baca juga: Nilai Estetika: Pengertian dan Fungsinya

Estetika menurut para ahli

Selain pengertian estetika secara umum, adapun pengertian estetika menurut para ahli sebagai berikut:

Menurut Baumgarten, estetika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keindahan dan pengalaman sensorial (perasaan atau persepsi indrawi).  

Estetika menurut plato tidak berpusat pada keindahan, melainkan pada hubungan antara seni, keindahan, kebenaran, dan moralitas.

Aristoteles mengungkapkan estetika berkaitan dengan pengalaman indrawi dan emosi manusia terhadap seni, khususnya dalam konteks tragedi, puisi, dan drama

Menurut Kent estetika bukan hanya tentang keindahan yang ditangkap indera tetapi, juga mengangkat jiwa dan budi manusia sampai kepada penemuan moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Estetika: Pengertian, Konsep Nilai, dan Unsur

Berdasarkan Bagi Hegel, estetika adalah kajian tentang keindahan dalam karya seni yang, menurutnya, merupakan bentuk tertinggi dari manifestasi Spirit Absolut (Absolute Spirit).

  • Thomas Aquinas

Aquinas menilai keindahan sebagai sifat yang datang dari Tuhan dan dikaitkan dengan keteraturan, proporsi, dan keselarasan. 

  • Arthur Schopenhauer 

Schopenhauer memandang seni sebagai cara untuk melampaui penderitaan duniawi dan mencapai kebebasan melalui pengalaman estetika yang murni.

Objek estetika

Dalam estetika, istilah objek dapat mengacu pada dua hal, yaitu:

  • Objek material: benda nyata yang bisa dilihat atau disentuh.
  • Objek intensional: persepsi atau makna yang terbentuk dalam pikiran ketika melihat objek tersebut.

Banyak filsuf menekankan bahwa pengalaman estetika lah yang paling penting, karena nilai keindahan muncul dari respons atau pemahaman manusia, bukan sekadar dari objek itu sendiri. 

Keindahan bisa muncul dari karya seni, alam, busana, arsitektur, dan lainnya, tergantung bagaimana manusia memaknainya.

Baca juga: Faktor Estetika Produk Kerajinan

Fungsi estetika dalam kehidupan manusia

Estetika memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

  • Membantu manusia memahami dan mengapresiasi keindahan di sekitarnya.
  • Mengajak manusia berpikir tentang makna, nilai, dan emosi yang terkandung dalam suatu objek atau peristiwa.
  • Menjadi wadah untuk mengekspresikan kreativitas dan keindahan, misalnya dalam penyajian makanan yang tidak hanya rapi tetapi juga menarik secara visual, sehingga memengaruhi selera makan.

Dengan demikian, estetika bukan hanya soal indah atau tidaknya suatu benda, tetapi juga soal bagaimana manusia memberi makna, merasakan, dan merespons keindahan tersebut. 

Melalui filsafat estetika, kita diajak untuk lebih peka terhadap hal-hal kecil maupun besar yang ada di sekitar kita.

Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Filsuf? Menyelami Pemikiran Ahli Filsafat

 

Referensi:

  • Arya Pageh, W. (2025). Animasi: Mengungkap Rahasia Estetika di Dunia Visual. Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar
  • Nurgiansah, H. (2020). FILSAFAT PENDIDIKAN. Banyumas. CV. Pena Persada
  • Magdalena, E., Natalia, D., Pranata, A., & Wijaya, N. J. (2022). Filsafat dan Estetika Menurut Arthur Schopenhauer. Clef : Jurnal Musik Dan Pendidikan Musik, 3(2), 61-77. 
  • Martin Suryajaya. 2016. Sejarah Estetika. Jakarta. Gang Kabel & Indie Book Corner
  • Moses, R. (2017). Estetika dalam Pemikiran Immanuel Kant. Studia Philosophica et Theologica, 17(1), 80-93.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: britannica
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi