KOMPAS.com – Bahasa tidak hanya mencerminkan budaya, tetapi juga merefleksikan konstruksi sosial yang hidup dalam masyarakat.
Salah satu wujudnya terlihat dalam perbedaan cara berbicara antara laki-laki dan perempuan.
Perbedaan tersebut bukan sekadar soal gaya atau pilihan kata, tetapi berkaitan erat dengan peran gender, nilai sosial, hingga ekspektasi terhadap identitas laki-laki dan perempuan.
Mulai dari gestur, intonasi, hingga cara menyampaikan pesan, semuanya bisa menunjukkan dinamika peran sosial yang tertanam sejak dini.
Artikel ini mengulas berbagai aspek linguistik yang membedakan gaya bahasa laki-laki dan perempuan, berdasarkan kajian ilmiah dan referensi kredibel.
Baca juga: Sering Disamakan, Ini Bedanya Tabu Bahasa dan Disfemisme!
Perbedaan nonverbal dan suara
Perbedaan perilaku berbicara sering kali tampak dari gestur dan ekspresi wajah.
Misalnya, perempuan cenderung lebih ekspresif saat berbicara, seperti mengangguk saat menyatakan setuju, atau menggunakan gerakan tangan yang aktif. Laki-laki, sebaliknya, cenderung lebih minimalis dalam ekspresi.
Dari segi vokal, suara laki-laki umumnya lebih berat dan nyaring. Sementara perempuan sering memiliki intonasi yang lebih lembut, yang di beberapa budaya, termasuk di Indonesia, kaitannya dianggap dengan nilai kesopanan dan kehalusan.
Variasi fonologi dan pilihan kata
Dalam tataran fonologis (bunyi bahasa), perbedaan bisa sangat ekstrem. Contohnya, pada masyarakat Yukaghir di Asia Timur Laut, terdapat fonem yang secara eksklusif digunakan oleh laki-laki atau perempuan dewasa.
Secara leksikal, penggunaan bahasa juga dibentuk oleh norma sosial.
Teori tabu menyebut bahwa perempuan cenderung menghindari penggunaan kata-kata kasar atau tidak sopan. Sebaliknya, laki-laki lebih leluasa menggunakan diksi yang tidak baku atau bersifat konfrontatif.
Sistem kekerabatan juga memengaruhi pilihan kata. Beberapa budaya membedakan istilah untuk menyebut saudara laki-laki dan perempuan, yang tidak selalu bersifat netral secara gender.
Baca juga: Contoh Perkenalan Diri dalam Bahasa Inggris saat MPLS 2025
Bahasa dan prestise sosial
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih sering menggunakan bentuk bahasa standar dan prestisius.
Dalam banyak kasus, perempuan memilih diksi yang dinilai lebih halus atau sopan sebagai bentuk adaptasi terhadap ekspektasi sosial.
Hal ini juga menjadi strategi perempuan untuk menunjukkan profesionalisme dan kredibilitas, terutama di lingkungan yang masih bias gender.
Sebaliknya, laki-laki lebih bebas menggunakan gaya bahasa informal tanpa khawatir kehilangan status sosial.
Baca juga: Bahasa Aglutinatif: Pengertian, Ciri-ciri, Contoh, dan Proses Pembentukan Kata
Interupsi dan perubahan bahasa
Dalam percakapan, laki-laki lebih sering melakukan interupsi, terutama saat berbicara dengan perempuan. Ini mencerminkan dinamika kekuasaan dalam komunikasi yang tidak selalu setara.
Menariknya, perubahan bahasa sering dipelopori oleh laki-laki, kecuali dalam situasi ketika variasi bahasa prestisius menjadi norma.
Misalnya dalam bahasa nasional, perempuan bisa menjadi pelopor perubahan tersebut karena dorongan untuk memenuhi standar sosial.
Namun, tidak semua perbedaan linguistik bersifat mutlak. Kepribadian dan konteks sosial juga turut membentuk gaya komunikasi.
Penutur introvert atau ekstrovert, tingkat keakraban dengan lawan bicara, serta latar belakang budaya akan memengaruhi cara berbahasa.
Perempuan umumnya lebih aktif dalam kegiatan sosial dan lebih sering dipercaya menjadi juru bicara. Sementara laki-laki yang pendiam kerap dianggap misterius atau intelektual, memperkuat stereotip yang ada.
Baca juga: Menyelami Konsep Kebenaran Menurut Plato, dari Alegori Gua hingga Bahasa
Stereotip gender dalam penggunaan bahasa
Stereotip tentang bahasa perempuan dan laki-laki telah lama tertanam dalam masyarakat. Salah satunya adalah kecenderungan perempuan menggunakan tag question seperti “kan?” atau “bukan?” di akhir kalimat.
Kebiasaan ini sering diartikan sebagai bentuk pencarian persetujuan atau kesopanan.
Dalam masyarakat patriarkal, hal ini bisa dianggap sebagai ekspresi ketundukan, berbeda dengan gaya komunikasi laki-laki yang dianggap lebih tegas dan langsung.
Melansir dari situs Learnmate yang merujuk pendapat pakar linguistik Deborah Cameron, terdapat karakteristik umum perbedaan bahasa berdasarkan gender:
- Komunikasi lebih penting bagi perempuan dibandingkan laki-laki.
- Perempuan lebih terampil secara verbal.
- Laki-laki cenderung menggunakan bahasa untuk menyelesaikan tugas, sementara perempuan menggunakannya untuk membangun relasi.
- Topik laki-laki cenderung tentang objek atau fakta; perempuan lebih sering membahas hubungan dan perasaan.
- Bahasa laki-laki bersifat kompetitif; bahasa perempuan bersifat kooperatif.
Baca juga: Membedakan Preposisi of, to, for, dan from dalam Bahasa Inggris
Tabel perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan
Berikut tabel perbedaan penggunaan bahasa antara laki-laki dan perempuan:
Aspek | Laki-Laki | Perempuan |
Nonverbal & Vokal |
Suara lebih nyaring, gestur cenderung lebih minim |
Suara cenderung lembut, ekspresif dengan gestur dan ekspresi wajah |
Fonologi & Leksikal |
Lebih banyak variasi vokal/aksen di beberapa komunitas |
Menghindari kata tabu, kosakata lebih sopan atau halus |
Sikap Sosial & Prestise |
Cenderung gunakan bahasa informal atau kasar |
Menggunakan bentuk bahasa standar/prestisius untuk tampil sopan/profesional |
Perubahan Bahasa |
Lebih sering memimpin inovasi bahasa |
Lebih konservatif dalam menjaga norma bahasa |
Interupsi dalam Bicara |
Lebih sering menginterupsi pembicaraan |
Cenderung menghindari interupsi, lebih mendengarkan |
Tujuan Berbahasa |
Fokus menyampaikan fakta/solusi |
Membangun hubungan dan emosi |
Topik yang Dibicarakan |
Benda, fakta, status |
Orang, perasaan, hubungan |
Strategi Komunikasi |
Kompetitif, dominan |
Kooperatif, mencari keselarasan |
Tag Question (penegasan) |
Jarang digunakan |
Sering digunakan sebagai bentuk sopan santun atau mencari validasi |
Dinamika Sosial |
Kurang responsif secara verbal dalam situasi umum |
Lebih aktif bersosialisasi dan sering dipercaya sebagai pembicara |
Referensi:
- Gurning, R. A., Sipayung, W. W., Sinurat, E., & Saragih, Y. S. (2024). Analisis Sosiolinguistik: Perspektif Bahasa Dalam Masyarakat. Realisasi : Ilmu Pendidikan, Seni Rupa Dan Desain, Volume. 1 No. 4, 238–245.
- Multazamsyah, & Rahman, A. (2023). Analisis Perbedaan Psikologi Penutur Laki-laki dan Perempuan dalam Kajian Sosiolinguistik. PINISI: Journal of Arts, Humanity, & Social Studies, Vol.3 No.1.