KOMPAS.com - Pada 14 Agustus 2025, seluruh Indonesia akan memperingati Hari Pramuka ke-64. Momen ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga refleksi atas perjalanan panjang Gerakan Pramuka dalam membentuk karakter generasi penerus bangsa.
Mari kita menelusuri sejarah Hari Pramuka yang penuh kisah perjuangan dan persatuan.
Awal kepanduan di zaman Hindia-Belanda
Dilansir dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, sejarah Pramuka di Indonesia dimulai pada 1912, ketika sekelompok pemuda di Batavia (sekarang Jakarta) mengadakan latihan kepanduan sebagai bagian dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO).
Dua tahun kemudian, cabang ini berdiri sendiri dengan nama Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda. Pada masa itu, mayoritas anggotanya adalah keturunan Belanda.
Baca juga: Hari Pramuka 2025 Tanggal Berapa? Ini Tema dan Filosofi Logonya
Namun, tahun 1916 menjadi titik penting ketika Mangkunegara VII, pemimpin Keraton Solo, membentuk Javaansche Padvinders Organisatie, organisasi kepanduan pertama yang sepenuhnya diisi oleh pemuda bumiputera.
Setelah itu, berbagai organisasi kepanduan bermunculan, mulai dari berbasis agama seperti Hizbul Wathan (Padvinder Muhammadiyah), Padvinderij Syarikat Islam, dan Tri Darma (Kristen), hingga berbasis kedaerahan seperti Pandu Organisasi Pasundan dan Pandu Kesultanan.
Kepanduan Indonesia dan dunia
Gerakan kepanduan di Hindia-Belanda berkembang pesat hingga menarik perhatian Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell. Bersama istrinya, Lady Baden-Powell, beliau mengunjungi Batavia, Semarang, dan Surabaya pada awal Desember 1934.
Pandu Indonesia juga aktif di kancah internasional, mengirim perwakilan pada Jambore Sedunia 1933 di Hungaria dan Jambore Sedunia 1937 di Belanda, yang diikuti oleh pandu keturunan Belanda, bumiputera, Ambon, Tionghoa, dan Arab.
Di dalam negeri, kegiatan besar seperti All Indonesian Jamboree atau Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem digelar di Yogyakarta pada 19–23 Juli 1941.
Baca juga: Dasa Darma Pramuka: 10 Nilai Moral Pembentuk Karakter Tangguh
Persatuan setelah Kemerdekaan
Pasca proklamasi, pada 27–29 Desember 1945 di Surakarta diadakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia yang menghasilkan Pandu Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepanduan.
Namun, agresi militer Belanda tahun 1948 membuat Pandu Rakyat dilarang di daerah pendudukan. Akibatnya, organisasi lain bermunculan, seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Menjelang akhir 1950-an, kepanduan Indonesia terpecah menjadi sekitar 100 organisasi yang tergabung dalam Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo).
Sayangnya, jumlah yang besar tidak diiringi persatuan yang kuat, karena masih ada sekat-sekat golongan.
Baca juga: 4 Tingkatan Pramuka Penggalang, Apa Saja?
Gagasan peleburan menjadi Gerakan Pramuka
Melihat kondisi itu, Presiden Soekarno bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Pandu Agung) menggagas penyatuan seluruh organisasi kepanduan menjadi satu wadah nasional.
Gagasan ini pertama kali diutarakan saat Presiden berkunjung ke Perkemahan Besar Persatuan Kepanduan Putri Indonesia di Desa Semanggi, Ciputat, Tangerang, awal Oktober 1959.
Presiden lalu mengumpulkan tokoh kepanduan nasional, membentuk panitia penyatuan yang terdiri dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prijono, Azis Saleh, Achmadi, dan Muljadi Djojo Martono.
Rangkaian peristiwa lahirnya Gerakan Pramuka
Peleburan kepanduan Indonesia menjadi Gerakan Pramuka ditandai oleh empat momen penting:
- 9 Maret 1961: Penetapan nama Pramuka, dikenal sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka.
- 20 Mei 1961: Terbit Keppres No. 238/1961 tentang Gerakan Pramuka, menjadi Hari Permulaan Tahun Kerja.
- 20 Juli 1961: Seluruh organisasi kepanduan melebur menjadi satu, disebut Hari Ikrar Gerakan Pramuka.
- 14 Agustus 1961: Peresmian Gerakan Pramuka secara resmi di Istana Negara oleh Presiden Soekarno, disertai penyerahan Panji Gerakan Pramuka kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX, lalu diarak berkeliling Jakarta oleh barisan Pramuka.
Tanggal 14 Agustus inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pramuka dan diperingati setiap tahun.
Baca juga: Apa Saja Nama Pertemuan untuk Pramuka Penggalang?
Tema Hari Pramuka 2025
Berdasarkan SK Kwartir Nasional No. 106/2025, tema Hari Pramuka 2025 adalah “Kolaborasi Untuk Membangun Ketahanan Bangsa”.
Tema ini menggunakan warna hitam yang melambangkan kemandirian, ketangguhan, dan kebijaksanaan, sekaligus menegaskan fokus Pramuka untuk memperkuat ketahanan bangsa dalam menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Cara merayakan Hari Pramuka ke-64
Dilansir dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, beberapa cara untuk memeriahkan Hari Pramuka ke-64 pada 14 Agustus 2025 antara lain:
- Upacara bendera sebagai penghormatan kepada pendiri Gerakan Pramuka
- Perkemahan Pramuka untuk melatih kemandirian dan kebersamaan
- Lomba keterampilan seperti pionering, sandi morse, dan memasak di alam terbuka
- Kegiatan bakti sosial seperti membersihkan lingkungan, menanam pohon, atau membantu panti asuhan
- Refleksi dan diskusi tentang nilai-nilai Pramuka dalam kehidupan sehari-hari
Semangat Pramuka yang berjiwa Pancasila dan cinta NKRI harus terus dijaga. Di usia ke-64 tahun, Gerakan Pramuka tetap menjadi pilar pembentuk karakter bangsa dan inspirasi bagi generasi muda.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.