Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Inspeksi Boeing 737, Mengapa Pesawat Bisa Mengalami Keretakan?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA
Mekanik tengah memeriksa pesawat Boeing 737-800 NG Garuda Indonesia di salah satu hanggar Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia di Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (19/7/2017).
|
Editor: Sari Hardiyanto


KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan grounding tiga pesawat jenis Boeing 737 NG yang dioperasikan maskapai Indonesia.

Tiga pesawat itu ialah satu milik Garuda Indonesia dan dua milik Sriwijaya Air.

Kebijakan itu terkait dengan langkah Boeing yang telah memeriksa 810 unit pesawat tipe 737 Next Generation (NG) di seluruh dunia.

Jenis pesawat 737 NG meliputi Boeing 737-600, Boeing 737-700, Boeing 737-800, dan Boeing 737-900.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari pemeriksaan itu, Boeing menemukan retakan struktural di 38 unit pesawat sehingga membutuhkan perbaikan dan penggantian.

Lantas, mengapa pesawat dapat mengalami keretakan?

Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan, semua benda padat dapat mengalami keretakan.

"Jadi sebetulnya keretakan ini bukan sesuatu yang luar biasa," kata Alvin saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/10/2019).

Menurut dia, semua pesawat dapat mengalami keretakan, terutama yang usianya sudah tua.

Lebih lanjut, bila keretakan terjadi pada bagian-bagian yang bukan struktural, menurutnya mudah saja untuk diganti dan dipasang komponen baru.

Namun, bila keretakan terjadi pada bagian-bagian yang struktural, tentu saja dapat menjadi suatu ancaman.

"Belum tentu berbahaya, tapi dapat menjadi ancaman bila tidak cepat diatasi," terang dia.

"Karena keretakan tersebut bisa makin hari makin panjang retakannya dan makin dalam. Sehingga bisa menyebabkan patah dan sebagainya," imbuh dia.

Baca juga: Garuda Indonesia Larang MacBook Pro Masuk Pesawat, Ini Alasannya...

Pesawat tua

Selain itu, keretakan yang terjadi pada pesawat, umumnya ditemukan pada pesawat yang memiliki lebih dari 30.000 kali mendarat.

Ketika disinggung soal ditemukannya pesawat dari maskapai Indonesia yang juga mengalami keretakan, ia menganggap hal itu terjadi pada pesawat yang sudah tua.

"Nah, ini yang ditemukan di pesawat di Indonesia juga salah satu angkatan pertama 737 NG, jadi usianya memang sudah uzur," papar dia.

Menurutnya, keretakan yang terjadi pada pesawat Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air terjadi pada bagian sambungan antara badan pesawat dengan sayap pesawat.

"Bagian di mana tubuh bertemu sayap itu kan ada seperti garpu yang menyambungkan sayap ke badan pesawat," ungkap dia.

Kemudian, pada umumnya maskapai-maskapai penerbangan ini seperti Garuda Indonesia biasanya mereka hanya menggunakan pesawat sampai umur 15 tahun.

"Setelah itu dijual, atau ditukarkan dengan pesawat yang lebih muda umurnya. Karena lebih efisien menggunakan pesawat-pesawat yang umurnya masih muda," kata dia.

Namun, ia mengapresiasi pihak Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air karena telah melakukan maintenance dan quality control sesuai manual yang diterbitkan dari Boeing dan juga mematuhi edaran dari direktorat kelaiakudaraan dan pengoperasian pesawat udara.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal N250 Gatot Kaca, Pesawat Pertama Indonesia Karya Habibie

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi