Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi Puncak Pandemi dan Waspada Gelombang Kedua Virus Corona di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Petugas dengan alat pelindung diri berdiri di salah satu beranda di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (24/3/2020). Berdasarkan data yang dirilis pemerintah, hingga Selasa (24/3) pagi sebanyak 102 pasien ditangani di rumah sakit darurat itu, 71 orang diantaranya langsung dirawat. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Infeksi virus corona jenis baru pertama kali dikonfirmasi di Indonesia pada 2 Maret 2020.

Hari ini, Sabtu (2/5/2020), tepat 2 bulan virus corona terkonfirmasi di Tanah Air.

Sebarannya telah menjangkau seluruh provinsi. Data hingga Jumat (1/5/2020) sore, tercatat ada 10.551 kasus Covid-19 di Indonesia.

Dari jumlah itu, sebanyak 8.160 orang masih menjalani perawatan, 800 orang meninggal dunia, dan 1.591 orang telah dinyatakan sembuh.

Indonesia disebut belum mencapai puncak pandemi. Masyarakat diingatkan untuk terus disiplin serta mewaspadai gelombang kedua penyebaran virus corona.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Apa Penyebab Terjadinya Gelombang Kedua Virus Corona?

Prediksi puncak pandemi

Sejumlah ahli melakukan kajian untuk memprediksi kapan pandemi virus corona di Indonesia mencapai puncaknya.

Bagaimana menandai telah memasuki masa puncak pandemi?

Puncak pandemi terjadi ketika kurva kasus di suatu negara rata. Selain itu, ada pelambatan penyebaran virus dan angka kasus baru yang terus menurun. 

Ada yang memprediksi puncak pandemi akan terjadi pada bulan ini, Mei 2020. Ada pula yang memprediksi antara Juni-Juli 2020.

Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, waktu puncak pandemi bervariasi dan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain.

Mengapa? Karena temuan kasus Covid-19 berbeda-beda di setiap daerah.

“Dari tren yang ada, Pulau Jawa akan mengalami puncak lebih awal, di sekitar akhir Mei dan awal Juni. Ini yang harus diantisipasi dengan penyediaan layanan kesehatan (ICU, ventilator, jumlah tenaga medis, APD dan sebagainya),” ujar Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/5/2020).

Menurut Dicky, biasanya masa puncak memiliki durasi waktu relatif lama yakni kisaran 10-20 hari.

Sementara itu, Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono memperkirakan, puncak pandemi Covid-19 terjadi pada pertengahan Mei 2020.

Catatannya, tidak terjadi mudik saat menjelang Idul Fitri 1441 Hijriah. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melarang masyarakat melakukan mudik jelang Lebaran.

Hal ini sebagai salah satu langkah antisipasi semakin meluasnya penyebaran virus corona. 

"Jadi di saat itulah, kalau enggak ada mudik. Kalau ada mudik itu agak meningkat drastis lagi pas Lebaran," ujar Pandu, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (14/4/2020).

Melalui perhitungan yang dilakukan bersama Tim Fakultas Kesehatan UI, Pandu mengatakan, jika pemerintah menerapkan intervensi moderat, maka  pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia bisa mencapai 1,3 juta orang.

"Sekitar 1,3 juta total prediksi kasus yang butuh perawatan rumah sakit," kata Pandu.

Yang dimaksud intervensi moderat adalah, pemerintah telah melaksanakan tes massal tapi dengan cakupan rendah.

Sementara, jika pemerintah melakukan intervensi skala rendah (mengedepankan masyarakat sukarela melakukan pembatasan), jumlah pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia diprediksi mencapai 2,5 juta jiwa.

Jika pemerintah menerapkan intervensi skala tinggi, jumlah pasien Covid-19 di Indonesia diprediksi mencapai 600.000 jiwa.

Baca juga: Hampir Dua Bulan, Bagaimana Melihat Kasus Virus Corona di Indonesia?

Adapun, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memperkirakan, puncak pandemi virus corona di Indonesia akan dimulai pada awal Mei dan berakhir awal Juni.

"Kami telah me-review dan mengombinasikan seluruh prediksi, puncak pandemi akan dimulai pada awal Mei dan berakhir sekitar awal Juni," kata Ketua Tim Pakar Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia Wiku Adisasmito, beberapa waktu lalu.

Adapun jumlah kumulatif kasus awal periode puncak pada Mei diperkirakan sekitar 95.000 kasus.

Sementara, pada Juni dan Juli kasus kumulatif yang dikonfirmasi diperkirakan berjumlah sekitar 106.000 kasus.

Ketua Gugus tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo pada 3 April 2020 menyebutkan, berdasarkan data dari Badan Intelijen Negara, puncak pandemi diperkirakan terjadi Juli 2020.

Studi yang dilakukan Singapore University of Technology and Design (SUTD) memperkirakan, akhir pandemi 97 persen diprediksi akan terjadi pada 7 Juni 2020 dan 100 persen pada 7 September 2020.

Data ini dikutip berdasarkan publikasi di laman SUTD pada 26 April 2020.

Prediksi yang dilakukan SUTD berdasarkan data dari perkembangan kasus hingga waktu berakhirnya pandemi virus corona di berbagai negara.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 1 Mei: 3,3 Juta Orang Terinfeksi, 1 Juta Orang Sembuh

Waspada gelombang kedua

Sejumlah ahli juga mengingatkan agar masyarakat dan pemerintah tetap waspada dengan kemungkinan terjadinya gelombang kedua virus corona.

"Saya kira memang gelombang kedua (pandemi) itu bisa terjadi, saat puncak sudah lewat, yang sakit itu sudah turun," kata Perwakilan Solidaritas Berantas Covid-19, Prof Akmal Taher, seperti diberitakan Kompas.com, 13 April 2020.

Menurut dia, gelombang kedua bisa saja terjadi apabila sistem yang dibuat pemerintah dan dilakukan oleh masyarakat sipil melonggar.

Risiko gelombang kedua berpotensi terjadi ketika ada transmisi saat orang-orang telah merasa aman karena melewati puncak pandemi.

Hal yang sama diungkapkan Pandu. Ia menyebutkan, gelombang kedua terjadi ketika masyarakat dan pemerintah lalai saat terjadi penurunan jumlah kasus.

"Nanti ada penurunan. kalau sudah terjadi penurunan, kita lalai kita enggak waspada itu bisa naik lagi," kata Pandu.

Sementara itu, Dicky mengatakan, penguatan data saat ini penting untuk menilai keberhasilan intervensi serta mengantisipasi gelombang kedua.

Ia mengingatkan, Indonesia perlu mewaspadai adanya gelombang kedua sepanjang belum ditemukan vaksin virus corona.

"Mengingat sampai saat ini Covid-19 di Indonesia diperkirakan masih memiliki angka reproduksi di atas 1, ditambah kita belum memiliki vaksin. Selain itu, sebagian besar populasi global di mana menurut WHO 90 persen lebih belum memiliki imunitas, maka potensi penyakit Covid-19 tetap ada dan menyerang kembali dalam bentuk gelombang kedua atau ketiga,” ujar Dicky.

Merespons soal puncak pandemi dan waspada terjadinya gelombang kedua virus corona, Kementerian Kesehatan melalui Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan, disiplin masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat dan melakukan pencegahan penting untuk menghadapi dua hal tersebut.

"Jadi kuncinya adalah bagaimana masyarakat disiplin. Sekarang intinya masyarakat diminta disiplin (menerapkan pola hidup sehat). Nanti setelah sampai puncak ya tetap saja harus disiplin," ujar Yuri, seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (14/4/2020).

Ia menyebutkan, sikap disiplin itu adalah menjaga hidup bersih dan sehat, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menjaga kondisi tubuh dengan konsumsi gizi seimbang, berolahraga.

Disiplin pula mengenakan masker, menjaga etika batuk dan bersin, menjaga jarak saat komunikasi sosial, tetap berada di rumah serta menghindari kerumunan.

Baca juga: NASA Rancang Ventilator untuk Hadapi Gelombang Kedua Pandemi Corona

(Sumber: Kompas.com/ Penulis: Sania Mashabi, Ellyvon Pranita, Vina Fadhrotul M | Editor Icha Rastika, Holy Kartika, Bayu Galih, Inggried Dwi W) 

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Istilah dalam Corona Virus Disease Covid-19 (2)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi