KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 memang membawa begitu banyak dampak bagi kehidupan masyarakat dunia.
Di antaranya perubahan pola hidup, terganggunya kegiatan bisnis, hingga berkurangnya atau bahkan hilangnya penghasilan.
Pemerintah pusat maupun daerah memang telah mengeluarkan stimulus bantuan tertentu untuk membantu rakyatnya yang mengalami kesulitan ekonomi, namun sepertinya bantuan tersebut belum sepenuhnya menyentuh mereka yang membutuhkan.
Padahal, kebutuhan hidup terus ada tidak peduli bagaimana krisis yang sedang terjadi.
Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 18 Mei: 4,8 Juta Terinfeksi | India Perpanjang Lockdown
Belakangan ini, di media sosial sering dijumpai sejumlah akun yang mengaku sangat membutuhkan bantuan.
Beragam cara mereka lakukan, mulai dari meminta diberi pekerjaan demi menyambung hidup, ada yang menampilkan sisa saldo di rekening yang hanya sekian ratus Rupiah saja, ada pula yang langsung memberikan nomor rekening dan meminta sejumlah bantuan uang.
Misalnya yang satu ini, sebuah akun di Twitter mengunggah informasi bahwa ia membutuhkan pekerjaan, pekerjaan apapun menurutnya bisa ia lakukan demi mendapat uang.
Baca juga: Mengintip Program KKN UNS di Tengah Pandemi Corona...
Penjelasan Sosiolog
Sosiolog asal Universitas Gadjah Mada yang memiliki fokus pada masyarakat digital, Sidiq Hari Madya menyebut hal itu sebagai ketidakwajaran yang menjadi wajar di saat masa krisis seperti sekarang ini.
"Menurut saya perilaku tersebut memang tampak tak wajar. Tetapi, dalam kondisi krisis sangat mungkin ketidakwajaran itu dianggap lumrah," kata Sidiq, Minggu (17/5/2020).
Di tengah situasi yang penuh dengan ketidakpastian seperti sekarang, apapun bisa saja dilakukan orang untuk bisa mempertahankan hidupnya. Termasuk cara-cara yang jika kondisi normal itu sangat tidak wajar untuk dilakukan.
"Perilaku seperti minta pekerjaan apapun, minta belas kasihan dengan menunjukkan menipisnya saldo rekening bisa jadi upaya yang wajar selama perilaku tersebut dihadapkan dengan pilihan untuk bertahan hidup," jelas dia.
"Berbeda dengan kondisi non-krisis (normal) yang menurut saya tidak bisa dibenarkan. Konteks pandemi ini menunjukkan situasi krisis di mana orang-orang mementingkan soal bagaimana bertahan hidup," lanjut Sidiq.
Akun Twitter @djiyanto yang melakukan upaya ini berhasil mendapatkan sejumlah transferan dari netizen lain yang membaca unggahannya.
Baca juga: Dampak Corona, Emirates Bakal Pangkas 30.000 Pekerja
Hal ini lah yang membuat sejumlah netizen lain melakukan hal sama di kolom komentar unggahan dari @djiyanto.
Menurut Sidiq, efektif atau tidaknya cara ini untuk menapatkan bantuan sangat tergantung pada banyak sedikit pelakunya.
"Apakah cara itu efektif? Tidak, jika banyak orang melakukannya. Tapi cara itu bisa kita lihat sebagai upaya yang 'tersisa', di saat cara lain seperti bantuan yang didesain pemerintah dinilai tidak efektif," ucap dia.
Dalam pandangannya, Pemerintah di masa krisis ini semestinya hadir dan kehadirannya benar-benar dapat dirasakan oleh mereka yang membutuhkan.
"Inisiatif personal atau sosial dengan mengharapkan charity atau simpati dari orang lain muncul karena tidak ada yang diharapkan dari pemerintah," pungkas dia.
Baca juga: Update, 5 Kabar Baik soal Kondisi dan Penanganan Virus Corona di Indonesia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.