Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Pilihan Selama di Rumah Saja, Ini Tips Bercocok Tanam di Lahan Terbatas

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi bercocok tanam, berkebun
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Selama masa pandemi virus corona di Indonesia, masyarakat diminta untuk di rumah saja, kecuali keluar rumah untuk hal-hal penting.

Selama di rumah saja, banyak yang mencoba hobi-hobi baru. Di media sosial, berbagai cerita soal aktivitas di rumah saja pun dibagikan.

Salah satunya bercocok tanam. Tak sedikit yang menjadi kreatif dalam bercocok tanam, terutama yang memiliki lahan terbatas.  

Ketua Program Studi Magister Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) Hadi Susilo Arifin mengatakan, keterbatasan lahan bukan menjadi alasan untuk tidak bercocok tanam.

Menurut dia, ada beberapa teknologi yang bisa dimanfaatkan tanpa membutuhkan lahan luas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Karena ada teknologi-teknologi, misalnya vertical garden atau yang biasa dikenal dengan vertikultur, menanam dengan memanfaatkan ruang ke atas," kata Hadi kepada Kompas.com, Minggu (14/6/2020).

"Ada juga teknologi hanging garden, balcony garden, window garden, dan green roof garden," lanjut dia.

Baca juga: Bercocok Tanam ala Warga Kampung Akuarium di Selter

Metode lain yang lagi populer saat ini adalah metode hidroponik, yaitu bercocok tanam menggunakan media air, bukan tanah.

Menurut Hadi, metode-metode tersebut cocok untuk masyarakat perkotaan, bahkan untuk rumah susun dan apartemen.

Hadi mengatakan, masyarakat yang memiliki lahan sempit bisa menggunakan media seperti poly bag dan pot yang memungkinkan untuk melakukan rekayasa tanah.

"Artinya, tanahnya bisa direkayasa menggunakan campuran pasir, arang sekam, serabut kelapa, dan kompos. Petani-petani modern jarang menggunakan 100 persen tanah, mungkin cuma 20 persen," jelas dia.

Jenis tanaman

Untuk jenis tanaman, ia menyarankan sayuran daun semusim seperti bayam, kangkung, selada, yang bisa dipanen dalam waktu 3-4 minggu.

Selain itu, bertanam dengan metode tersebut juga dapat menghemat air karena akarnya terbatas.

Jika kekurangan air, bisa memanfaatkan limbah rumah tangga.

"Triknya, bagi orang kota bisa memanfaatkan limbah kamar mandi, dari tempat cuci piring, cuci beras yang kita sebut grey water. Itu bisa ditampung kemudian dialirkan," kata Hadi.

Bisa pula memanfaatkan air AC yang selama ini dibiarkan menetes begitu saja.

Berdasarkan pengalamannya, AC yang dinyalakan selama 8 jam dapat menghasilkan air sekitar 15-20 liter.

"Selama ini kan banyak orang pake AC airnya netes ke mana-mana, kenapa enggak ditampung. Lima belas liter itu cukup banyak untuk menyiram, bisa 40 pot," kata dia.

"Mestinya berpikir ke ramah lingkungan, jadi tidak dibuang karena air sumber kehidupan," lanjut Hadi.

Demi efisiensi, Hadi mengimbau masyarakat tak perlu menyiram seluruh bagian tanaman, tetapi cukup di bagian akar.

Pasalnya, menyiram daun juga berpotensi membuatnya terbakar ketika terkena panas matahari.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi