KOMPAS.com - Penambahan kasus virus corona di Indonesia terus meninggi dalam beberapa hari terakhir.
Pada Kamis (9/7/2020), laporan kasus harian bahkan mencatatkan rekor tertinggi dengan 2.657 kasus infeksi.
Sementara, pada Jumat (10/7/2020) menunjukkan penurunan angka menjadi 1.611 kasus infeksi.
Akun @kawalcovid19 menilai, saat ini Indonesia justru baru mulai memasuki pandemi virus corona dan masih jauh dari puncaknya.
Benarkah puncak pandemi Covid-19 di Indonesia masih jauh?
Baca juga: Epidemiolog Sebut Jakarta Sedang Menuju Puncak Kedua Kurva Covid-19
Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan, Indonesia saat ini belum mencapai puncak Covid-19.
Sebab, laporan kasus harian belum mengalami penurunan signifikan. Bahkan, semakin bertambah banyak dalam beberapa hari terakhir.
"Belum terjadi penurunan pertambahan kasus harian. Itu artinya belum mencapai peak," kata Windhu saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/7/2020).
Windhu menjelaskan sejumlah indikator kasus Covid-19 di suatu negara bisa disebut telah melewati puncaknya.
Beberapa indikator itu adalah:
- Jumlah kumulatif kasus konfirmasi melandai
- Jumlah pertambahan per hari kasus konfirmasi juga mencapai jumlah tertinggi, kemudian turun secara signifikan dan konsisten.
Alasannya, data yang dilaporkan oleh Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 dinilainya hanya merupakan data gunung es.
"Saya tidak tahu, karena data yang dikumpulkan oleh Gugus Tugas hanya merupakan data gunung es, yaitu data terkonfirmasi positif PCR. Sementara, masih banyak infeksi yang belum terdeteksi di berbagai wilayah," kata Dono saat dihubungi secara terpisah, Jumat (10/7/2020).
Menurut Dono, salah satu cara untuk mengetahui hal itu adalah melihat data serologi yang diperoleh dari rapid test secara massal.
Baca juga: Indonesia Disebut Masih Jauh dari Puncak Wabah Covid-19
Dengan adanya rapid test massal, akan diketahui berapa banyak orang Indonesia yang pernah terinfeksi.
"Banyak yang menentangnya, tapi dari sisi kesehatan masyarakat, kita perlu tahu berapa banyak orang Indonesia yang sudah pernah terinfeksi Covid-19. Bagaimana caranya? Ya dengan melakukan survei serologi," jelas dia.
Dono mengatakan, tingginya kasus di Indonesia dimungkinkan karena penyakit yang sudah banyak menyebar dan kemampuan tes Covid-19 yang meningkat.
Dalam hal ini, dia mengapresiasi langkah pemerintah yang terus meningkatkan jumlah pengujian tes virus corona.
"Sama saja, mau airborne atau droplet, dari dulu ya menularkannya seperti itu. Bedanya pengetahuan kita dan WHO semakin lama semakin baik," kata dia.
"Ini sudah sejak dulu bahwa Covid-19 menular via airborne, cuma dulu kita belum tahu dan belum ada buktinya," lanjut Dono.
Oleh karena itu, langkah pencegahan pun tetap sama, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan.
Sebelumnya, pada awal Juli 2020, Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, mengatakan, Indonesia masih jauh dari puncak wabah Covid-19.
Hal ini terlihat kasus positif Covid-19 masih terus mengalami peningkatan.
"Belum (puncak), masih jauh. Sebab, kasus masih naik terus. Kalau sudah puncak, berarti sudah turun dan semakin menurun," ujar Pandu seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (2/7/2020).
Pandu berpendaoat, wabah Covid-19 di Indonesia bahkan kemungkinan belum bisa membaik hingga akhir 2020 jika pemerintah belum maksimal melakukan penanganan.
Baca juga: Melihat 5 Puncak Grafik Kasus Baru Covid-19 di Indonesia