KOMPAS.com - Pemerintah berbagai negara masih terus melakukan upaya pencegahan untuk menekan lonjakan kasus Covid-19 yang masih terjadi di dunia.
Upaya itu dilakukan dengan berbagai model kebijakan.
Namun, dengan pandemi yang berlangsung sejak Desember 2019, banyak yang mengalami kelelahan, termasuk garda terdepan tenaga kesehatan hingga masyarakat.
Kondisi ini menjadi kekhawatiran tersendiri.
Para ahli kesehatan publik pun mengingatkan bahwa kombinasi dari berbagai alternatif tindakan dapat mengurangi beban tersebut.
Salah satu model yang baru-baru ini diperkenalkan sebagai salah satu alternatif adalah "Swiss Cheese Model".
Apa itu Swiss Cheese Model?
Baca juga: Update Corona Dunia 26 Oktober: 43,3 Juta Orang Terinfeksi | 52.010 Kasus Baru di Perancis
Swiss cheese model
Pemodelan ini menggunakan lapisan keju untuk menggambarkan bagaimana intervensi satu dengan yang lainnya bekerja bersama untuk mencegah penyebaran virus lebih luas, termasuk jarak fisik, penggunaan masker, cuci tangan, dan disinfeksi.
Setiap langkah tersebut digambarkan sebagai penghalang tidak sempurna dari transmisi virus corona dengan lubang yang ada di setiap lapisan keju.
Mengutip Global News, 13 Oktober 2020, saat intervensi dikombinasikan seperti tumpukan lapisan keju Swiss, beberapa lubang di dalamnya dapat ditutup.
Kondisi ini menggambarkan kemungkinan penularan virus menurun atau bahkan terhenti.
Beberapa virus mungkin dapat lewat melalui lubang keju tersebut, tetapi kemungkinannya lebih rendah jika setiap lapisan tersusun dengan baik.
"Keindahan dari model ini adalah bahwa ia memperlihatkan kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap intervensi," kata Epidemiolog Pengendalian Infeksi dan Asisten Profesor di University of Toronto, Colin Furness.
Menurut dia, model ini menunjukkan bahwa jika variasi intervensi dilakukan, harus disusun dan dijalankan bersama agar efektif.
Baca juga: Sederet Studi Terbaru tentang Virus Corona
Adaptasi untuk Covid-19
Saat ini, pemodelan tersebut telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang, mulai dari perawatan kesehatan, manajemen risiko, teknik, hingga penerbangan.
Adapun Swiss Cheese Model untuk pencegahan penyebaran virus corona diadaptasi oleh seorang Virolog Australia, Ian M. Mackay.
Ia mengunggah adaptasi pemodelan tersebut melalui akun Twitter-nya, @MackayIM
Dalam adaptasi pemodelan terbarunya (versi 3) yang diunggah Sabtu (24/10/2020), ada 10 lapisan yang dikombinasikan sebagai pertahanan terhadap pandemi virus pernapasan tersebut.
Sebanyak 10 lapisan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab yang terbagi-bagi.
Ada 5 lapisan pertama terkait tanggung jawab pribadi terdiri atas:
- Tinggal di rumah jika sakit
- Penggunaan masker
- Higienitas tangan dan tata cara atau adab batuk
- Hindari menyentuh wajah
Sementara, 5 lapisan kedua terkait tanggung jawab yang terbagi (shared responsibilities) terdiri atas:
- Tes dan penelusuran yang cepat dan sensitif
- Ventilasi, outdoor, filtrasi udara
- Komunikasi pemerintah dan dukungan finansial
- Karantina dan isolasi
- Vaksin
Melansir Cleveland Clinic, adaptasi model juga telah dilakukan untuk meminimalisir risiko penyebaran virus corona di tempat kerja melalui penggunaan masker, jarak fisik, pembersihan dan disinfeksi, serta mencuci tangan.
Baca juga: Seberapa Penting Penggunaan Masker dalam Upaya Pencegahan Covid-19?
Dukungan para ahli
Adaptasi pemodelan Swiss Cheese Model sebagai pertahanan terhadap virus corona oleh Ian juga didukung oleh para ahli kesehatan publik di dunia.
Mereka menyebut bahwa model ini menggambarkan cara yang efektif tentang bagaimana seseorang dapat membantu melawan penyebaran Covid-19.
"Kombinasi intervensi 'pengurangan kontak' seperti pembatasan bergabung dalam kerumunan dan 'pengurangan penularan' seperti penggunaan masker adalah konsep yang membuatnya bekerja," kata dokter dan sosiolog di Yale University, Nicholas Christakis.
Seperti diberitakan Statnews, Sabtu (24/10/2020), upaya-upaya ini tidak dapat mencegah apa yang telah terjadi di masa lalu, tetapi memberikan kesempatan kedua untuk mengendalikan virus.
Kasus Covid-19 di dunia, menurut data dari laman Worldometers, Senin (26/10/2020), tercatat sebanyak 43,3 juta dengan lebih dari 1,1 juta kasus kematian.
Sementara, lebih dari 31 juta pasien telah dinyatakan sembuh.