KOMPAS.com - Sebuah rekaman CCTV di Australia menampilkan dua orang yang sedang berbelanja di Westfield Bondi Junction menjadi petunjuk akan adanya penularan Covid-19 keduanya.
CCTV secara teratur digunakan dalam investigasi yang dilakukan oleh otoritas setempat untuk melacak perjalanan kasus dan mengidentifikasi setiap momen penularan yang mungkin terjadi.
Pertemuan sekilas itu membuat otoritas kesehatan khawatir, karena penularan dicurigai hanya terjadi dengan berpapasan.
Baca juga: WHO Sebut Delta sebagai Varian Covid-19 Tercepat dan Terkuat, Ini Penjelasannya
Kepala Petugas Kesehatan Queensland, Dr Jeannette Young mengatakan, varian Delta diindikasi dapat menular melalui kontak singkat. Bakan, durasi yang diperlukan hanya sekitar 5-10 detik.
Dengan risiko itu, apakah protokol kesehatan 3M masih cukup untuk mencegah penularan Covid-19?
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, protol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) saja tidak cukup.
Untuk melindungi dari infeksi Covid-19 jenis varian apa pun, protokol kesehatan harus ditambah 5M, dua lainnya adalah menghindari kerumunan dan menghindari mobilitas.
"Apa pun variannya, 5M itu efektif kalau diterapkan dengan sungguh-sungguh dan konsisten, secara kualitas dan kuantitas," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (26/6/2021).
Adapun 5M yang dimaksudkan yakni:
- Memakai masker,
- Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
- Menjaga jarak,
- Menjauhi kerumunan, serta
- Membatasi mobilisasi dan interaksi.
Baca juga: Cara Melihat dan Unduh Sertifikat Vaksin Covid-19
Pentingnya masker
Menurutnya, mekanisme penularan udara Covid-19 baik varian Delta maupun varian lain, tidak ada perubahan.
Hanya saja, varian Delta lebih efektik karena memiliki viral load lebih tinggi, sehingga memudahkan penularan meski hanya berpapasan dalam durasi singkat.
Kendati demikian, Dicky menggarisbawahi bahwa potensi itu akan muncul ketika dua orang berpapasan tanpa menggunakan masker.
"Ini membuktikan bahwa masker berperan, baik melindungi dirinya maupun orang lain," jelas dia.
Baca juga: Penambahan Kasus Covid-19 Indonesia Peringkat Ke-5 Sedunia
Terlepas dari itu, Dicky menyebut adanya potensi ledakan besar kasus Covid-19 dalam waktu dekat.
Hal itu didasari atas data pemetaan genome yang menunjukkan bahwa varian Delta akan menjadi dominan di Indonesia.
Jika tidak direspons secara serius, kekacauan akan terjadi di mana-mana.
Baca juga: Ramai Video Pria Disuntik Jarum Kosong Saat Vaksinasi, Ini Penjelasan Kemenkes
Ketegasan PPKM Mikro
Untuk itu, ia berharap agar penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro dilakukan secara serius.
"Kalau tidak bisa lockdown ya penerapan PPKM diseriuskan, implementasinya bener-bener dilakukan, tanpa modifikasi lagi setiap sektor," kata dia.
"Misalnya WFH, semua terapkan dan bener-bener yang 25 persen bekerja di kantor ini adalah tidak punya risiko, baik komorbid maupun usia yang membuatnya rentan. Karena kalau 25 persen dan semuanya berisiko ya salah besar," sambungnya.
Sayangnya, sejauh ini Dicky belum melihat monitoring PPKM yang maksimal, seperti pemantauan terkait WFH.
Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?
Selain itu, upaya 3T (testing, tracing, treatment) sejauh ini juga belum ada peningkatan secara signifikan.
"Kalau kasus 10.000, harusnya testing-nya jadi 200.000, karena ada yang dilancak. Ini harus dilakukan dalam situasi varian Delta menyebar sekarang. Kalau tidak, kita akan menemukan banyak korban pesakitan dan kematian," tutur dia.
"Terakhir adalah vaksinasi, walaupun jadi primadona pemerintah, tapi belum memadahi dan ideal, jauh di bawah 50 persen yang diharapkan," tutupnya.
Baca juga: Efektivitas Vaksin Covid-19 terhadap Varian Alpha hingga Delta