KOMPAS.com - Personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampers) yang dilengkapi dengan senjata pelumpuh drone dalam acara pembukaan PON XX Papua, viral di media sosial.
Sebuah akun memposting foto seorang laki-laki membawa alat berwarna hitam dan mengamati langit-langit di sekitar lokasi pembukaan acara PON XX Papua.
Akun tersebut menyebutkan bahwa Paspampers tengah melumpuhkan drone liar di sekitar lokasi keberadaan Presiden Joko Widodo.
Melansir Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 37 Tahun 2021 dan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2018, penghentian pengoperasian dalam bentuk menjatuhkan pada area yang aman, termasuk dalam pengenaan sanksi, salah satunya disebabkan tidak memiliki persetujuan atau beroperasi tidak sesuai dengan persetujuan yang diberikan.
Baca juga: Paspampres Disebut Lumpuhkan 15 Drone Saat Pembukaan PON XX Papua, Ini Aturannya
Apa itu alat pelumpuh drone dan bagaimana cara kerjanya?
1. Drone gun tactical jammer
Terdapat beberapa jenis pelumpuh drone, salah satunya yang paling populer yaitu drone gun tactical jammer, yang mengadopsi model man portable.
Jenis tersebut menyerang jalur komunikasi dan kendali drone lewat frekuensi.
Untuk menggunakannya relatif mudah dan tidak butuh pelatihan khusus, cukup membidik dan mengunci sasaran drone, kemudian gunner dapat menggiring drone hingga ke permukaan dan selanjutnya dapat diinvestigasi.
Perlu diketahui, tidak semua drone bisa langsung ditaklukan dengan perangkat tersebut, karena semakin besar drone maka power dan frekuensi yang dibutuhkan untuk melakukan jamming harus lebih besar.
Baca juga: Makin Canggih, China Pamerkan Armada Militer Udara Baru, Ada Jet Pengintai dan Drone
Dikutip dari The Drive, pasukan keamanan Belgia menggunakan kombinasi senjata antidrone dalam acara pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Raja Philippe dari Belgia pada 14 Juni lalu.
Dua jenis sistem anti-drone yang berbeda dibawa oleh anggota Polisi Federal Belgia, yang menembakkan proyektil jaring ke drone dan yang lainnya menggunakan gangguan frekuensi radio (RF) untuk mengganggu hubungan antara drone dan operatornya.
Salah satu senjata yang terlihat digunakan oleh Polisi Federal Belgia dalam pertemuan ini yaitu taktis dronegun, dibuat oleh perusahaan Australia DroneShield.
DroneShield mengklaim DroneGun Tactical dapat menyebabkan drone merespons melalui pendaratan vertikal di tempat atau kembali ke remote control atau titik awal, saat berhasil diganggu oleh serangan jamming multi-band radiofrequency (RF).
Jenis senjata anti-drone ini bekerja dengan memutuskan hubungan perintah dan kontrol antara drone dengan operatornya.
Baca juga: Peneliti Temukan Virus Mirip Penyebab Covid-19 dari Kelelawar di Laos
Diklaim bahwa ini dapat langsung menghentikan transmisi video di antara keduanya.
Jenis jammer ini tidak bekerja melawan sistem otonom yang tidak bergantung pada hubungan RF dengan pengontrol manusia, meskipun sistem ini jauh kurang fleksibel dan biasanya hanya mampu menargetkan titik tetap, bukan target yang sering bergerak.
DroneGun Tactical jammer berjalan dengan baterai lithium ion 14.4 V yang dapat diisi ulang dan beratnya 16lbs saat dimuat dengan dua paket baterai.
Senjata ini digambarkan memiliki desain gaya senapan yang kuat, bahkan dilengkapi rel Picatinny untuk pemasangan teropong atau perlengkapan lainnya.
Pengguna DroneShield antara lain Angkatan Darat AS, Angkatan Udara AS, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, Departemen Luar Negeri AS, dan Komunitas Intelijen AS.
Baca juga: Paspampres Disebut Lumpuhkan 15 Drone Saat Pembukaan PON XX Papua, Ini Aturannya
2. Skywall
Senjata pelumpuh drone lainnya adalah Skywall Patrol.
Diberitakan time.com, OpenWorks Engineering yang berbasis di Inggris menciptakan bazoka yang dapat menjatuhkan drone dengan memasang jaring dan parasut untuk membawa drone kembali ke tanah.
Alat tersebut dinamai SkyWall 100, yang mempunyai jangkauan 100 meter.
Alat ini dilengkapi dengan alat canggih yang membantu pengguna mengarahkan dan mengatur waktu bidikan dengan benar.
Melansir situs resmi OpenWorks, parasut akan mengontrol turunnya drone yang ditangkap, meminimalkan risiko kerusakan dan menjaga drone tetap utuh.
Peluncur seberat 11 kilogram ini dipasarkan sebagai cara yang hemat biaya dan portabel untuk menangani drone yang tidak diinginkan.
SkyWall juga dapat membedakan antara burung atau drone, dan hanya membutuhkan dua tombol dan 15 detik untuk digunakan.
Teknologi pelacakan SkyAI menghadirkan kinerja yang sangat mumpuni saat melacak target dengan latar belakang yang kompleks dan mengikuti ancaman sayap tetap.
Klasifikasi jaringan saraf deep-learning SkyAI digunakan untuk mendeteksi target dengan cepat dan andal serta mencapai sistem pelacakan dan penangkapan drone yang paling mumpuni.
Setelah drone dipukul dengan jaring, drone itu dibawa ke tanah dengan parasut, yang memungkinkan operator untuk memulihkan informasi apa pun yang berhasil ditangkap oleh drone itu.
Pihak perusahaan menyampaikan, hanya diperlukan waktu delapan detik untuk memuat ualng bazoka, yang seharusnya memudahkan satu orang untuk menargetkan beberapa drone secara berurutan.
Baca juga: Makin Canggih, China Pamerkan Armada Militer Udara Baru, Ada Jet Pengintai dan Drone